Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Tantangan Berpuasa di Era Digital, Media Sosial dan Pola Hidup Konsumtif

Endro Dwi Hatmanto*
Rabu, 05 Maret 2025 - 05:47 WIB
Sunartono
HIKMAH RAMADAN: Tantangan Berpuasa di Era Digital, Media Sosial dan Pola Hidup Konsumtif Endro Dwi Hatmanto, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris UMY. - Istimewa.

Advertisement

Ramadan merupakan bulan suci yang mengajarkan umat Islam untuk menahan diri, tidak hanya dari makan dan minum tetapi juga dari berbagai godaan duniawi yang dapat mengganggu kualitas spiritual kita.

Namun demikian, di era digital saat ini, tantangan dalam menjalankan ibadah puasa semakin berat dengan kehadiran media sosial dan pola hidup konsumtif yang semakin marak. Meskipun teknologi dapat memberikan manfaat, penggunaannya yang tidak terkendali justru kontraproduktif dengan esensi dari ibadah puasa itu sendiri.

Advertisement

Hilangnya Keheningan Spiritual

Salah satu tantangan terbesar dalam menjalankan ibadah puasa di era digital adalah distraksi yang dihadirkan oleh media sosial. Alih-alih memanfaatkan bulan suci Ramadhan untuk lebih banyak berzikir, membaca Al-Qur’an, dan mendekatkan diri kepada Allah, banyak orang justru sibuk dengan kegiatan online (daring) yang tidak bermanfaat.

Fenomena persis yang digambarkan firman Allah dalam QS Al-A’raf (7:179): “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kebesaran Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Ayat ini mengingatkan bahwa manusia sering kali lalai akibat kesibukan duniawi hingga melupakan tujuan spiritual mereka. Ramadhan seharusnya menjadi momentum untuk introspeksi diri dan perenungan serta meningkatkan ketakwaan, bukan justru sibuk dengan konten media sosial yang hanya memberikan kesenangan sesaat.

Fast-tainment: Renungan ke Konsumsi Hiburan

Fenomena lain, yakni “fast-tainment” atau hiburan instan menjadi bagian dari gaya hidup digital selama bulan suci Ramadan. Banyak orang menghabiskan waktu sahur dan berbuka dengan menonton video pendek, “scrolling” media sosial, atau bermain game online. Padahal, Nabi

Muhammad telah mengingatkan dalam sebuah hadis: “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi)

Konsumsi berlebihan terhadap hiburan digital ini menghilangkan tujuan penting puasa Ramadan, yaitu refleksi dan peningkatan kualitas ibadah. Banyak kaum muslim yang seharusnya mengisi waktu dengan zikir, salat sunnah, atau membaca Al-Qur’an, banyak yang kemudian justru terjebak dalam konten viral yang menjauhkan dari ibadah.

Membangun Puasa Digital

Untuk menghadapi tantangan ini, penting bagi umat Islam untuk menerapkan konsep “puasa digital” guna menyeimbangkan konsumsi media dengan ibadah. Strategi yang pertama adalah menetapkan waktu bebas gadget.

Langkah ini dapat dilakukan dengan membatasi penggunaan ponsel dan media sosial pada waktu-waktu tertentu, seperti sebelum sahur, menjelang berbuka, dan setelah tarawih. Mengurangi interaksi dengan media sosial sebelum berbuka dapat meningkatkan kesadaran akan nikmatnya berbuka dan mendekatkan diri kepada Allah.

Strategi yang kedua adalah, jika memang ada keinginan untuk membuka konten media sosial, konsumsilah konten yang bermakna. Jika harus menggunakan media digital, kita bisa mengakses konten yang bermanfaat seperti mendengarkan kajian Islam, membaca tafsir Al-Qur’an, atau mengikuti ceramah keagamaan secara daring.

Strategi yang ketiga adalah menghindari konten yang tidak bermanfaat. Allah berfirman dalam QS Al-Mu’minun (23:3) bahwa salah satu indikator keimanan adalah kemampuan kita untuk menghindari hal-hal yang tidak produktif.

Strategi yang keempat adalah memanfaatkan teknologi untuk Ibadah. Kita dapat menggunakan aplikasi pengingat salat, aplikasi Al-Qur’an digital, dan platform donasi online untuk memaksimalkan ibadah selama Ramadan.

Kesimpulannya, puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih pengendalian diri dalam segala aspek, termasuk dalam penggunaan media digital. Di era digital ini, tantangan utama bukan hanya tentang mengontrol nafsu makan, tetapi juga mengendalikan nafsu untuk mengkonsumsi informasi yang dapat mengalihkan fokus dari ibadah. Dengan menerapkan “puasa digital”, umat Islam dapat lebih fokus pada spiritualitas, memperdalam hubungan dengan Allah, dan menjalani Ramadhan dengan lebih bermakna.

Sebagaimana sabda Rasulullah: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(HR. Bukhari).

*Endro Dwi Hatmanto, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris UMY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Terbaru KA Bandara Hari Ini Jumat 7 Maret 2025, Berangkat dari Stasiun Tugu dan YIA

Jogja
| Jum'at, 07 Maret 2025, 04:57 WIB

Advertisement

alt

Adik Kandung Rhoma Irama Meninggal Dunia

Hiburan
| Kamis, 06 Maret 2025, 13:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement