Advertisement

Mo Salah dan Dakwah Islam melalui Sepak Bola

Fajar Junaedi
Sabtu, 19 Mei 2018 - 07:25 WIB
Budi Cahyana
Mo Salah dan Dakwah Islam melalui Sepak Bola Fajar Junaedi - Ist.

Advertisement

“Mo Salah-lah-lah-lah, Mo Salah-lah-lah-lah. Jika dia cukup baik untukmu, dia cukup baik untukku. Jika dia mencetak beberapa gol lagi, maka aku akan menjadi seorang muslim juga. Jika dia cukup baik untukmu, dia cukup baik untukku. Duduk di masjid, itulah tempat aku ingin berada.”

Lagu di atas populer di kalangan fans Liverpool, sebuah klub sepak bola papan atas dari Inggris. Liriknya merujuk pada Mohamed Salah, penyerang tersubur dari klub ini pada musim kompetisi 2017/2018 yang berasal dari negara Mesir. Sebelumnya pemain ini memperkuat klub AS Roma asal Italia.

Advertisement

Sebagai seorang muslim, Salah, begitu panggilannya, tidak malu menampilkan identitas keislamannya. Salah adalah fenomena menarik dalam politik identitas di Eropa. Pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa yang lambat telah menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran. Ketidakpuasan publik di Eropa terhadap Uni Eropa terhadap hal ini membuka peluang partai sayap kanan mengambil peluang. Isu identitas digunakan oleh partai sayap kanan untuk menarik simpati publik, seperti dengan penolakan terhadap migran yang mengalir dari Timur Tengah. Kebetulan, mayoritas migran adalah muslim.

Di sisi yang lain, radikalisme yang terjadi di Timur Tengah terutama dengan adanya Negara Islam Irak-Suriah (NISS) merembet ke daratan Eropa. Benua biru ini diguncang oleh serangkaian aksi teror yang diklaim dilakukan oleh simpatisan NISS. Berkelindan dengan kebangkitan partai sayap kanan dan serangan teror oleh simpatisan NISS semakin menjadikan prasangka buruk terhadap Islam menguat di Eropa. Memori buruk relasi Eropa dan Islam yang terjadi pada masa Perang Salib dijadikan amunisi oleh partai-partai sayap kanan di Eropa.

Salah hadir dalam situasi yang tidak menguntungkan bagi umat Islam di Eropa saat ini. Sebagai seorang muslim, Salah dikenal dengan kebiasaannya menampilkan identitas Islam di lapangan hijau. Selebarasi pasca-mencetak gol yang dilakukannya di antaranya dengan bersujud di atas lapangan hijau, sebuah representasi kuat atas identitas Islam dari Salah.

Salah memang bukan satu-satunya pemain muslim yang merumput di lapangan hijau Eropa. Paul Pogba yang memperkuat Manchester United dan Mesut Ozil yang memperkuat Arsenal adalah beberapa pesepak bola papan atas yang berlatar belakang muslim. Hampir sama dengan Salah, keduanya juga tidak malu menampilkan identitas Islam dalam kehidupannya baik di dalam stadion maupun di luar stadion.

Salah berada posisi yang berbeda dengan keduanya. Jika Pogba dan Ozil berposisi sebagai gelandang, Salah menempati posisi sebagai striker. Dengan posisi sebagai striker, Salah lebih berpeluang mencetak gol. Dalam sepak bola, gol menjadi pembeda hasil pertandingan. Dengan mencetak gol, seorang pemain bisa membawa kemenangan bagi kesebelasannya. Salah yang berposisi sebagai striker tentu saja berpeluang mencetak gol lebih banyak. Lebih banyak gol, lebih banyak selebrasi yang dilakukannya dan lebih banyak pujian yang diberikan fans kepadanya.

Fans Liverpool terkenal sebagai salah satu fans yang paling lantang menyanyikan chants (lagu dukungan) kepada klub mereka. Chants yang ditujukan Salah menggema dengan keras di Anfield, stadion kebanggaan Liverpool. Di media sosial, nyanyian lantang fans Liverpool segera menjadi viral. Media massa pun dengan segera menjadikannya sebagai bahan pemberitaan.

Identitas Islam yang ditampilkan Salah bisa dilihat sebagai dakwah yang lemah lembut di Eropa. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an Surat An Nahl Ayat 125, “Serulah [manusia] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ayat ini menggariskan tentang dakwah yang dilakukan dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Salah tidak berdakwah dengan retorika, tetapi dengan memberikan hikmah dan pelajaran yang baik. Representasi identitas Islam dari Salah menguatkan tesis bahwa menjadi Islam dan menjadi Eropa bisa dilakukan beriringan.

Di tengah wacana menguatnya ideologi partai sayap kanan yang antiimigran, serempak juga menguatnya retorika anti Islam oleh partai sayap kanan serta tampilnya identitas Islam ala NISS yang diwarnai dengan kekerasan, Salah menampilkan identitas Islam yang damai dan berkemajuan. Salah membalik retorika partai sayap kanan Eropa, sekaligus menegasikan identitas kekerasan dari NISS.

Salah menunjukan bahwa menjadi Islam bukan berarti tertinggal dan tidak beradaptasi dengan Eropa. Salah mampu beradaptasi dengan kultur Eropa dengan menegosiasikan dengan identitas Islamnya. Prestasinya dalam mencetak gol untuk Liverpool membuktikan kemampuan adaptasinya dengan kultur sepakbola Eropa. Tidak mengherankan jika fans Liverpool sangat menghormati sosok Salah. Di masa depan, keberadaan pemain sepak bola seperti Salah akan semakin merepresentasikan Islam yang damai dan berkemajuan di Eropa.

*Penulis adalah dosen ilmu komunikasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Terus Jajaki Sejumlah Parpol jelang Pilkada 2024, Heroe Poerwadi Sebut Kantongi Nama Wakil

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 17:07 WIB

Advertisement

alt

Siap-Siap! Ini Jadwal dan Cara Ikut War Tiket Konser Sheila on 7

Hiburan
| Kamis, 18 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement