Advertisement

Promo November

OPINI: Mitos-Mitos dalam Desain Arsitektur

Anggota Klaster Riset History Culture Tourism Architecture (HCTA)/Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yohanes Djarot Purbadi
Rabu, 30 Oktober 2024 - 19:07 WIB
Arief Junianto
OPINI: Mitos-Mitos dalam Desain Arsitektur Anggota Klaster Riset History Culture Tourism Architecture (HCTA)/Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yohanes Djarot Purbadi. - Istimewa

Advertisement

Desain arsitektur bukan sekadar bangunan. Desain arsitektur merupakan refleksi dari nilai-nilai, budaya dan psikologi manusia. Dalam konteks ini, pendekatan Carl Jung, seorang psikolog terkenal, dapat memberikan wawasan yang mendalam. Bagaimana mitos berperan dan bermakna dalam desain arsitektur. Artikel ini membahas mitos dalam desain arsitektur melalui lensa psikologi Jungian. Kuncinya, bagaimana mitos mempengaruhi persepsi dan pengalaman manusia terhadap ruang dan arsitektur.

Mitos-Mitos Populer

Salah satu mitos yang populer dalam desain arsitektur menarasikan, arsitektur sebagai ekspresi individual dari arsitek. Benarkah? Meskipun setiap arsitek memiliki gaya dan pendekatan unik, pandangan Jung tentang kolektivitas dapat membantu memahaminya. Arsitektur adalah produk dari arketipe dan simbol dalam budaya.

Advertisement

Arsitektur tidak hanya mencerminkan kepribadian arsitek. Arsitektur juga mencerminkan nilai-nilai dan harapan masyarakat. Misalnya, bangunan bersejarah sering kali mengandung simbol-simbol yang mencerminkan identitas kolektif suatu komunitas.

Mitos lain yang sering kali diabaikan adalah, ruang tidak memiliki dampak signifikan pada psikologi penghuni. Jung berpendapat, lingkungan fisik memengaruhi keadaan mental dan emosional seseorang. Desain arsitektur yang baik harus mempertimbangkan ruang yang dapat menciptakan pengalaman untuk mendukung kesejahteraan psikologis. Misalnya, pencahayaan alami, ventilasi yang baik, dan penggunaan warna mempengaruhi suasana hati dan produktivitas penghuni. Dengan memahami hubungan ini, arsitek mampu menciptakan ruang yang lebih mendukung kesehatan mental pengguna ruang.

Dalam dunia arsitektur modern, ada anggapan, desain kontemporer sepenuhnya mengabaikan tradisi dan warisan budaya. Pendekatan Jungian menekankan pentingnya arketipe dan simbol dalam desain.

Arsitektur modern bahkan dapat mengintegrasikan elemen-elemen tradisional dengan cara yang inovatif. Ia mampu menciptakan ruang yang relevan dengan konteks saat ini. Misalnya, penggunaan material lokal dan teknik konstruksi tradisional. Cara ini akan memberikan makna yang lebih dalam pada bangunan modern. Artinya, desain arsitektur mampu menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Mitos lain yang sering kali menghalangi partisipasi masyarakat dalam desain arsitektur adalah anggapan, arsitektur hanya dipahami oleh para profesional. Jung percaya setiap individu memiliki potensi untuk memahami simbol dan arketipe yang ada dalam lingkungan mereka. Dengan pendidikan dan kesadaran, masyarakat belajar untuk mengapresiasi desain arsitektur dan berkontribusi pada proses perencanaan. Kesempatan semacam ini akan menciptakan ruang yang lebih inklusif dan mencerminkan kebutuhan serta aspirasi komunitas.

Selain itu banyak orang beranggapan, arsitektur adalah disiplin yang terpisah dari spiritualitas. Jung menekankan pentingnya aspek spiritual dalam kehidupan manusia. Arsitektur berpotensi menciptakan ruang yang mendukung pengalaman spiritual.

Arsitektur melalui desain tempat ibadah, ruang meditasi, atau bahkan ruang publik yang menginspirasi dan mampu mendukung terjadinya pengalaman spiritual. Desain yang mempertimbangkan dimensi spiritual menciptakan koneksi yang lebih dalam antara individu dan lingkungan manusia.

Ada anggapan, semua arsitek memiliki kemampuan untuk mendesain berbagai jenis bangunan. Jungian psychology menunjukkan, setiap individu memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Arsitek mungkin memiliki spesialisasi tertentu yang memungkinkan mereka untuk menciptakan desain yang lebih baik dalam konteks tertentu.

Memahami kekuatan ini sangat membantu arsitek untuk lebih fokus pada bidang yang mereka kuasai. Dengan demikian, arsitek akan mampu menciptakan karya yang lebih bermakna dan relevan.

Mitos Jendela Jiwa

Mitos-mitos dalam desain arsitektur berpengaruh pada cara manusia memahami dan menghargai ruang yang dihuni. Dengan pendekatan Carl Jung, terlihat arsitektur bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi juga tentang simbol, arketipe, dan pengalaman manusia. Mengatasi mitos-mitos artinya membuka jalan bagi desain arsitektur yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan mendukung kesejahteraan psikologis.

Arsitektur yang baik tidak hanya menciptakan ruang yang indah, tetapi juga ruang yang berbicara kepada jiwa manusia. Desain arsitektur mampu menciptakan koneksi yang lebih dalam antara individu dan lingkungan manusia.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mitos dalam desain arsitektur, dunia arsitektur mampu berkontribusi pada masa depan yang lebih baik bagi lingkungan dan jiwa manusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal dan Lokasi Bus SIM Keliling Kota Jogja Jumat 1 November 2024

Jogja
| Jum'at, 01 November 2024, 06:27 WIB

Advertisement

alt

Aktor Jefri Nichol Diperiksa Polisi, Berstatus Saksi Dugaan Pengeroyokan

Hiburan
| Selasa, 29 Oktober 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement