Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Semangat Ramadan untuk Meraih Syawal Berkemajuan

Sutrisno
Kamis, 14 Juni 2018 - 07:25 WIB
Budi Cahyana
HIKMAH RAMADAN: Semangat Ramadan untuk Meraih Syawal Berkemajuan Sutrisno - Ist.

Advertisement

Setelah selama sebulan penuh umat muslim melakukan rangkaian kegiatan ibadah Ramadan, kemudian ditutup dengan pelaksanaan salat idul fitri dan masuk dalam bulan Syawal. Arti kata syawal itu adalah peningkatan dari potensi diri manusia. Bulan Syawal pada kalender Hijriah merupakan bulan ke-10. Syawal juga diartikan naik, ringan, membawa (mengandung).

Disebut demikian karena dahulu, ketika bulan-bulan hijriah masih disesuaikan dengan musim yang bersuhu meningkat karena berada pada musim panas seperti bulan Ramadan. Selain itu, orang Arab mengamati bahwa pada bulan tersebut unta-unta bunting dan menaikkan ekornya sebagai tanda tidak mau dikawini. Terkait hal tersebut orang Arab memiliki kepercayaan bahwa Syawal tidak baik untuk pernikahan karena akan membawa sial. Kepercayaan ini dihapus oleh kehadiran Islam dengan peristiwa pernikahan Nabi Muhammad SAW.

Advertisement

Peningkatan secara lebih luas yang dimaksud adalah peningkatan dalam hal amal kebajikan baik yang dilakukan kepada Allah melalui ibadah mahdhah maupun kepada sesama manusia hablum minannas selama bulan Ramadan.

Rutinitas kegiatan yang selalu dilakukan oleh umat muslim Indonesia di bulan Syawal adalah halal bil halal atau ada juga yang lebih sering menyebut Syawalan. Dalam kegiatan tersebut yang paling sering dijadikan kajian dan bahan tausiyah adalah Alquran surat Ali Imron (Qs.3:133-134).

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ayat tersebut dikaitkan dengan balasan terhadap orang-orang yang bertakwa. Meskipun ayat tersebut tidak secara spesifik membahas keutamaan bulan Syawal tetapi semangat yang diajarkan sangat relevan dengan bulan ketika umat muslim berhasil menjalankan puasa Ramadan sebulan sebelumnya.

Ada beberapa pelajaran yang disimpulkan oleh beberapa munfasir terkait dengan dua ayat tersebut. Pertama, umat muslim diperintahkan untuk meraih surga dan ampunan dari Allah mestipun harus ditempuh dengan perjuangan bersegera melakukan segala perintahnya dan menjauhi segala dilarangnya. Kedua, surga yang luasnya diluar batas perkiraan manusia disediakan bagi orang yang bertaqwa. Di antara ciri orang yang bertaqwa adalah yang suka bersedekah dalam kondisi berkekurangan maupun kelapangan harta, sanggup menahan nafsu kemarahan dan orang yang memaafkan kesalahan orang lain atas dirinya.

Syawal adalah bulan kembalinya umat Islam kepada fitrahnya, diampuni semua dosanya, setelah melakukan ibadah Ramadhan sebulan penuh. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa seseorang yang melaksanakan puasa karena niat ikhlas kepada Allah akan diampuni dosa-dosanya.

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ada yang mengistilahkan bahwa kedatangan bulan Syawal membawa kemenangan bagi umat muslim yang telah berhasil menjalani ibadah puasa sepanjang Ramadan. Diibaratkan lambang kemenangan umat Islam karena sudah berhasil melewati “peperangan” melawan musuh yang selama ini mungkin mengalahkan diri umat islam, yaitu hawa nafsu.

Takbir

Pada 1 Syawal seluruh umat muslim di berbagai belahan dunia mengumandangkan takbir. Maka, bulan Syawal pun merupakan bulan dikumandangkannya takbir oleh seluruh umat muslim secara serentak di mana pun mereka tinggal yakni saat memasuki malam tanggal 1 Syawal yang sering disebut sebagai malam takbiran yang dilanjutkan salat Idulfitri pada pagi harinya. Takbir merupakan ungkapan rasa syukur umat muslim atas keberhasilan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Kemenangan yang diraih itu tidak akan terwujud, kecuali dengan pertolongan-Nya.

Maka umat muslim menggagungkan asma Allah dengan memperbanyak dzikir, takbir, tahmid, dan tasbih. Allah memerintahkan dalam Qur’an Al-Baqarah ayat 185 yang artinya. “Dan agar kamu membesarkan Allah SWT atas petunjuk yang Ia berikan kepada kamu, dan agar kamu bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan.” (QS. Al-Baqarah: 185).

Perintah melakukan silaturahmi yang dicontohnya oleh Rasulullah sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya. “Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”

Tidaklah dikhususkan dilaksanakan pada bulan Syawal. Tetapi sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan turun temurun di Indonesia bahwa kegiatan saling mengunjungi sudah membudaya dilakukan pada Syawal. Pada Syawal inilah umat Islam banyak melakukan kegiatan silaturahmi, mulai mudik ke kampung halaman, saling bermaafan dengan teman atau tetangga.

Secara umum bulan Syawal sebagai media untuk menguatkan silaturahmi umat muslim. Dalam makna yang berbeda bulan tersebut juga bisa sebagai media konsolidasi di lingkungan umat muslim untuk saling menguatkan. Bulan Syawal juga bisa menjadi bulan berkah, rahmat, dan ampunan Allah SWT karena umat Islam saling memaafkan dan menguatkan tali silaturahmi serta jalinan ukhuwah Islamiyah.

Rasulullah saw. mengibaratkan apabila umat muslim bisa melaukan puasa selama enam hari pada bulan Syawal maka diibaratkan telah melakukan puasa selama satu tahun. Sebagaimana dalam riwayat hadis yang artinya, “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh.” (H.R Muslim, Abu Dawud,

Melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal dikatakan sebagai penyempurnaan ibadah puasa Ramadhan karena disebutkan sebagai kelanjutan puasa Ramadhan.

Sebagaimana telah disinggung di awal tulisan ini bahwa bulan Syawal bisa berarti sebagai awal umat muslim dalam meningkatkan potensi diri karena telah berhasil berlatih selama sebulan. Potensi diri secara umum bisa dikategorikan dalam kualitas kebaikan yang dihasilkan sehingga bermanfaat bagi sesama dan lingklungan dan capaian ketakwaan yang diperoleh selama bulan Ramadan dengan hasil mempnyai kedekatan diri kepada Allah.

Ketakwaan itulah yang akan diuji oleh Allah sebagaimana firmannya dalam Alquran Surat Al-Ankabut ayat 2-3 yang artinya, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan sesunggunya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Keberhasilan umat muslim dalam menjalankan ibadah selama Ramadhan bisa diukur dari kesuksesannya dalam meneruskan amal saleh yang sudah dijalankan selama Ramadan pada bulan Syawal dan bulan-bulan selanjutnya. Spirit Ramadan yang sudah dijalankan selama sebulan penuh bisa menjadi awal umat muslim dalam maraih ketakwaan yang sebenarnya yaitu menyempurnakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya serta menjadi muhsin dalam beribadah kepada Alllah dan bermanfaat bagi alam dan sesama.

*Penulis adalah dosen EPI-FAI UMY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement