Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Hidup Itu Singkat (Bagian-2)

M. Endriyo Susila
Kamis, 30 April 2020 - 04:02 WIB
Galih Eko Kurniawan
HIKMAH RAMADAN: Hidup Itu Singkat (Bagian-2) Foto ilustrasi. - JIBI/Nicolous Irawan

Advertisement

Hidup itu singkat. Allah ingin agar hidup yang singkat ini digunakan untuk mengerjakan kebajikan yang banyak. Sebaliknya, syaithan ingin berbuat maksiat yang banyak. Kualitas hidup manusia dipengaruhi kedua arus ini. Arus positif (rabbany) menarik ke jalan lurus yang bermuara di surga (wallahu yad'uu ilaa daaris salaam wa yahdi man yasyaa'u ilaa shirathil mustakim) sedangkan arus negatif (syaithany) menarik manusia pada jalan sesat yang bermuara di neraka.

Syaithan adalah kumpulan jahat yang beranggotakan bangsa jin dan manusia (minal jinnati wan naasi). Godfather dari geng ini bernama Iblis. Iblis yang berasal dari golongan jin sejak semula telah bertekad untuk menggelincirkan seluruh manusia dari jalan-Nya (la ughwiyanahum ajma'ien). Hanya hamba yang ikhlas saja yang mampu lolos dari tipu dayanya (illaa 'ibaadika minhumul mukhlashin).

Advertisement

Karena begitu hebat tipu dayanya, kita diminta agar selalu waspada. Jangan sampai dipalingkan syaithan dari jalan Allah (wa laa yashuddannakumusy syaithan). Berulang-ulang kita diingatkan syaithan adalah musuh yang nyata ('aduwun mubien). Karena syaithan adalah musuh, kita dilarang berteman dengan syaithan. Orang-orang yang boros adalah temannya syaithan. Kita dilarang boros agar tidak dikategorikan sebagai temannya syaithan (wa laa tubadldlir tabdliiran, innal mubadldliriina kaanuu ikhwaanasy syayaatin).

Menjadikan syaithan sebagai teman saja dilarang, apalagi menjadikannya sebagai tuhan. Allah mengingatkan agar kita tidak menyembah syaithan (laa ta'buduu syaithana). Meskipun fatal dari segi konseptual, manusia bisa saja menjadi penyembah syaithan. Pola relasi ganjil semacam ini tidak terjadi begitu saja, tapi berproses tahap demi tahap. Manusia meniru syaithan sejengkal demi sejengkal, hingga akhirnya mengadopsi seluruh cara hidup syaithan. Itulah mengapa kita dilarang meniru syaithan sekalipun dalam perkara yang sederhana. Kita dilarang makan atau minum dengan tangan kiri karena itu adalah gayanya syaithan.

Allah mengingatkan agar kita tidak mengikuti langkah-langkah syaithan (wa laa tatabi'uu khutuwatisy syaithan). Mengikuti langkah syaithan akan membawa kita pada kesesatan dan kebinasaan. Esensi dari konsep 'syaithan' adalah penyesatan. Jika seorang manusia menyesatkan sesamanya, dia bukan sekedar menjadi pengikut syaithan, tapi sudah bermutasi menjadi syaithan itu sendiri. Manusia yang bermutasi menjadi syaithan tidak hanya menempuh jalan yang sesat, tapi juga menyesatkan orang lain. Bukan hanya mengerjakan maksiat tetapi juga menganjurkan orang lain untuk bermaksiat.

Secara teknis, syaithan dari golongan manusia lebih berbahaya. Jika syaithan dari golongan jin hanya mampu memberi bisikan ke dalam hati, syaithan dari golongan manusia bisa memberi bisikan langsung ke telinga. Tidak seperti syaithan dari golongan jin yang dibelenggu selama bulan puasa, syaithan dari golongan manusia bisa tetap leluasa menggoda.

*Penulis merupakan Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Puluhan Kilogram Bahan Baku Petasan Disita Polres Bantul

Bantul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement