Advertisement

OPINI: Memahami Pola Penanganan Wabah Covid di Indonesia

Ign. Novianto Hariwibowo, Dosen Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Rabu, 23 Desember 2020 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Memahami Pola Penanganan Wabah Covid di Indonesia Ign. Novianto Hariwibowo, Dosen Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

Wabah penyakit merupakan bencana kemanusiaan. Berbeda dengan bencana alam, ancaman yang ditimbulkan dari Wabah penyakit dapat berbampak luas. Terutama pada penyakit yang mudah menular dan baru, yang belum terdapat obat atau vaksinnya, seperti CoVid 19. Dampak luas yang disebabkan oleh wabah penyakit menuntut penanganan masalah yang luas.

Hal ini berdampak pada besarnya dana yang perlu disiapkan pemerintah untuk menyelesaikan wabah ini. Biaya kesehatan merupakan biaya yang pasti muncul akibat dari penyebaran wabah penyakit. Namun, ada komponen biaya lain yang mungkin tidak disadari dapat berpengaruh pada biaya penanganan wabah penyakit, yaitu biaya gangguan sosial.

Advertisement

Gangguan sosial ini dapat berupa kecemasan, kerugian ekonomi, dan kejahatan. Besarnya biaya sosial tersebut merupakan biaya yang sulit diukur. Oleh karena itu Seberapa besar biaya yang perlu disiapkan untuk mencegah atau mengatasi masalah dampak sosial ini secara efektif?

Biaya penanganan wabah

Biaya penanganan wabah penyakit memiliki beberapa komponen, antara lain biaya yang timbul dari infeksi penyakit. Hal ini terkait dengan biaya kesehatan atau pengobatan. Selanjutnya ada biaya intervensi untuk pencegahan, dan yang terakhir, adalah biaya dampak sosial. Ketiga komponen biaya ini akan mempengaruhi besar kecilnya biaya penanganan wabah penyakit.

Dari ketiga komponen ini bisa setiap daerah tergantung dari kondisi sosial dan infrastruktur. Dengan demikian nilai dapat biaya hanya dapat berupa estimasi yang perlu disiapkan untuk mengatasi wabah penyakit.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fast, Gonzalez, dan Markuzon (2015) menjelaskan bahwa efektivitas biaya respons atau gangguan sosial dipengaruhi oleh persepsi risiko terhadap wabah tersebut. Persepsi terhadap risiko wabah dapat dikategorikan menjadi persepsi rendah, menengah atau medium, dan tinggi.

Tinggi rendahnya persepsi risiko ini dipengaruhi oleh seberapa besar ancaman penyakit tersebut dapat menimbulkan kematian dan tingkat penularan. Semakin tinggi potensi kematian yang ditimbulkan dari penyakit tersebut maka persepsi risiko semakin besar. Dengan demikian, semakin besar persepsi risiko penyakit terhadap kematian maka biaya yang diperlukan untuk masalah sosial semakin tinggi.

Namun demikian, bagaimana cara menentukan nilai yang paling efektif untuk mengatasi wabah penyakit? Tingginya persepsi risiko penyakit akan mendorong penerapan biaya tinggi untuk penyelesaian wabah. Pada persepsi risiko tinggi, tindakan penanganan yang efektif perlu dilakukan atau ditekankan pada tahap pencegahan. Dampaknya adalah besarnya biaya yang perlu dialokasikan untuk intervensi dan pencegahan dampak sosial.

Sedangkan wabah yang dipersepsikan memiliki risiko rendah, maka aktivitas kontrol merupakan aktivitas yang paling efektif untuk mengatasi menangani wabah penyakit. Aktivitas kontrol ini akan membutuhkan biaya yang lebih rendah dari pada aktivitas intervensi terhadap dampak sosial. Namun demikian, biaya yang paling efektif untuk penanganan wabah penyakit adalah persepsi medium.

Aktivitas ini akan mempertimbangkan keseimbangan aktivitas pencegahan dan kontrol. Biaya ini merupakan biaya yang paling efektif untuk dialokasikan terhadap wabah penyakit khususnya wabah yang bersifat global (Fast, Gonzalez, dan Markuzon; 2015). Pada tingkat persepsi medium biaya intervensi dan dampak sosial akan lebih moderat.

Persepsi risiko yang medium akan menekankan aktivitas intervensi dan kontrol secara bersamaan. Biaya intervensi dan biaya sama pak sosial merupakan biaya yang dapat disilangkan. Artinya, intervensi dan kontrol akan dapat menurunkan dampak sosial, atau jika tidak ada intervensi maka biaya dampak sosial akan lebih tinggi. Dalam hal ini pemerintah perlu memilih.

Permasalahan terletak pada besarnya biaya dampak sosial lebih sulit untuk diukur. Oleh karena itu intervensi dan kontrol merupakan pilihan yang yang seusai bagi efektifitas biaya penanganan wabah. Intervensi wabah penyakit yang paling sarankan adalah menjaga jarak. Menjaga jarak adalah cara pencegahan yang paling murah namun cukup efektif untuk mengurangi risiko penularan.

Aktivitas kontrol dilakukan untuk memastikan intervensi, yaitu jaga jarak dapat berlangsung secara efektif. Di luar ini, peran media komunikasi juga memiliki pengaruh untuk mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap wabah yang sedang terjadi. Dengan melakukan intervensi dan kontrol ini maka biaya penanganan wabah akan lebih efektif.

 

Bagaimana penanganan wabah?

Jika melihat pola kebijakan pemerintah yang tidak melakukan lock Down, maka dapat dipahami bahwa pemerintah memiliki persepsi medium terhadap wabah covid 19 ini. Hal ini terlihat dari kampanye pemerintah yang lebih menekankan social distancing atau jaga jarak. Pendekatan ini cukup bisa meredam kemungkinan dampak sosial karena masyarakat masih dapat melakukan aktivitas walaupun terbatas.

Kegiatan ekonomi masih dapat berlangsung walaupun terbatas. Dengan pola ini maka menurut penelitian Fast, Gonzalez, dan Markuzon (2015), wabah akan dapat dikendalikan. Namun, kenyataannya di Indonesia terjadi peningkatan kasus Covid-19. Lalu apa yang kurang dari program pemerintah? Berdasarkan penelitian tersebut, pemerintah kurang mampu dalam aktivitas kontrol atau pengendalian. Mempertahankan cara pencegahan dengan jaga jarak juga memerlukan biaya. Biaya yang dikeluarkan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan dampak sosial akan lebih besar jika tanpa ada pengendalian.

Peningkatan kasus juga dimungkinkan karena masyarakat yang mengalami perubahan cara pandang terhadap wabah yang terjadi. Karena kejenuhan, dimungkinkan masyarakat mengabaikan protokol kesehatan. Dalam hal ini media masa dapat berfungsi untuk mempertahankan persepsi publik terhadap wabah yang terjadi.

Walaupun di awal pemerintah memiliki persepsi medium terhadap wabah Covid-19, namun masyarakat bisa memiliki persepsi lebih tinggi atau lebih rendah. Persepsi pemerintah sendiri juga dapat berubah terhadap suatu wabah. Oleh karena itu, media masa berperan untuk menyamakan persepsi pemerintah dengan masyarakat.

 

Apa yang perlu dibenahi?

Langkah pemerintah dengan memiliki persepsi medium sudah tepat untuk efektifitas biaya penanganan wabah. Namun demikian, intervensi yang dilakukan perlu dikendalikan supaya persepsi tetap sesuai dan wabah dapat dikendalikan.

Dalam hal ini, pemerintah kurang kuat dalam aspek pengendalian terhadap intervensi tersebut. Namun keberhasilan intervensi ini akan dapat terbantu jika masyarakat memiliki persepsi yang sama terhadap wabah ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

DPD Golkar Kota Jogja Pastikan Penjaringan Singgih Raharjo Tak Ada Masalah Meski Masih Jadi Pj Wali Kota

Jogja
| Rabu, 24 April 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Berikut Rangkaian Program Pilihan Keluarga Indonesia Paling di Hati, Hanya di MNCTV

Hiburan
| Selasa, 23 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement