Advertisement

OPINI: Mental Accounting dan Alokasi Penghasilan

Tabita Indah Iswari
Kamis, 23 Mei 2019 - 08:02 WIB
Galih Eko Kurniawan
OPINI: Mental Accounting dan Alokasi Penghasilan Ilustrasi uang. - Bisnis/Rachman

Advertisement

Saat menerima tunjangan hari raya (THR) mungkin merupakan saat-saat yang membahagiakan menjelang hari raya. Apakah terkadang anda merasakan bahwa Anda bisa lebih “bebas” saat membelanjakan uang THR tersebut? Memang tidak dapat dipungkiri bahwa faktor sosial budaya juga berperan, namun juga ada faktor lain yang mempengaruhi perilaku individu terkait dengan hal tersebut.
 
Beberapa waktu yang lalu, penulis pernah menyinggung dalam sebuah artikel mengenai mental accounting. Konsep yang diteliti oleh Richard Thaler mulai dari 1980an ini menyoroti perilaku individu terhadap segala sesuatu yang terkait dengan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan peristiwa atau tindakan ekonomi.

Konsep ini tidak lepas dari konsep efek pembingkaian (framing effect) yang diteliti oleh Kahneman dan Tversky. Thaler (1985) dalam artikelnya yang berjudul Mental Accounting and Consumer Choice memberikan ilustrasi beberapa perilaku individu dalam menyikapi sebuah peristiwa ekonomi.

Ilustrasi pertama menggambarkan pasangan yang pergi berlibur untuk memancing dan berburu ikan salmon. Saat mereka mengepak ikan tersebut dan mengirimkannya ke rumah lewat sebuah maskapai penerbangan, ikan tersebut hilang dalam perjalanan. Pasangan tersebut mendapatkan ganti rugi dari maskapai penerbangan sebesar $300. Uang tersebut kemudian mereka gunakan untuk makan malam dan menghabiskan biaya sebesar $225. Padahal, sebelumnya mereka tidak pernah menghabiskan biaya sebesar itu untuk makan malam.

Ilustrasi lainnya menggambarkan seorang suami yang membatalkan rencananya untuk membeli sebuah sweater berbahan kasmir dengan harga $125. Sebulan kemudian, sang suami mendapatkan sweater kasmir yang sama dari istrinya sebagai hadiah ulang tahun. Sang suami merasa sangat bahagia dengan pemberian istrinya tersebut. Suami dan istri itu hanya memiliki rekening gabungan (masing-masing tidak memiliki rekening pribadi) di bank untuk mengatur keuangan mereka.

Efek
Dari ilustrasi di atas, jelas bahwa mental accounting bisa memberikan dampak terhadap perilaku individu terhadap suatu keputusan yang melibatkan tindakan ekonomi. Misalkan, saat individu mendapatkan penghasilan atau yang terkait dengan beban yang dikeluarkan. Kedua ilustrasi di atas menggambarkan perlakuan individu terhadap suatu penghasilan yang tidak terduga.

Dalam akuntansi, ada istilah alokasi, misalnya terkait dengan alokasi biaya dalam akuntansi manajemen. Schwartz (2007) berdasarkan riset yang dilakukan oleh Kahneman dan Tversky (1984) dikatakan bahwa sebenarnya manusia melakukan framing terhadap akun psikologis (psychological account) dalam pikiran mereka masing-masing. Keputusan seorang individu akan mengalokasikan suatu nominal ke “akun” beban atau pendapatan, atau menganggap suatu alokasi akan mengakibatkan laba atau rugi, akan mempengaruhi perilaku individu terhadap suatu keputusan finansial.

Menurut Candra Sari (2018) dalam bukunya Akuntansi Keperilakuan, mental accounting sebenarnya bisa memiliki dampak positif bagi individu untuk membantu individu mengalokasikan penghasilan dan beban. Namun, terkadang mental accounting juga dapat mengarahkan individu kepada tindakan yang kurang menguntungkan secara perhitungan finansial. Menurut Candra Sari (2018), ada beberapa alasan mengapa mental accounting dapat mengarahkan individu kepada kondisi yang kurang menguntungkan tersebut.

Alasan pertama terkait dengan alokasi yang berbeda terhadap suatu penghasilan yang didapat secara rutin dan penghasilan lain-lain (misalkan bonus atau insentif). Individu pastinya akan cenderung lebih berhati-hati terkait dengan penghasilan yang didapat secara rutin karena merasa bahwa penghasilan rutin didapat dari kerja keras. Alasan berikutnya terkait dengan perlakuan yang berbeda terhadap sumber penghasilan tersebut.

Perlakuan Berbeda
Individu cenderung “tidak merasa bersalah” saat membelanjakan penghasilan yang didapat dari bonus, dan bahkan kadang membeli barang mahal yang belum pernah dibeli sebelumnya, dibandingkan dengan menggunakan uang yang didapat dari penghasilan rutin. Alasan terakhir terkait dengan frekuensi didapatnya penghasilan tersebut.

Bonus atau tunjangan tertentu didapat dengan cara yang tidak rutin, atau paling tidak frekuensinya tidak sesering penghasilan rutin yang didapat sebulan sekali (contohnya, bonus biasanya didapat satu tahun sekali). Dari kondisi tersebut, individu cenderung lebih mudah untuk membelanjakan uang yang didapat dari bonus dibandingkan pendapatan rutin.

Senada dengan pertanyaan di awal artikel ini, menurut Candra Sari (2018) ketika seorang karyawan mendapatkan THR merupakan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan efek mental accounting tersebut. Penghasilan yang datang dengan frekuensi setahun sekali seperti THR (atau juga bonus atau insentif lain) terkadang dirasakan sebagai penghasilan tidak terduga.

Kembali kepada istilah akun psikologis tadi, alokasi THR seolah-olah dialokasikan ke dalam akun “pendapatan lain-lain”. Individu biasanya akan melakukan perlakuan yang berbeda terhadap THR. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa karyawan yang menerima THR cenderung akan membelanjakannya untuk barang-barang yang biasanya mereka jarang membelinya dengan penghasilan rutin bulanan.

Lebih lanjut lagi, menurut Candra Sari (2018), THR juga sering dirasa sebagai “hadiah” versi orang dewasa, sehingga individu dalam membelanjakan THR merasa lebih bebas. Hal ini senada dengan ilustrasi mengenai keputusan finansial yang diberikan oleh Richard Thaler dalam artikelnya. Dengan kata lain, individu terkena mental accounting dan tidak menyadarinya.

Dari uraian di atas, tentunya penting bagi kita sebagai individu yang selalu berhubungan dengan pengambilan keputusan finansial dalam kehidupan sehari-hari untuk memahami efek dari mental accounting. Kita hendaknya menjadi lebih berhati-hati dan bijak untuk menentukan sikap terhadap keputusan finansial yang kita buat.

*Penulis merupakan dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Puluhan Kilogram Bahan Baku Petasan Disita Polres Bantul

Bantul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement