Advertisement
Nilai Sentral Akhlak
Advertisement
Nilai-nilai sentral dalam akhlak ialah amal saleh yang sekaligus juga menjadi inti nilai-nilai Islam Qur’ani. Di dalam Al-Qur’an paling tidak ada empat unsur akhlak sebagaimana di firmankan: “Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. 16: 97).
Dari surat an-Nahl tersebut kita mendapati bahwa unsur akhlak tersebut adalah pertama, Tindakan (lahir/batin-baik/buruk), kedua, Sengaja (bukan dipaksa/karena lalai), ketiga, Mukallaf (bukan Tindakan orang pikun/gila/anak yg belum baligh), keempat, Iman (ikhlas)-akhlak terpuji, dan tanpa keikhlasan (akhlak tercela).
Advertisement
Iman sebagai penentu amal saleh atau akhlak terpuji, maka ingkar kepada iman menjadi penentu akhlak tercela. Sebagaimana firmannya: “Siapa yang kufur setelah beriman, maka sungguh sia-sia amalnya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. (QS. 5. Al-Maidah: 5). Begitu pula disampaikan dalam surat An-Nur ayat 39.
Tanpa iman kepada Allah dan hari akhirat maka manusia memosisikan dirinya menjadi manusia yang berorientasi hanya kepada kehidupan dunia semata sehingga diposisikan menjadi manusia yang tidak memperoleh apa-apa, sebagaimana dalam firmannya di surat (QS. Hud. 11: 15-16).
Mukmin yang menyadari akan hakikat kehidupan akhirat dia akan berusaha mengisi kehidupannya dengan beriman dan beramal saleh karena kesempatan ini hanya diberikan ketika seorang manusia hidup di dunia. Kerinduan untuk memiliki iman jika dikembalikan lagi ke dunia diabadikan oleh Allah SWT di surat (QS. 26: 102) dan kerinduan untuk beramal saleh Allah abadikan di surat (QS. 35: 37) yang pada intinya berusaha ingin memaksimalkan kesempatan hidup dengan iman dan amal saleh.
Takdir Allah SWT bagi semua manusia yang beriman dan beramal saleh adalah Allah SWT akan memasukan ke dalam surga-Nya sebagaimana dalam firmannya di surat (QS. 47: 12).
Perintah untuk beriman dan beramal saleh ini bukan memaksa manusia tapi sebagai bentuk kasih kasih sayang Allah, walaupun manusia diberi kebebasan untuk memilihnya (QS. 18: 29). Namun perintah itu sebagai rahmat Allah dan bernilai tinggi daripada memilih kebebasan yang ditawarkan sebagaimana dalam firman-Nya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai manusia, sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak ada tuhan selain Dia, serta Yang menghidupkan dan mematikan. Maka, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) nabi ummi (tidak pandai baca tulis) yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. 7: 158).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Jadwal Layanan SIM Keliling Gunungkidul Rabu 30 Oktober 2024
Advertisement
Aktor Jefri Nichol Diperiksa Polisi, Berstatus Saksi Dugaan Pengeroyokan
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement