Advertisement
OPINI: Kesuksesan Fintech Ecosystem
Advertisement
Inovasi, teknologi, dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah memengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Lebih lagi kehadiran teknologi informasi telah membawa perubahan bertahap pada perekonomian. Kemajuan ini telah membawa perubahan termasuk pada sektor keuangan.
Perkembangan financial technology (fintech) merupakan hasil nyata inovasi yang membantu masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan dengan mudah dan cepat. Kehadiran fintech meningkatkan jangkauan pengguna yang lebih luas dengan menawarkan layanan keuangan dan dengan cepat mendapatkan basis pengguna di seluruh dunia. Dalam mengadopsi fintech, nasabah lebih dipengaruhi oleh persepsi manfaat dibandingkan risiko terkait dengan adopsi fintech. Indonesia sebagai negara berkembang tidak hanya memiliki keterbatasan dana untuk meningkatkan aksesibilitas keuangan dan infrastruktur, tetapi juga memiliki persentase unbanked population yang tinggi. Fintech dapat berperan penting dalam membawa produk keuangan ke masyarakat luas yang saat ini belum terjangkau dan tidak memiliki rekening bank di Indonesia. Merujuk pada World Bank Global Findex 2017, unbankable population di Indonesia mencapai 95 juta penduduk, di belakang Pakistan (100 juta), India (190 juta), dan China (225 juta).
Advertisement
Keuntungan adopsi fintech bagi masyarakat sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan United Nation Development Program (UNDP) yang meliputi mempromosikan nol kemiskinan, mengakhiri kelaparan, atau menyediakan ketahanan pangan. Adopsi fintech juga mendukung agenda adopsi energi bersih dan melestarikan ekosistem dalam ekonomi sirkular. Namun demikian, untuk meningkatkan penggunaannya, pelanggan atau calon nasabah harus memiliki pemahaman yang lebih baik tentang produk dan layanan fintech dengan mengakui manfaat dan risiko yang mungkin muncul saat mengadopsi fintech. Kesediaan untuk mencoba dan menggunakan layanan dan produk keuangan baru saja tidak cukup. Masyarakat juga harus memiliki budaya inovasi terbuka untuk mempercepat adopsi fintech. Pandemi COVID-19 baru-baru ini telah menunjukkan bahwa orang-orang dapat terdidik dalam waktu singkat dan memaksa untuk mengelola keuangan mereka secara digital. Dengan demikian, faktor-faktor apa yang dapat mendorong masyarakat untuk dapat menggunakan fintech, sehingga literasi keuangan digital di masyarakat menjadi lebih luas.
Daya Tarik Fintech
Penelitian Setiawan dkk pada 2021 menunjukkan tingkat adopsi fintech selama krisis Covid-19 tidak lepas dari inovasi pengguna, sikap, citra merek dan kesehatan keuangan. Untuk mencapai adopsi fintech yang luas, ternyata, sikap sosial dari kerangka integrasi teknologi perlu diperluas. Contohnya adalah masalah internal (inovasi pengguna, sikap, literasi keuangan, dan kesehatan keuangan) dan masalah eksternal (dukungan pemerintah dan citra merek), dapat menarik calon nasabah ke dalam teknologi fintech. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan karakteristik masyarakat Indonesia di mana anak muda di bawah 35 tahun, yang sering disebut sebagai milenial, mendominasi pengalaman menggunakan fintech. Hal ini sejalan dengan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia yang menjelaskan bahwa Indonesia mengalami perkembangan yang relatif pesat, dengan pengguna internet mencapai 73,7% dari total penduduk Indonesia, yang didominasi anak muda. Fintech dianggap sebagai alternatif atau solusi yang dapat memudahkan masyarakat Indonesia dalam melakukan transaksi keuangannya, terutama peran fintech dalam transaksi pembayaran. Peningkatan adopsi ekosistem fintech di Indonesia diperkuat dengan regulasi dan inovasi untuk meningkatkan infrastruktur layanan di bidang teknologi. Lebih dari itu, hadirnya pandemi mempercepat adopsi tersebut dengan memaksa atau menekan masyarakat yang tidak dapat berinteraksi secara langsung harus beralih secara tidak langsung yaitu memanfaatkan peran teknologi dalam kegiatan ekonomi.
Hasil menarik ditemui pada peningkatan adopsi fintech di masa pandemik, yaitu sikap pengguna memiliki dampak langsung paling signifikan terhadap niat individu untuk menggunakan fintech selama krisis. Hasil ini menunjukkan pandangan positif terhadap fintech, bahwa Fintech berguna, merupakan pendorong utama masyarakat mengadopsi fintech. Selain itu, citra merek, manfaat yang dirasakan, literasi keuangan, dan inovasi pengguna memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap adopsi pengguna fintech. Namun anehnya, kesehatan finansial, kemudahan penggunaan, dan dukungan pemerintah tidak berdampak langsung pada adopsi fintech, meskipun fintech mudah digunakan, kesehatan finansial, dan dukungan pemerintah, hal-hal tersebut tidak mendorong orang untuk mengadopsi fintech. Hasil ini menunjukkan dukungan pemerintah dan persepsi kemudahan penggunaan memiliki dampak tidak langsung pada adopsi penggunaan fintech. Temuan ini dapat dijelaskan bahwa faktor eksternal seperti dukungan pemerintah tidak berpengaruh langsung terhadap adopsi pengguna fintech. Namun, pemerintah dan pengambil kebijakan dapat membuat kebijakan yang meningkatkan literasi keuangan dan inovasi pengguna untuk meningkatkan tingkat adopsi pengguna fintech di masyarakat, terutama pengusaha dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Hal menarik lain dari adopsi fintech di masa pandemi Covid-19 adalah faktor internal seperti kesehatan keuangan tidak menghalangi masyarakat dalam menggunakan teknologi keuangan. Masa pandemi COVID-19 menunjukkan banyak orang dan pengusaha memiliki masalah kesehatan keuangan. Namun demikian, subsidi langsung dari pemerintah sama dengan biaya hidup terendah membawa masyarakat dan pengusaha bertahan. Temuan lain mengatakan faktor eksternal seperti citra merek telah berkontribusi pada peningkatan adopsi pengguna teknologi keuangan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan citra merek layanan Fintech, perusahaan harus mengutamakan kenyamanan dan keamanan sebagai bagian integral dari layanan fintech untuk mendorong adopsi layanan fintech pengguna.
Sikap Positif
Faktor penting yang mendorong adopsi fintech bagi pengguna Indonesia adalah sikap, yang merupakan faktor penentu yang paling signifikan, dan sebaliknya literasi keuangan pengguna berkontribusi paling kecil terhadap adopsi fintech. Hasil lain juga menunjukkan bahwa inovasi pengguna berdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung, adopsi fintech di Indonesia. Perlu pemberdayaan regulasi dan edukasi masyarakat karena dukungan pemerintah mempengaruhi adopsi fintech melalui inovasi pengguna. Faktor internal pengguna atau nasabah, lebih mendorong adopsi fintech dari pada faktor eksternal, yaitu dukungan pemerintah dan teknologi.
Dengan demikian adopsi fintech perlu dioptimalkan melalui edukasi untuk membangun sikap positif terhadap fintech pada level makro dan mikro. Pemerintah berpartisipasi di tingkat makro dengan membangun infrastruktur seperti jaringan internet untuk memberikan akses bagi pengguna jasa keuangan baik di pedesaan maupun perkotaan. Keterlibatan aktif pelaku industri keuangan dengan menyediakan produk-produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat juga menjadi elemen penting dalam memperluas akses layanan keuangan formal. Pada level mikro, inovasi terbuka pengguna perlu dipercepat dengan mengoptimalkan penggunaan informasi eksternal untuk mengadopsi teknologi baru. Optimalisasi keterlibatan semua pihak terkait seperti pemerintah, akademisi, peneliti, dan pemangku kepentingan lainnya, berperan penting dalam meningkatkan literasi dan indeks inklusi keuangan di suatu negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Jadwal Layanan SIM Keliling Gunungkidul Rabu 30 Oktober 2024
Advertisement
Aktor Jefri Nichol Diperiksa Polisi, Berstatus Saksi Dugaan Pengeroyokan
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement