Advertisement

OPINI: Comfort Zone, Petik Refleksi di Akhir Tahun

A. Totok Budisantoso
Kamis, 13 Desember 2018 - 07:25 WIB
Budi Cahyana
OPINI: Comfort Zone, Petik Refleksi di Akhir Tahun Perayaan tahun baru - Reuters/Rodrigo Garrido

Advertisement

As you move outside of your comfort zone, what was once the unknown and frightening becomes your new normal.”Robin S. Sharma.

Tidak terasa, akhir tahun sudah menjelang. Hari-hari menjelang pengujung tahun mendorong kita untuk melihat perjalanan hidup selama setahun. Tentu saja selalu menjadi periode yang penuh warna. Ada berbagai capaian. Sesuatu yang memberi poin tersendiri dalam tangga kehidupan. Sukses yang diraih menjadi energi yang selalu menguatkan ketika capaian tersebut kembali dipaparkan dalam satu rangkaian kalaidoskop pribadi. Bahkan tak sadar kita menganggukkan kepala mengamininya. Dengan semangat untuk tetap berpikir dan berenergi positif, kekurangan  dan bahkan kegagalan dimaknai dengan mencari cara dan rekayasa yang lebih jitu dan persiapan yang lebih matang baik secara fisik maupun psikis. Terlebih lagi adalah meramu strategi baru. Tentu saja ada berbagai alternatif yang tersedia dan mungkin dipilih.

Advertisement

Ketika membuka kembali catatan masa lalu, capaian yang telah diperoleh diupayakan dengan berbagai macam cara dengan dukungan energi karya dan karsa. Ketika rangkaian upaya yang dilakukan tersebut berhasil dan terbukti, kita akan berupaya untuk melakukannya secara berulang dengan harapan bahwa berulang pula kesuksesan yang dapat diraih. Curahan tenaga dan pikiran terfokus pada cara pandang yang mapan dan nyaman. Mengapa harus repot dengan memikirkan cara lain, toh sudah ada pengalaman sebelumnya yang membuktikan bahwa cara yang diambil adalah cara dan strategi terbaik. Dengan pemikiran seperti itu, mempraktikkan dan mempertahankan cara-cara tradisional dan konvensional selalu menjadi pilihan. Sekali lagi karena masalah kenyamanan.

Pada dasarnya kita lebih suka pada hal yang membuat nyaman. Kenyamanan tersebut membentuk sebuah mekanisme yang bisa disebut  zona nyaman. Jadwal yang rutin sangat mungkin melenakan. Kebiasaan yang sudah lama dipupuk juga membentuk rasa nyaman. Rasa nyaman ini kemudian bermetamorfosis menjadi  rasa aman. Siapa yang tidak suka dengan rasa aman? Bagi para pelaku usaha, menjalankan rutinitas bisnis dan transaksi akan memberikan kenyamanan dan kepuasan. Tidak ada sesuatu yang mengancam aktivitas rutin yang selalu dijalankan dari hari ke hari. Apakah menjalankan rutinitas sesuatu yang salah?

Tentu saja menjalani rutinitas juga bukan suatu kesalahan.

Sama halnya seorang pemilik toko misalnya. Bangun, buka rolling door, menyiapkan barang, melayani pembeli, mengisi kembali persediaan. Demikian berjalan dari hari ke hari. Tidak ada yang salah bukan? Dia mampu mempertahankan bisnisnya dan semua berjalan apa adanya dan nampak baik-baik saja. Semua nyaman dan aman.

Di satu sisi tidak dapat diperdebatkan bahwa rasa nyaman dan aman adalah miliknya. Di sisi lain, dunia ini penuh dengan dinamika perubahan, tantangan dan kesempatan. Mungkin untuk saat ini, kenyamanan dan keamanan itu masih dapat dipertahankan.

Namun dengan dinamisnya perubahan di luar sana, bisa jadi kenyamanan dan rasa aman itu adalah obat bius yang cepat atau lambat akan membunuh. Bisa jadi bisnis yang saat ini masih dirasa nyaman dan aman dalam waktu sekejap berubah dengan intensnya perubahan teknologi. Rutinitas bisnis menjadi jebakan efektif karena tidak pernah ada pemikiran apalagi persiapan untuk menghadapinya.

Ketika menjadi mahasiswa misalnya. Apakah rutinitas kuliah dan kegiatan harian sesuatu yang salah? Sama sekali tidak. Masuk kelas sesuai jadwal tentu harus ditunaikan. Belajar kelompok beserta sesi bimbingan dengan dosen tentu tidak bisa diabaikan.  Namun yang terpenting adalah memaknai semua aktivitas tersebut dan kreativitas untuk menjalaninya.

Robin Sharma dengan kutipan di pembuka tulisan ini mendorong seseorang untuk maju dan berkembang dengan mimpi yang besar dan tinggi. Bahkan dia berkata, “Kalau orang belum mentertawakan mimpimu, maka mimpimu belum cukup besar.” Mungkin juga dapat dimaknai dengan jangan pernah nyaman dan puas dengan apa yang telah dicapai saat ini.

Ketika zona nyaman lebih dominan dan kita tidak mau keluar dari pelukannya, tanpa disadari  zona nyaman tersebut sudah membuat sulit untuk maju dan berkembang karena kecenderungan untuk melakukan itu-itu saja tanpa adanya inovasi atau pelajaran baru yang diterima. Semua kegiatan  yang biasa dilakukan telah ditata dengan rapi dan monoton. Hilanglah kreativitas serta merasa tidak mendapatkan tantangan, dan bahkan tidak menyadari kekurangan yang ada.

Sesungguhnya, dunia luar memberikan kejutan dan keajaiban. Akan tetapi, kejutan dan keajaiban tersebut niscaya hadir ketika kita memang tidak menginginkannya. Kita tidak menginginkannya karena kita membungkus diri dalam kenyamanan sendiri dan tidak membuka pintu untuk keajaiban itu.

Kita lebih suka untuk dapat mengendalikan apa pun yang kita mau tanpa dihadapkan pada resiko masalah dan kegagalan. Masalah dan kegagalan adalah sesuatu yang menyakitkan meskipun di balik resiko masalah dan kegagalan itu dunia yang lebih indah, capaian yang jauh luar biasa menanti.

Mengapa kita bertahan di zona nyaman? Karena selalu membutuhkan energi dan usaha besar untuk melakukan perubahan dan sesuatu yang berbeda. Itu fakta yang sederhana. Dibutuhkan motivasi yang kuat untuk melakukannya. Tanpa motivasi besar, rasanya kita akan cenderung untuk tetap menikmati apa yang sudah ada dan digenggam meskipun dengan menghilangkan kesempatan dan kemungkinan untuk mendapatkan bahkah mungkin anugrah terbesar dalam hidup.

Ada satu kata kunci untuk menyikapinya yaitu bergerak. Mungkin dalam bahasa Jawa lebih tepat dengan istilah gumregah. Kita bisa berkembang karena kita mau gumregah. Gumregah berarti berani bergerak keluar dari lingkaran rasa nyaman. Cara untuk mendapatkan capaian lebih dan luar biasa hanyalah keberanian untuk mau mengalami yang baru.

Pemikiran dan permenungan ini menjadi relevan ketika kita berada di pengujung tahun ketika menengok kembali perjalanan selama setahun ini. Resolusi untuk membuka periode baru sangat jelas. Mari kita gumregah untuk berani memulai sesuatu yang baru dengan cara dan kacamata baru. Butuh energi besar dan mungkin tidak nyaman, tetapi selalu terbuka kesempatan yang luar biasa untuk dapat diraih. Keajaiban akan datang dan percaya selalu bahwa akan selalu ada jalan untuk menyelesaikan. Lets get lost and there will be a magic.

*Penulis adalah dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal KA Prameks Jogja-Kutoarjo, Jumat 26 April 2024

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 03:17 WIB

Advertisement

alt

Dipanggil Teman oleh Bocah Berusia 2 Tahun, Beyonce Kirim Bunga Cantik Ini

Hiburan
| Kamis, 25 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement