Advertisement

OPINI: Social Entrepreneurship dalam Kacamata Bisnis

Bartolomeus Galih Visnhu Pradana, Dosen Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kamis, 09 Februari 2023 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Social Entrepreneurship dalam Kacamata Bisnis Bartolomeus Galih Visnhu Pradana, Dosen Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

Entrepreneurship atau kewirausahaan sangat sering menjadi bahasan pada setiap forum dan media, terbukti dari berbagai metode pendidikan, mata kuliah Kewirausahaan kini menjadi mata kuliah wajib bagi sejumlah perguruan tinggi. Tidak jarang juga Lembaga pelatihan saat ini semakin tekun menawarkan keterampilan kewirausahaan untuk bisa di implementasikan masyarakat secara luas. Dalam praktiknya, menciptakan seseorang dengan jiwa entrepreneur tidaklah mudah karena timbul adanya masalah sosial yaitu suatu keadaan di mana kesenjangan sosial yang tinggi serta kemakmuran sudah seperti hal yang tampak eksklusif. Atas permasalahan tersebut, muncul socio entrepreneurship sebagai solusi yang sangat dibutuhkan oleh sebagian masyarakat.

Social Entrepreneur bergerak tidak dimotivasi oleh profit, melainkan dilandasi oleh sebuah visi untuk mengatasi problem sosial yang ada (social driven). Tatanan social entrepreneurship berbanding terbalik dengan business entrepreneurship, business entrepreneurship bertujuan untuk memperoleh kekayaan pribadi. Sebaliknya kajian dari Gosyen (2018), social entrepreneurship muncul apabila seseorang mendapatkan profit melalui kegiatan ekonomi, maka hasil keuntungan tersebut dimanfaatkan untuk membantu masyarakat ataupun komunitas dalam pelatihan atau pemberdayaan khususnya pada pendidikan dan kesehatan (healthcare) serta bidang kesejahteraan (welfare). Menilai keberhasilan social enterpreneur bukan dengan membandingkan besaran profit yang didapatkan, tetapi dari mereka menerapkan nilai-nilai sosial (social value). Namun, bukan berarti konsep bisnis yang berbeda ini tidak bisa diimplementasikan, bahkan realitanya sudah banyak contoh Social Entrepreneurs asli dari dalam negeri yang berhasil mengimplementasikan ide-idenya.

Advertisement

Dalam Bisnis

Rintangan yang biasa muncul dan harus dihadapi oleh Social Entrepreuners antara lain meliputi permasalahan mengenai pendidikan dan pelatihan serta pendanaan bagi setiap pemimpin (leader) di masa yang akan datang dan sadar mengenai social entrepreneurship, serta juga minimnya bentuk penghargaan dan bantuan oleh pemerintah untuk mengurangi rintangan dan beban para lembaga yang beroperasi pada bidang sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu Social Entrepreneurs memerlukan bantuan oleh Social Investor agar proses pengimplementasian atas gagasan baru dapat diwujudkan (Pratiwi, 2020).

Namun, Social Entrepreneurship bukan menjadi satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah sosial, karena sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang berlaku di negara tertentu. Tetapi keberanian perlu untuk segera diniatkan agar dapat segera membentuk change makers sehingga setiap orang akan berusaha untuk menerapkan prinsip change maker di lingkunganya masing-masing. Penelitian Gosyen (2018) yang diadaptasi dari buku yang berjudul Social Entrepreneurship: New Models of Sustainable Social Change, menghadirkan sejumlah tantangan perusahaan untuk mengelola bisnis yang berbasis Corporate Social Entrepreneurship.

Pertama, penanaman sifat kepemimpinan dalam tiga dimensi di antaranya pemimpin diharuskan mempunyai sebuah visi di mana dimensi sosial menjadi hal penting dalam aspek sentral serta integral dari sebuah dinamika perusahaan. Seorang pemimpin wajib untuk membuat lingkungan internal organisasi atau perusahaan yang akurat.

Dalam hal pemberdayaan, pemimpin harus menyediakan kesempatan bagi pemimpin dan agen perubahan lain di dalam perusahaan agar bisa menghasilkan keputusan setiap hari.

Kedua, membangun strategi Social Entrepreneurship dalam suatu organisasi atau perusahaan harus mengoordinasikan aspek sosial dan bisnis dari strategi tersebut (alignment). Fokus pada pemecahan masalah secara kreatif untuk menggerakkan dan memperkuat inti bisnis perusahaan atau bagian dalam kesuksesan bisnis, sehingga dapat menciptakan keterkaitan antara nilai sosial dan bisnis, untuk menghasilkan indikator ekonomi dan sosial yang lebih tinggi (leveraging core competencies). Kemitraan dan penciptaan aliansi dengan perusahaan lainnya juga akan semakin memperkukuh proses bisnis (partnering).

Ketiga, memperhatikan struktur organisasi. Struktur akan dibuat dengan strategi yang telah ditetapkan, sehingga Corporate Social Entrepreneur diharuskan untuk menciptakan organisasi yang memiliki banyak inovasi di dalam perusahaan untuk memaksimalkan sekaligus mempromosikan sebuah dimensi sosial yang tidak usang.

Keempat, membangun sistem atau platform yang mendukung CSE sehingga dapat memperkuat pembelajaran dari proses pengambilan keputusan tentang dimensi sosial dan ekonomi serta membuka kemungkinan pada implementasi yang efisien dan efektif.

Setiap orang bisa menjadi seorang social entrepreneur serta menerbitkan social enterprise melalui sebuah himpunan wirausaha. Mereka dapat mengembalikan return atau surplus atas kegiatan wirausaha mereka untuk para pemangku kepentingan yang mana dapat segera mencapai tujuan dan cita-cita yang diidealkan dalam sebuah masyarakat. Kunci yang terpenting untuk mencapai keberhasilan pada jenis bisnis ini yaitu konsistensi serta kemampuan dalam mengeksekusi setiap peluang yang hadir secara maksimal.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Disbud DIY Rilis Lima Film Angkat Kebudayaan Jogja

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Giliran Jogja! Event Seru Supermusic Superstar Intimate Session Janji Hadirkan Morfem

Hiburan
| Jum'at, 26 April 2024, 17:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement