Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Semoga Ramadan Ini Bukan yang Terakhir untuk Kita

Suswanta, Kaprodi Magister Ilmu Pemerintahan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sabtu, 22 Maret 2025 - 06:57 WIB
Jumali
HIKMAH RAMADAN: Semoga Ramadan Ini Bukan yang Terakhir untuk Kita Suswanta, Kaprodi Magister Ilmu Pemerintahan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Advertisement

Sesungguhnya Kami telah memperingatkanmu siksa yang dekat pada hari manusia melihat apa-apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya. Dan orang-orang yang ingkar berkata, ‘Alangkah baiknya jika dulu aku adalah tanah’.” (QS. An Naba’; 40) 

Ramadan sebentar lagi akan meninggalkan kita semua. Dalam hitungan hari Ramadan akan berganti dengan Syawal. Ada perjumpaan pasti ada perpisahan. Penghujung Ramadhan sudah menyapa kita.

Advertisement

Tak terasa, kurang lebih satu bulan lamanya kita menunaikan apa yang diwajibkan dan meninggalkan apa yang dilarang olehNya.

Ketika Ramadan akan pergi, harusnya ada gejolak dalam diri setiap hamba yang beriman, campuran rasa bahagia dan sedih. Bahagia karena akan menyambut hari kemenangan.  Berkumpul dengan orang tua, keluarga, saudara dan sahabat tercinta. Merajut silaturahim dan saling meminta maaf dengan tulus.  

Sedih karena belum tentu dipertemukan kembali dengan Ramadan pada tahun yang akan datang.

Rasulullah bersabda, "Sekiranya umatku ini mengetahui apa-apa (kebaikan) di dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar tahun semuanya itu menjadi Ramadhan," (Diriwayatkan dari Ibnu Abbas).

Rasulullah SAW ketika memasuki 10 terakhir Ramadan semakin memaksimalkan ibadah. Beliau menghidupkan malam dengan ibadah. Saat hari terakhir, beliau menangis karena sebentar lagi ditinggal bulan mulia itu.

Rasulullah berkata, “Apabila malam terakhir bulan Ramadhan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad SAW. Kemudian sahabat bertanya tentang musibah apa yang akan menimpa mereka. Rasulullah menjawab: "Perginya bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan itu semua diijabah, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak (dihentikan)," (Diriwayatkan dari Jabir). 

Bagi para salafush shalih, setiap Ramadan pergi, mereka selalu meneteskan air mata. Di lisan terucap sebuah doa yang merupakan ungkapan kerinduan agar Ramadhan kembali menghampiri mereka.

Bagi insan yang beriman, kesedihan akan berpisah dengan Ramadan tentu harus lebih besar dibanding dengan rasa senang akan menyambut kemenangan. Sedih karena saudara-saudara kita di Gaza dan Rohingnya serta mayoritas muslim di negeri ini di bulan mulia ini masih hidup dalam kemiskinan dan penderitaan.

Sedih karena masih banyak saudara-saudara seiman yang meninggalkan sholat lima waktu dan puasa Ramadan. Sedih karena orientasi duniawi masih mendominasi orientasi hidup kita.

Salat kita, puasa kita, tadarus kita, infak dan sedekah kita di bulan mulia ini belum sepenuhnya diorientasikan untuk mencari RidaNya.

Sebagian besar kita, masih sedih dan menyesal karena lepasnya perkara-perkara dunia yang luput dari kita. Kita sedih dan menyesal karena kekurangan harta, pengetahuan dan keterampilan. Ada yang sedih dan menyesal setiap hari meratapi nasib yang dianggap kurang berpihak kepadanya.  

Yang menyedihkan, hari ini banyak yang tidak menyesal padahal nyata-nyata telah melakukan dosa besar, seperti berzina, durhaka kepada orang tua dan suami atau istri beserta keturunan yang menjadi tanggung jawabnya, menebar janji palsu, korupsi, zalim dan khianat dengan amanah kekuasaan yang dimilikinya, menyakiti orang lain dengan perkataan dan perbuatan.

Mereka melakukan dosa-dosa besar tersebut seolah tanpa beban dan perasaan bersalah. Padahal penyesalan, meski datang terlambat masih tetap berguna selama nyawa belum sampai tenggorokan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama nyawa belum sampai ke tenggorokan.” (HR. Ahmad). 

Oleh karena itu, marilah di malam-malam terakhir bulan Ramadan ini kita memohon kepada Allah agar diberi kesempatan untuk bertemu lagi dengan Ramadan yang akan datang. Memohon kepada Allah agar kita mendapat ampunan dan menjadikan Ramadan kali ini bukan yang terakhir bagi kita. Memohon agar Allah menerima semua ibadah dan amal saleh kita.

Masih banyak pembenahan yang harus kita lakukan mulai dari menata niat, orientasi dan tata cara ibadah kita.

Pesan Imam Al Ghazali menarik untuk kita renungkan di malam-malam terakhir Ramadan.

Ketahuilah bahwa yang singkat itu waktu, yang menipu adalah dunia, yang dekat itu kematian, yang besar itu hawa nafsu, yang berat itu amanah, yang sulit itu Ikhlas, yang susah itu sabar, yang mudah itu berbuat dosa, yang sering lupa itu bersyukur, yang membakar amal itu riya, yang mendorong ke neraka itu sombong, yang berharga itu iman, yang mulia itu taqwa dan yang ditunggu Allah adalah taubat kita. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Puluhan Ton Gabah Petani Kulonprogo Diserap Bulog, Segini Harganya

Kulonprogo
| Minggu, 23 Maret 2025, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Nonton Solo Leveling Episode Terbaru Setiap Sabtu, Ini Linknya

Hiburan
| Minggu, 23 Maret 2025, 03:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement