Advertisement

Puasa Ramadhan pada Pasien Diabetes Mellitus

Media Digital
Selasa, 21 Februari 2023 - 16:07 WIB
Bhekti Suryani
Puasa Ramadhan pada Pasien Diabetes Mellitus Penulis: Khoirun Nisa Alfitri - Ist

Advertisement

Oleh: Khoirun Nisa Alfitri

Tidak terasa kurang dari 2 bulan lagi umat muslim di seluruh dunia akan berjumpa kembali dengan bulan yang penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan. Di bulan ini umat Islam diwajibkan berpuasa sejak waktu Subuh hingga matahari terbenam yang menandai waktu Maghrib. Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam sehingga umat Islam wajib menjalankan syariat ini bagi yang mampu.

Advertisement

Ada beberapa golongan orang yang tidak diwajibkan berpuasa yaitu anak kecil yang belum baligh (dewasa), orang gila, orang sakit dan lansia, perempuan haid dan nifas, perempuan hamil dan menyusui, serta musafir. Pada kasus orang yang sakit, tidak semua orang sakit bebas dari kewajiban berpuasa Ramadhan. Orang sakit yang sekiranya sakitnya akan lambat sembuhnya atau justru tambah parah adalah orang-orang yang dibebaskan dari kewajiban berpuasa. Namun kewajiban berpuasa ini diganti dengan membayar fidyah.

Diabetes mellitus (DM) adalah jenis penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi batas normal. Puasa bagi pasien DM bukanlah sesuatu yang dilarang secara mutlak. Beberapa penelitian justru menunjukkan puasa Ramadhan memiliki efek yang bagus bagi pasien DM, karena puasa dapat menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah, serta menurunkan berat badan.

Akan tetapi pasien DM juga akan dihadapkan dengan beberapa masalah jika memutuskan untuk berpuasa, seperti hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi), dehidrasi, dan masalah kesehatan lain.

Lalu, bolehkah pasien DM berpuasa Ramadhan?

Asosiasi diabetes di Amerika dan Eropa telah mengeluarkan rekomendasi berpuasa selama Ramadhan bagi pasien DM. Oleh karena itu, pasien DM disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter supaya dapat dianalisa kelayakannya dalam menjalankan puasa Ramadhan serta diberikan panduan penggunaan obat-obatan diabetes saat berpuasa.

Menurut rekomendasi yang dikeluarkan oleh asosiasi diabetes, ada beberapa penggolongan risiko pasien DM yang akan menjalankan puasa, yaitu:
Berisiko sangat tinggi, sehingga sangat dianjurkan untuk tidak berpuasa
Berisiko tinggi. Golongan ini boleh memilih untuk tidak berpuasa
Risiko sedang, dimana kelompok ini boleh untuk berpuasa dengan penuh kehati-hatian dan pengawasan
Risiko rendah, dimana kelompok ini boleh untuk berpuasa

Ada beberapa pertimbangan yang akan dilihat oleh dokter untuk menentukan seseorang masuk dalam kategori yang mana, seperti tingkat keparahan riwayat hipoglikemia dan hiperglikemia, adanya penyakit penyerta, terapi diabetes atau konsumsi obat diabetes yang sedang dijalani. Karena ada banyak pertimbangan tersebut, pastikan pasien DM berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Berikut ada beberapa tips bagi pasien DM yang diperbolehkan untuk berpuasa:

Memonitor kadar gula darah secara berkala

Mengecek kadar gula darah tidak membatalkan puasa. Justru dengan memonitor kadar gula darah saat berpuasa dapat menghindari kondisi hipoglikemia. Memeriksa kadar gula darah disarankan dilakukan di siang hari atau ketika pasien merasakan gejala seperti lemas, gemetar, jantung berdebar-debar, kesemutan, penglihatan kabur, atau keluar keringat dingin.

Tetap menerapkan prinsip 3J (jumlah, jenis, dan jadwal makan)

Pada saat puasa, prinsip 3J tetap harus dipegang oleh pasien DM. Jumlah makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Selain itu, makanan yang dikonsumsi juga harus mengandung berbagai jenis bahan makanan seperti karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan air.

Namun untuk jadwal makan, ada perubahan dibandingkan saat tidak berpuasa. Saat puasa, jadwal makan dapat dibagi menjadi empat kali, yaitu dua kali makan utama dan dua kali makan selingan. Pembagian porsi makan juga mengalami perubahan menjadi 40 persen saat makan sahur, 50 persen saat berbuka (10 persen saat membatalkan puasa dan 40 persen untuk makan malam setelah sholat tarawih), serta 10 persen sebelum tidur.

Mengonsumsi 2-3 buah kurma untuk membatalkan puasa
Mengonsumsi kurma untuk berbuka puasa merupakan tradisi umat Muslim yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam ilmu gizi, ternyata konsumsi kurma memang baik dilakukan, karena kurma mengandung indeks glikemik yang rendah sehingga tidak akan meningkatkan kadar gula darah secara cepat. Peningkatan kadar gula darah yang cepat akan membahayakan bagi pasien DM karena dapat menyebabkan hiperglikemia.

Manajemen aktifitas fisik
Selama berpuasa, umat Muslim tetap perlu melakukan aktifitas fisik, termasuk pada pasien DM. Namun pada pasien DM perlu berhati-hati dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik yang berlebihan selama berpuasa, berisiko tinggi mengalami hipoglikemia.

Sumber:
Ibrahim M, Davies MJ, Ahmad E, et al. Recommendations for management of diabetes during Ramadan: Update 2020, applying the principles of the ADA/EASD consensus. BMJ Open Diabetes Research and Care 2020;8:e001248. doi: 10.1136/bmjdrc-2020-001248.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Masa Jabatan Lurah Diperpanjang, Apdesi Bantul: Harus Dioptimalkan Untuk Peningkatan Kinerja Lurah

Bantul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Rela, Ungkapan Some Island tentang Kelam, Ikhlas dan Perpisahan

Hiburan
| Jum'at, 29 Maret 2024, 09:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement