Advertisement

Pendidikan yang Harmonis

Suciati
Jum'at, 18 Mei 2018 - 07:25 WIB
Budi Cahyana
Pendidikan yang Harmonis Suciati - Ist.

Advertisement

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang unik dan penuh misteri. Ia menyimpan banyak rahasia yang tidak akan habis jika diteliti. Berbagai perspektif ilmu mencoba melakukan kajian dan penelitian tentang manusia hingga menghasilkan beragam kesimpulan. Oleh karenanya tidak mengherankan jika istilah yang dilekatkan pada manusia pun beragam. Ada yang menyebutnya dengan homo sapiens (manusia berakal budi), homo luden (manusia bermain), homo deleqaus (makhluk yang menyerahkan kerja dan kekuasaan pada orang lain), homo volens (makhluk berkeinginan), homo mechanichus ( manusia mesin), dan sebagainya. Keunikan manusia ini disebabkan ia adalah satu-satunya mahkluk yang berakal budi, yang tidak dimiliki oleh hewan dan tumbuhan. Yunahar Ilyas dalam bukunya Tipologi Manusia dalam Al Qur’an (2007) mencoba menguraikan tentang seluk beluk manusia dilihat dari perspektif Islam. Alquran sendiri menyebut manusia dengan istilah yang berbeda-beda, yaitu basyar 35 kali, al ins 18 kali, bani Adam tujuh kali, an-nas 240 kali dan dzuriyah Adam satu kali.

Di samping sisi kekuatan, manusia juga memiliki kecenderungan negatif, yang harus ditekan sehingga tidak dapat berkembang. Oleh Alquran istilah menekan kecenderungan negatif dibahasakan dengan mensucikan jiwa, sebagaimana disebutkan dalam QS Asy-Syams 91: 7-10: Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya) (7). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8). Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (9).

Advertisement

Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (10).

Dengan menyucikan jiwanya manusia akan diharapkan menjadi makhluk yang berkualitas sebagaimana diinginkan oleh Allah SWT. Namun demikian untuk mencapai kualitas tersebut diperlukan adanya proses pendidikan yang terus menerus dari ayunan sampai ke liang lahat. Hal terpenting bahwa pendidikan manusia tersebut harus dapat menyantuni unsur-unsur manusia secara seimbang dan harmonis, yang mencakup unsur jasmani, aqlani dan rohani.

Penciptaan manusia yang berasal dari tanah disempurnakan oleh unsur-unsur yang tidak semuanya dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Alquran menjelaskan tentang penciptaan manusia mulai dari asal-usul sampai dengan tugasnya. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati [berasal] dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani [yang disimpan] dalam tempat yang kokoh [rahim].” [Al-Mukminun ; 12-13]

Betapa sangat sederhana manusia diciptakan, yang akhirnya akan kembali kepada tanah. Tetapi mengapa banyak manusia sombong yang seolah-olah dia tidak akan mati, kecuali manusia yang selalu mengingat hakikat keberadaannya. Apa yang dapat disombongkan kalau kemudian semuanya akan hancur lebur dan menjadi tanah kembali. Oleh karenanya peringatan Allah kepada manusia agar menjadi sempurna positif dengan dberikannya kelengkapan unsur untuk menunjang sepak terjangnya. Unsur-unsur tersebut ialah: jasad (al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ), ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-lain), nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ), aqal (al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain), qolb (Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ).

Jasad atau jasmani adalah bentuk lahiriah manusia. Dengan jasadnya manusia bekerja dan beribadah untuk mencari nafkah, beribadah mahdah, mengelola alam, dan menunjukkan eksistensi sebagai manusia yang memiliki bentuk sempurna. Dengan jasadnya manusia menjalankan aktivitasnya untuk melaksanakan tuganya sebagai khalifah fil ardh. Oleh karenanya selama jasad masih dikandung badan maka optimalkan segala upaya untuk beramal dan beribadah dalam rangka mencari bekal di akherat.

Daya Hidup

Ruh adalah daya hidup. Dengan ruh manusia digerakkan sebagai jasad yang memiliki semangat untuk hidup dan beraktivitas. Ruhlah yang mambuat manusia hidup dan bisa beraktivitas. Ada kerja sama antara jasad dan ruh sebab ruhlah yang membuat jasad berdaya guna. Jika ruh sudah meninggalkan jasad, maka tutuplah usia manusia di bumi dan beralihlah manusia ke alam lain dan selesailah kontrak manusia di alam dunia. Setelah diwujudkan jasad itu maka Allah menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan sebagai barang titipan pastinya Allah akan mengambil kembali titipannya itu. Ketahuilah ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika Allah bertanya kepada semua ruh

Nafs adalah jiwa. Nafsu itu adalah keinginan manusia yang tersirat dalam akal pikirannya. Nafsu beragam bentuknya. Ada nafsu ada yang baik, yaitu nafsu yang tidak bertentangan dengan hati nurani serta perintah-perintah dan larangan-larangan yang Allah tetapkan. Namun ada pula nafsu yang buruk, yaitu nafsu yang hanya untuk memenuhi keinginan pikirannya saja, tanpa melibatkan hati nurani dan ketetapan Allah, sebagaimana ketika Qabil tega membunuh saudara kandungnya.

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. (QS Al-Maidah: 30).

Akal adalah daya fikir, kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita berkata kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka jari kita akan menunjuk dan mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana. Namun, akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepala ini. Tetapi, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan.

Dengan akal, semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan. Semoga kita diberikan pemahaman yang mendalam tentang akal ini sehingga kita tahu sebenarnya akal itu apa. Sulit untuk yakin dan beriman dengan menggunakan otak, karena otak ini selalu menuntut bukti nyata, alasan dan sebab yang benar menurutnya. Dengan selalu menggunakan otak dan menuntut segala sesuatunya harus rasional akhirnya kita tidak bisa beriman secara benar akan tetapi mungkin malah bermain-main dalam keimanan. Seperti dalam melaksanakan salat, perhatikanlah firman Allah berikut, “Dan apabila kamu menyeru [mereka] untuk [mengerjakan] salat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.” (Qs. Al-Maaidah ayat 58)

Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat-ayat Allah baik yang kauniyah maupun kauliyah. Tetapi berpikir dengan akal tidak seperti berpikir dengan otak, berpikir dengan akal itu akan berujung dengan satu kesimpula, “Tidak ada sesuatu apapun yang Allah telah ciptakan itu sia-sia.” Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berpikir dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus meningkat, ketika akal juga berinteraksi dengan kalbu.

Qolb adalah daya rasa. Qolbu disebut juga hati. Hati sesungguhnya memiliki dua pengertian, yakni fisik dan spiritual. Secara fisik hati merupakan daging yakni organ tubuh manusia yang tersimpan dan terlindungi oleh tulang belulang. Hati terletak di dada sebelah kiri. Bentuk hati seperti buah shanaubar sehingga sering dikatakan hati sanubari. Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yang halus. Di dalam lubang atau rongga terdapat darah hitam yang menjadi sumber ruh. Hati secara spiritual merupakan sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan dengan hati yang jasmaniah.

Semua unsur di atas tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus harmonis dan seimbang. Mengutamakan pembinaan fisik dengan mengabaikan akal dan hati akan melahirkan manusia hayawani. Mangutamakan pikiran saja akan melahirkan manusia syaithani, sedangkan apabila hanya mengutamakan hati saja tentu tidak realistik, karena manusia tidak bisa menjadi malaikat. Pendidikan yang harmonis, seimbang dan utuh banyak diistilahkan oleh para ahli dengan Tarbiyah Al Aulad fil Islam, yang mencakup pendidikan iman, akhlak, jasmani, akal jiwa, kemasyarakatan dan seks. Namun dalam kasus di Indonesia, pendidikan ini masih memunculkan berbagai kendala misalnya ekonomi, lingkungan sosial dan masyarakat, juga metodologi dalam menanamkan nilai-nilai.

*Penulis adalah dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Syawalan ke Ponpes dan Panti Asuhan, Pj. Bupati Kulonprogo Salurkan Bantuan

Kulonprogo
| Kamis, 18 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Film Korea Selatan Terbaru, Jo Jung Suk Tampil sebagai Pilot Cantik

Hiburan
| Rabu, 17 April 2024, 23:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement