Advertisement

OPINI: Mewaspadai Inflasi Hijau

John de Santo 
Selasa, 23 Januari 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Mewaspadai Inflasi Hijau John de Santo - Dok. Pribadi

Advertisement

Dalam debat keempat atau debat kedua cawapres yang dihelat pada Minggu (21/1) di Jakarta Convention Center (JCC), muncul istilah greenflation atau inflasi hijau. Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming, melontarkan pertanyaan singkat kepada Mahfud MD cawapres nomor urut 3 tentang “Bagaimana mengatasi greenflation”. Tetapi menurut Gibran, Mahfud MD tidak menjawab pertanyaannya. Mahfud MD menolak untuk menjawab pertanyaan yang dinilai “receh” dan tidak penting itu dan mengembalikan waktu kepada moderator. Apa itu sesungguhnya greenflation atau inflasi hijau dan bagaimana mengatasinya? Hemat penulis masyarakat perlu juga mengetahui itu. 

Istilah “greenflation” atau inflasi hijau, adalah konsep yang relatif baru untuk menjelaskan peningkatan biaya dan inflasi,  berkaitan dengan berbagai upaya pelestarian lingkungan hidup. Fenomena ini muncul akibat semakin bertumbuhnya kesadaran global terhadap perubahan lingkungan hidup dan semakin diperlukannya berbagai praktik ramah lingkungan. Kesadaran ini mengakibatkan naiknya permintaan terhadap berbagai produk, layanan, dan teknologi hijau, sehingga menyebabkan timbulnya inflasi harga di sektor tersebut. Dalam tulisan ini, penulis akan mengeksplorasi konsep inflasi hijau, penyebabnya, dan implikasi terhadap masyrakat, dunia usaha, dan pemerintah.

Advertisement

Sebagian besar pemerintah di seluruh dunia telah menerapkan berbagai kebijakan yang bertujuan memajukan pembangunan berkelanjuan dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Kebijakan-kebijakan seperti pajak karbon, subsidi energi terbarukan, dapat meningkatkan harga komoditas barang dan jasa. 

Karena kesadaran terhadap isu lingkungan hidup meningkat, konsumen semakin menuntut produk dan layanan yang ramah lingkungan. Tuntutan yang tinggi tersebut justru meningkatkan harga, dan memicu inflasi di sektor-sektor hijau. 

Sementara itu, produksi terhadap berbagai produk dan teknologi hijau sering memerlukan bahan dan sumber daya khusus. Belum lagi, rantai suplai global masih tertekan akibat pandemi Covid-19, sehingga menyebabkan kekurangan pasokan bahan dan sumber daya, sekaligus meningkatkan harga.  

Pengembangan dan adopsi terhadap berbagai teknologi hijau menyebabkan fluktuasi harga. Berhubung teknolgi hijau menjadi semakin efisen dan menyebar luas, maka ia bisa mendorong turunnya harga, tetapi berbagai investasi awal dan riset dapat sekaligus menimbulkan inflasi. 

Dampak Inflasi Hijau 

Inflasi hijau dapat berdampak terhadap kepentingan individual, dunia usaha, pemerintah, dan dunia global. Pertama, dampak indiviual. Para konsumen akan mengalami kenaikan harga untuk berbagai produk dan layanan ramah lingkungan seperti kendaraan listrik, panel surya, dan makanan organik. Ini berdampak langsung terhadap biaya rumah tangga dan pembatasan akses terhadap pilihan berkelanjutan (sustainable option) bagi sejumlah orang.   

Kedua, dunia usaha. Perusahaan-perusahaan yang fokus pada upaya keberlanjutan dan teknologi hijau mengalami peningkatan biaya dan harga yang lebih tinggi bagi produk dan jasa mereka. Ini dapat mengarah kepada kerugian dan mungkin mendorong dunia usaha mengabaikan praktik-praktik ramah lingkungan agar tetap bersaing. 

Ketiga, pemerintah. Inflasi hijau dapat memberikan tekanan terhadap pemerintah untuk menerapkan berbagai kebijakan yang dapat mengurangi beban terhadap masyarakat dan dunia usia. Ini bisa mencakup investasi selanjutnya di bidang teknologi hijau, dengan memberikan dukungan dana bagi para konsumen dan dunia usaha, atau menerapkan berbagai kebijakan lingkungan secara lebih agresif.  

Keempat, ekonomi global. Inflasi hijau dapat berdampak luas terhadap ekonomi global, karena tuntutan terhadap berbagai produk dan layanan hijau terus bertumbuh. Pergeseran ini mengarah kepada model ekonomi yang lebih bertahan di satu pihak, namun di lain pihak ia dapat menciptakan berbagai tantangan untuk negara-negara yang tidak siap bagi transisi tersebut. 

Mengatasi Inflasi Hijau 

Untuk mengatasi dampak buruk dari inflasi hijau, sejumlah strategi berikut dapat diterapkan. Pertama, kebijakan pemerintah. Pada level ini pemerintah harus menjamin berbagai kebijakan yang mendukung keberlanjutan dengan merancang cara untuk mengurangi tekanan inflasi di sektor ini. Contohnya, pemerintah menyediakan subsidi dan insentif untuk mendorong penerapan berbagai teknologi hijau, ketimbang memaksakan biaya langsung (direct costs) kepada konsumen. 

Kedua, riset dan pengembangan. Berinvestasi pada riset dan pengembangan terhadap teknologi hijau dapat membantu mengurangi harga dan inflasi. Dalam hal ini pemerintah dan lembaga-lembaga swasta dapat bekerja sama dalam hal pendanaan dan dukungan terhadap berbagai inisiatif riset serta pengembangan dalam rangka membuat teknologi hijau menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses. 

Ketiga, pendidikan dan penyadaran. Mendorong kesadaran masyarakat tentang manfaat pembangunan berkelanjutan justru dapat mendorong permintaan terhadap produk dan jasa hijau. Hal ini akan membuat konsumen lebih terinformasi dan rela membayar harga yang lebih tinggi terhadap pilihan-pilihan ramah lingkungan sehingga mengurangi dampak inflasi hijau. 

Keempat, rantai suplai dan optimalisasi. Upaya memperlancar suplai global terhadap pemanfaatan berbagai barang dan sumber daya ramah lingkungan, dapat membantu mengurangi biaya dan mengurangi dampak-dampak inflasi hijau. 

Jadi, greenflation atau inflasi hijau itu bukan sekedar istilah, melainkan sebuah fenomena kompleks yang muncul akibat semakin meningkatnya fokus dunia terhadap keberlangsungan lingkungan hidup. Dengan memahami penyebab dan implikasinya, negara-negara di dunia dapat menggalang kerja sama untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadirkan oleh inflasi hijau sekaligus mendukung masa depan yang lebih baik dan setara bagi seluruh umat manusia. 

John de Santo 

Pendidik dan Pengasuh Rumah Belajar Bhinneka

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Klitih Terjadi di Jalan Kretek-Siluk Bantul hingga Korban Patah Tulang, Ini Penjelasan Polisi

Bantul
| Sabtu, 27 Juli 2024, 11:17 WIB

Advertisement

alt

Komedi Horor Sekawan Limo Telah Mencapai 2,2 Juta Penonton

Hiburan
| Sabtu, 27 Juli 2024, 12:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement