Advertisement

FKY 2019 Tak Sekadar Berubah Nama

Indra Tranggono
Jum'at, 26 April 2019 - 08:07 WIB
Galih Eko Kurniawan
FKY 2019 Tak Sekadar Berubah Nama Ilustrasi kesenian wayang topeng pedalangan. - Harian Jogja

Advertisement

Setelah dikukuhkan oleh Wakil Gubernur DIY Paku Alam X di Pendapa Dinas Kebudayaan DIY (5/3), panitia Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 siap bekerja menjawab tantangan perubahan. Hal ini berkaitan dengan berubahnya Festival Kesenian Yogyakarta menjadi Festival Kebudayaan. Tentu hal ini tak hanya terjadi perubahan nama sebab ada risiko yang menyertainya. Yakni, perluasan konten festival. FKY tidak lagi hanya menghadirkan hasil-hasil pencapaian dan peristiwa kesenian melainkan juga nilai dan produk kebudayaan. FKY akan digelar pada bulan Juli 2019.

Perubahan atau transformasi dari festival kesenian ke festival kebudayaan tersebut tentu saja berakibat  pada pilihan orientasi nilai yang lebih utuh dan luas sekaligus sistem kerja, program kegiatan, sumber daya manusia, target pencapaian, serta dampak sosial-budaya.

Pemajuan kebudayaan
Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) berbasis pada nilai-nilai ideologis/kepribadian bangsa Indonesia yakni Panca Sila  dan semangat keyogyakartaan yang tercermin pada ajaran etika dan moral yang berlaku. Yakni Memayu Hayuning Bawono, Sangkan Paraning Dumadi , Manunggaling Kawulo Gusti dan Nyawiji Greget Sengguh Ora Mingkuh. Adapun dasar ideologis FKY adalah Pancasila yang diwujudkan dengan mengacu pada dasar yuridis yakni UU RI No.13/2012 tentang Keistimewaan DIY; UU No.5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan (Pusat); Perdais No.3/2017 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan  Kebudayaan; Pergub DIY No.36/2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Desa Budaya.

Sejalan dengan kebudayaan yang diemban, ruang lingkup kegiatan FKY meliputi nilai/etika, moral, norma, gagasan, ekspresi/perilaku estetik/nonestetik dan karya yang bersifat tangible (bendawi) dan intangible (tak benda) yang mengacu pada Tata Nilai Budaya Yogyakarta yakni tata nilai religio-spriritual, moral, kemasyarakatan, adat/tradisi, pendidikan/pengetahuan, teknologi, penataan ruang dan arsitektur, mata pencaharian, kesenian, bahasa, benda cagar budaya/kawasan cagar budaya, kepemimpinan dan pemerintahan, kejuangan/kebangsaan dan semangat keyogyakartaan.  Hal itu sejalan dengan dengan pengembangan 10 Objek Kebudayaan yang diamanatkan UU Pemajuan Kebudayaan, yakni tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olah raga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa dan ritus.

Demi menunjang kehadirannya sebagai event dan movement yang diperhitungkan, FKY menerapkan sistem kerja yang berwatak profesional, kolektif-kolegial, mengutamakan kualitas ide dan kerja secara manajerial. Pencapaian tersebut tentu ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas, di mana terjadi kolaborasi kreatif antara generasi muda (kaum milenial) dengan generasi yang lebih senior. Turunannya adalah kemampuan membuat program kegiatan kreatif/inovatif yang menjawab kebutuhan publik secara kultural, sosial dan ekonomik. Dari sini bisa diwujudkan hasil atau target pencapaian yang dicanangkan sekaligus dampaknya yakni peningkatan kualitas kebudayaan dan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat, sesuai dengan tujuan luhur perwujudan  nilai-nilai keistimewaan DIY.

Pencapaian kultural
Dengan bacaan seperti di atas, maka FKY diharapkan mampu meraih beberapa pencapaian. Pertama, pencapaian kultural dengan tetap hadirnya nilai-nilai keyogyakartaan secara sustainable (berkelanjutan), cerdas di dalam merespons dan menjawab perubahan zaman. Turunannya adalah kreativitas atau karya-karya budaya yang bernilai dan relevan dengan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang.

Kedua, memperkuat keberagaman sesuai dengan nilai-nilai kebhinekaan bangsa dan  watak Yogyakarta yang selalu terbuka dan selektif dalam menjawab perubahan. FKY adalah festval yang merayakan keberagaman di tengah tarikan berbagai kekuataan yang bertujuan menguatkan kebudayaan tunggal baik berdasarkan sentiman agama maupun kuasa kapital.

Ketiga, memperkuat nilai-nilai solidaritas sosial dan bangsa dengan terus mengaktualisasi toleransi/ penghargaan hak di dalam setting perbedaaan berbasis  agama, budaya dan sosial. FKY memiliki kemampuan untuk menjadi perekat sosial (solidarity maker).

Keempat, membuka ruang-ruang kemungkinan bagi lahirnya ide dan karya-karya yang bernilai, inovatif dan inspiratif  bagi publik, yang berbasis pada teknologi tradisional/manual  (dalam konteks konservasi) dan teknologi modern yang serba digital.

Kelima, menjadi muara pertemuan bagi seluruh stakte holder kebudayaan baik pemerintah, masyarakat umum, komunitas-komunitas seni/budaya, pengusaha, pelaku ekonomi kecil/menengah, kalangan pelaku media, maupun kalangan intelektual/akademik. Dari interaksi itu bisa didorong lahirnya berbagai gagasan yang bernas dan karya-karya berkualitas serta pencapaian ekonomik.  

Keenam, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal/mikro di tingkat bawah atau akar rumput dan menengah.

Ketujuh, mendorong pengembangan industri kreatif yang berbasis pada kuliner, seni pertunjukan, kerajinan, busana, film, desain, animasi dan lainnya. Seperti kita tahu, DIY memiliki kekuatan di bidang industri kreatif. Problemnya adalah potensi besar itu belum secara ideal mendapatkan akses pasar dan jaringan.

Dengan karakter partisipatoris, transparan, akutable, multikultural, inovatif dan inspiratif, FKY mampu menjadi perhelatan besar yang berbasis pada potensi masyarakat DIY, yakni  keraton (pusat nilai adiluhung), kampung semangat kerakyatan, kampus (masyarakat akademik: pengetahuan dan ilmu), kaprajan (pemerintah) dan komunitas (kantung-kantung budaya).

Hal itu selaras dengan visi FKY yakni terwujudnya DIY menjadi pusat kebudayaan yang bersifat terbuka, dialogis, kritis/selektif, kreatif/inovatif dan berjati diri terhadap nilai-nilai baru dalam dinamika peradaban dunia.


*Penulis merupakan pemerhati dan esais kebudayaan

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Korban Apartemen Malioboro City Bakal Bergabung dengan Ratusan Orang untuk Aksi Hari Buruh

Jogja
| Kamis, 25 April 2024, 11:27 WIB

Advertisement

alt

The Tortured Poets Departement, Album Baru Taylor Swift Melampaui 1 Miliar Streaming di Spotify

Hiburan
| Kamis, 25 April 2024, 09:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement