Advertisement

OPINI: Membangun Softskill di Perusahaan

Satwika Ganendra, Officer di Perusahaan BUMN
Rabu, 22 Juli 2020 - 10:02 WIB
Galih Eko Kurniawan
OPINI: Membangun Softskill di Perusahaan Ilustrasi bekerja - Reuters

Advertisement

Saat ini virus Corona memang belum sepenuhnya tertangani, namun masyarakat mulai sadar multiplier effect penyebaran Covid-19 terhadap kehidupan sosial. Selain ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat, juga berdampak sosial, ekonomi, politik, ketenagakerjaan dan psikologis.

Namun, masyarakat tidak perlu khawatir atau cemas yang berlebihan. Selain mengikuti protokol kesehatan, yang utama bagaimana mengurangi perasaan trauma, meningkatkan keselamatan, dan memulihkan perekonomian sehingga saat masuk tatanan normal baru,masyarakat memahami sepenuhnya.

Advertisement

Dilema Kerja
Jika boleh jujur, sebagian masyarakat mengalami trauma psikologis. Bahkan trauma juga mempengaruhi tenaga kerja, ASN dan karyawan BUMN. Di satu pihak dituntut kinerja optimal, disiplin, produktif dan profesional namun disisi lain dihantui potongan gaji dan ancaman PHK sehingga mengakibatkan depresi maupun stres bagi tenaga kerja dan keluarganya.

Padahal agar produktivitas terpenuhi, Direnzo (2015), Schermerhorn (2016) dan Moorhead & Griffin (2017), mengatakan perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang mampu menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya.

Fenomena menunjukkan work from home belum cukup efektif lantaran tidak semua perusahaan menerapkan System Application and Product dalam program Enterprise Resource Planning, untuk monitoring pekerjaan dari rumah. Sehingga butuh catatan manual, administratif dan clerical untuk diselesaikan.

Norma Baru
Karena itu, untuk membangun new norm atau tatanan baru, pemerintah perlu melakukan pemulihan motivasi, semangat kerja dan produktivitas tenaga kerja. Ibarat toko, saat pembeli sepi, pemilik toko melakukan stock opname.

Direktur berwenang layak meningkatkan kemampuan tenaga kerja dalam mengakselerasi tata kehidupan baru pascapandemi. Dampak trauma berupa kegamangan, kecemasan, putus asa, turunnya semangat kerja dan produktivitas akibat Covid-19, perlu dibangkitkan kembali.

Jika dalam kondisi normal, perusahaan mengutamakan hard skil lkaryawan. Namun, dalam era New Normal, justru dibutuhkan soft skill, yaitu bagaimana mengembalikan kepercayaan diri, semangat dan motivasi kerja serta peningkatan kreativitas dan inovasi.

Soft Skill
Multiplier effect pandemi Covid-19 sama-sama dirasakan. Dengan begitu, tenaga kerja membutuhkan mental yang sehat sehingga ketika pandemi berakhir, perusahaan bisa langsung memacu kinerjanya, baik di sektor swasta maupun BUMN.

Penelitian di Harvard University menyimpulkan 20% kesuksesan bekerja ditentukan hard skill, sementara itu 80% sisanya ditentukan soft skill yaitu keterampilan memahami diri sendiri sekaligus berinteraksi dengan lingkungannya.

Oleh karena itu, memasuki era New Normal, pemerintah maupun pimpinan perusahaan dituntut memulihkan trauma melalui pengembangan Soft Skillagar tercipta tenaga kerja produktif dan berkualitas, perlu dilakukan secara bertahap, antara lain pertama, meningkatkan self esteemtenaga kerja, mampu mengendalikan pikiran dan perasaannya, memacu motivasi dan semangat kerja beserta kelompoknya. Sekadar contoh, kerja sama kelompok akan efektif jika anggotanya memiliki pengendalian diri yang baik.

Kedua,membentuk karakter tenaga kerja untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama secara tim. Tenaga kerja dilatih menyampaikan ide atau gagasan, hasil kerja maupun evaluasi hasil kinerjanya dalam kelompok.

Ketiga, membangun kemampuan karyawan memecahkan masalah sesuai visi dan misi masing-masing BUMN. Pascapandemi Covid-19, diperkirakan banyak perubahan kebijakan bisnis perusahaan, oleh karena itu butuh keterampilan menganalisis sekaligus memecahkan permasalahan dengan solusi cepat dan tepat. Pola pekerjaan clerical atau administratif diubah dalam pola kreatif dan inovatif.

Keempat, para pengambil kebijakan di perusahaan, ditingkatkan leadership dan profesionalitasnya. Pasca masa krisis dibutuhkan kepemimpinan profesional. Pada umumnya tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi, cenderung memiliki kepercayaan diri dan konsep pemikiran utuh untuk bertindak profesional.

Melalui keempat karakter dan pola perilaku yang dibangkitkan secara psikologis, diharapkan tenaga kerja di BUMN khususnya, pegawai swasta maupun masyarakat umumnya siap mental dan keterampilannya menghadapi tatanan baru dalam kehidupan New Normal. Semoga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

DIY Peroleh Kuota Transmigrasi untuk 16 KK di 2024

Jogja
| Kamis, 25 April 2024, 05:37 WIB

Advertisement

alt

Berikut Rangkaian Program Pilihan Keluarga Indonesia Paling di Hati, Hanya di MNCTV

Hiburan
| Selasa, 23 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement