Advertisement

Anomali Sepi Order Tekstil

Ratih Dewi Setiawan
Jum'at, 05 Mei 2023 - 06:27 WIB
Bhekti Suryani
Anomali Sepi Order Tekstil Ratih Dewi Setiawan - JIBI

Advertisement

Dewasa ini pelarangan terhadap perdagangan barang thrifting impor berhembus lebih kencang dari biasanya. Ternyata di balik gemuruh antusiasme terhadap produk thrifting, tersimpan luka di tengah kondisi yang sedang tidak baik-baik saja.

Momen Ramadan dan Idulfitri tahun ini lebih meriah dari sebelumnya. Masyarakat terlihat berbondong-bondong meramaikan pusat perbelanjaan Tanah Air. Sayangnya geliat pertumbuhan permintaan tidak dirasakan oleh seluruh rantai penyokong industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.

Advertisement

Berdasarkan informasi yang didapat dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Lebaran kali ini menjadi tahun yang cukup suram bagi produsen tekstil domestik. Bagaimana tidak, umumnya mereka telah banjir orderan sejak tiga hingga empat bulan menjelang Ramadan. Anomali sepinya order tekstil menjelang hari raya sangat dirasakan di tahun ini.
Bahkan cukup banyak pelaku industri TPT yang justru harus mengurangi jam operasional mereka karena sepinya permintaan.

Kondisi tahun ini diakui pengusaha lebih menantang dari saat pandemi berlangsung. Saat pandemi, order ke pabrik TPT masih cukup baik karena pembatasan di berbagai pelabuhan antarnegara menjadi batasan tersendiri masuknya produk-produk impor ke pasar domestik. Namun, saat gerbang perdagangan antarnegara sudah mulai kembali dibuka, pasar dalam negeri justru dibanjiri produk-produk impor yang menawarkan harga lebih murah.

Tidak berhenti disitu, tekanan tidak hanya terjadi pada produk pakaian baru. Baru-baru ini media Tanah Air diramaikan dengan permasalahan perdagangan pakaian impor bekas yang kian menjamur. Perdagangannya pun sudah mulai merambah di pusat-pusat perbelanjaan dan secara mudah ditemui di e-commerce.

Sinyal ancaman sudah ditangkap oleh Pemerintah. Presiden Joko Widodo mengecam keras impor pakaian bekas yang mengganggu industri tekstil dalam negeri. Namun, apakah perdagangan pakaian bekas (thrifting) ini hanya terjadi di Indonesia? Ternyata tidak. Banyak negara maju yang sudah lama melegalkan perdagangan pakaian bekas, salah satunya di Inggris. Di Inggris, penjualan pakaian bekas kerap dilakukan oleh yayasan tertentu untuk mengumpulkan dana, misal yayasan kanker yang memperjual belikan pakaian dan barang bekas yang kemudian hasil penjualannya digunakan untuk membiayai pengobatan pasien kanker.

Yayasan ini umumnya memiliki beberapa cabang toko di beberapa kota. Selain itu, pasar pakaian dan barang bekas juga kerap dilakukan setiap minggu pagi di Kota Otley, 30 menit menggunakan bus dari pusat Kota Leeds, Inggris.

Lalu mengapa di Indonesia perdagangan thrifting menjadi masalah? Permasalahan utama perdagangan pakaian thrifting di Indonesia bukan terletak pada aktivitasnya, melainkan sumber barang tersebut berasal.

Perdagangan barang thrifting yang bersumber dari impor berpotensi menggerus pangsa pasar produk pakaian baru karena menawarkan harga yang jauh lebih murah, khususnya produk-produk lokal. Tidak hanya mengancam pelaku industri besar, tetapi juga UMKM yang baru memasarkan produknya di pasar domestik.

Ekosistem perdagangan produk thrifting perlu dibentuk dengan memperdagangkan barang-barang produksi domestik yang masih layak pakai.

Mengadopsi implementasi perdagangan thrifting di negara maju, perdagangan produk thrifting dapat memberikan manfaat karena memberikan nilai ekonomi untuk produk-produk yang sudah tidak bermanfaat bagi seseorang.

Memperjual belikan produk thrifting untuk kepentingan penggalangan dana juga dapat dilakukan sebagai alternatif pendanaan.

Pelajaran dari masa pandemi bahwa pasar tekstil domestik Indonesia mampu menjadi penyokong pergerakan ekonomi di masa sulit. Apabila produk-produk tekstil buatan Indonesia diminati dan membanjiri pasar domestik, minimal sudah 70% produksi industri TPT domestik sudah memiliki konsumen tetap. Selanjutnya, dampak dinamika global dan perlemahan pasar ekspor industri TPT yang terjadi saat ini dapat diminimalisir efeknya.

Sekali lagi, perhatian dan langkah progresif Pemerintah dengan melakukan pemusnahan pakaian impor bekas perlu diapresiasi karena menunjukkan keseriusan terhadap permasalah yang dihadapi Industri TPT domestik. Tidak berhenti di sini, diperlukan sinergi antar lembaga dan konsistensi untuk meningkatkan daya saing produk industri maupun UMKM tekstil domestik. Bank Indonesia bersinergi dengan Kemenparekraf, Kementerian UMKM, serta Kemendag secara konsisten mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GBBI) yang telah menjadi event tahunan bersama.

Tidak hanya di level nasional, kantor Perwakilan Bank Indonesia di setiap daerah setiap tahun menyelenggarakan kegiatan kreatif untuk mendorong UMKM untuk naik kelas hingga mampu berkompetisi di taraf internasional melalui kegiatan business matching dan showcase di luar negeri. (JIBI/Bisnis Indonesia)

Ratih Dewi Setiawan
Analis Yunior Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Dipanggil Teman oleh Bocah Berusia 2 Tahun, Beyonce Kirim Bunga Cantik Ini

Hiburan
| Kamis, 25 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement