Advertisement

Manifesto Perpustakaan Umum 2022 oleh IFLA/UNESCO

Edi Wiyono, Pustakawan Perpustakaan Nasional RI
Senin, 01 Agustus 2022 - 06:37 WIB
Sirojul Khafid
Manifesto Perpustakaan Umum 2022 oleh IFLA/UNESCO Edi Wiyono - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) menggelar World Library and Information Congress (WLIC) ke-87 dengan mengusung tema Inspire, Engage, Enable, Connect dari tanggal 26-29 Juli 2022 di Dublin, Irlandia.

Salah satu hal terpenting yang dihasilkan dari WLIC ini adalah diluncurkannya Manifesto Perpustakaan Umum 2022 oleh IFLA dan UNESCO. Hal ini bertujuan untuk merespon dan menjawab perubahan teknologi dan memastikan bahwa manifesto IFLA menggambarkan realitas masyarakat dan misi perpustakaan umum saat ini.

Advertisement

WLIC 2022 dihadiri oleh 1.934 peserta yang berasal dari 96 negara dengan sukarelawan lebih dari 200 orang dari berbagai negara anggota IFLA. Dalam pembukaannya, Presiden IFLA, Barbara Lison mengatakan bahwa salah satu agenda terpenting adalah sebagai perayaan atas prestasi diumumkannya Manifesto Perpustakaan Umum terbaru dan peringatan ke-75 tahun hubungan IFLA dengan UNESCO.

Manifesto Perpustakaan Umum IFLA/UNESCO menyatakan bahwa perpustakaan umum sebagai kekuatan hidup untuk pendidikan, budaya dan informasi, dan sebagai agen penting untuk perdamaian dan kesejahteraan semua orang.

BACA JUGA: Jatuh Menghantam Bumi, Roket China Terbakar di Samudra Hindia

Sebagaimana diketahui, manifesto IFLA/UNESCO pertama kali dibuat pada tahun 1949 dan telah diperbarui selama beberapa dekade seiring dengan berkembangnya peran perpustakaan dalam masyarakat. Manifesto terbaru, yang diterbitkan pada tahun 1994, telah lama menjadi landasan advokasi perpustakaan umum IFLA di seluruh dunia.

Penyusunan Manifesto IFLA/UNESCO

Penyusunan manifesto terbaru oleh IFLA/UNESCO ini atas pertisipasi perpustakaan dan pustakawan di dunia. Survei dilakukan IFLA pada tahun 2020 dan menghasilkan lebih dari 600 tanggapan tentang bagaimana profesional perpustakaan menggunakan Manifesto, terutama dalam mendukung pekerjaan dan bagaimana mereka menyarankannya untuk diperbarui dan ditingkatkan.

Pada tahun berikutnya, IFLA bekerja dengan UNESCO untuk menyelesaikan naskah manifesto dengan mempertimbangkan umpan balik dari para pustakawan dan tentunya dengan tetap menyelaraskan dengan agenda-agenda UNESCO dalam memajukan akses ke informasi dan pengetahuan untuk semua.

Beberapa dimensi yang menjadi fokus dalam manifesto ini adalah terkait literasi informasi, akses informasi, pelestarian informasi, etika informasi, dan informasi untuk pembangunan.

BACA JUGA: Wow! Modal Asing Bakal Mengalir ke Indonesia Rp4,60 Triliun

Manifesto yang diperbarui menjunjung tinggi perpustakaan sebagai agen pembangunan berkelanjutan melalui posisinya sebagai ruang yang dapat diakses publik untuk pertukaran informasi, berbagi budaya, dan promosi keterlibatan masyarakat. Ini termasuk menyoroti inklusi, akses, dan partisipasi budaya untuk komunitas yang terpinggirkan, masyarakat adat, dan pengguna dengan kebutuhan khusus.

Hal ini mencerminkan peran perpustakaan umum dalam membantu semua anggota masyarakat mengakses, memproduksi, menciptakan, dan berbagi pengetahuan. Ini termasuk peningkatan fokus pada akses jarak jauh dan digital ke informasi dan segala materi bacaan, serta akses ke kompetensi dan konektivitas yang diperlukan untuk menjembatani kesenjangan digital.

Pembaruan ini menekankan pada pengembangan literasi media dan informasi serta keterampilan digital dalam semangat mendorong dan menciptakan masyarakat yang demokratis dan kemudaah akses informasi.

IFLA akan memimpin kampanye baru untuk mendorong seluruh jaringan perpustakaan di dunia dan sukarelawannya untuk terlibat dalam advokasi perpustakaan untuk membantu mengimplementasikan Manifesto terbaru ini. IFLA akan terus melanjutkan kemitraan dan kolaborasi dengan UNESCO dalam mengimplementasikan Manifesto sebagai alat untuk akses lebih lanjut ke informasi dan pengetahuan untuk semua masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Gamelan: Problematika, Ekosistem, dan Kemajuan Kebudayaan

Jogja
| Rabu, 04 Desember 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

1 Kakak 7 Ponakan Jadi Film Terbaru Yandy Laurens, Adaptasi dari Sinetron Tahun 1990-an

Hiburan
| Rabu, 04 Desember 2024, 17:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement