Advertisement

OPINI: Kepercayaan untuk Menciptakan Hubungan yang Adil dan Sehat

Totok Budisantoso Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika UAJY
Kamis, 01 Februari 2024 - 05:07 WIB
Mediani Dyah Natalia
OPINI: Kepercayaan untuk Menciptakan Hubungan yang Adil dan Sehat Totok Budisantoso. Istimewa

Advertisement

Timah ngaku salaka, salaka ngaku mas, mas tulen dianggep tembaga, sosotya mawa retna dianggep beling….

Maklumat di atas adalah potongan pupuh dalam sebuah ramalan yang dipercayai dibuat oleh Jayabaya, raja Kediri yang hingga saat ini vision tersebut masih lestari di kalangan masyarakat. Pupuh tersebut kira-kira berbunyi “timah diaku menjadi saloka, saloka diaku menjadi emas, sedangkan emas yang sesungguhnya hanya dianggap sebagai tembaga, hiasan intan berlian hanya dilihat sebagai pecahan kaca semata……”

Advertisement

Suasana yang dibangun dalam pupuh tersebut adalah nuansa kebingungan atau ketidakjelasan. Dalam konteks bisnis, ketidakjelasan yang kemudian berpotensi menimbulkan kebingungan adalah risiko nyata yang dampaknya bisa jadi signifikan. Ada dua hal yang perlu diurai dalam hal ini. Pertama, kebingungan terjadi karena ketidaktahuan atau minimnya informasi maupun keahlian. Bila hal ini terjadi, dengan cepat dapat diatasi dengan upaya-upaya untuk menghimpun informasi dan pengetahuan maupun keterampilan untuk mengurai masalah yang terjadi. Belajar tentu menjadi kata kunci dan kemauan untuk terus menerus belajar adalah spirit yang harus dimiliki.

Hal kedua jauh lebih kompleks. Kebingungan dan ketidakjelasan sengaja diciptakan semata-mata untuk mendapatkan kesempatan mengambil manfaat. Informasi sesat atau bias sengaja ditiupkan untuk membangun persepsi tertentu. Persepsi yang terbentuk inilah yang harapannya akan memberi jalan mulus untuk langkah berikutnya. Pihak lain yang dalam hal ini ditempatkan sebagai obyek relasional bisnis mengalami kebingungan dan akhirnya membuat keputusan yang salah.

Mari kita lihat fenomena yang sangat popular–flexing. Dalam kamus Webster, flexing berakar dari kata flex yang bermakna menunjukkan, mendemonstrasikan dan memamerkan. Dalam dunia bisnis lalu dimaknai sebagai perilaku memamerkan sesuatu dengan tujuan tertentu. Tertentu di sini adalah kepentingan bisnis yang berujung pada aktivitas transaksional. Menyimak fenomena di media sosial, hal yang sering dipamerkan seperti saldo ATM yang mengundang decak kagum, tumpukan berlembar uang, jet pribadi, mobil mewah, dan beragam barang mewah lainnya. Bahkan muncul sebuah statement - murahhhh sekali.

Bolehkah melakukan flexing? Flexing atau ada yang mengistilahkan sebagai bragging pada dasarnya adalah bentuk dari self-promotion (Krueger, 2022). Dalam hal ini, aktivitas mempromosikan diri bukan lah sesuatu yang buruk. Kalau kita simak dalam berbagai forum diskusi, ketika pembicara menyampaikan informasi dirinya, banyak informasi yang dikemas dalam bentuk promosi diri. Praktek yang biasa dilakukan dan wajar. Perilaku tersebut menjadi praktek yang menyesatkan ketika informasi dihembuskan untuk menjadi frame yang menjebak. Perlu disimak riset Scopelliti dalam TED (2016) yang menunjukkan apakah perilaku ini akan berhasil. Riset tersebut menunjukkan bahwa sinyal emosi positif yang dikirimkan dalam kemasan flexing ini justru menimbulkan emosi negatif dari para penerimanya. Artinya, hanya sedikit pendengar yang benar-benar merasakan emosi positif tersebut dan lebih banyak yang merasakan emosi negatif.

Fenomena ini dipotret dalam kultur masyarakat yang melek informasi dan teknologi. Perilaku flexing justru berdampak negatif bagi kreatornya. Menurut Krueger (2022) alignment hanya maksimal kalau pendengar atau pemirsa tidak memiliki informasi yang cukup atas konten yang disajikan. Bagaimana dengan situasi masyarakat kita? Apakah memiliki informasi dan edukasi yang cukup untuk dapat menangkap secara proporsional?

Berbagai upaya yang dilakukan dalam kreasi informasi ini pada dasarnya ditujukan untuk membangun kepercayaan dari publik khususnya relasi dan calon relasi bisnis. Kepercayaan adalah evaluasi kognitif seseorang yang berlangsung terus menerus, perasaan emosionalnya dan kecondongannya bertindak (action tendencies) ke arah sasaran atau gagasan tertentu. Jelas bahwa kepercayaan adalah faktor yang penting yang dapat mengatasi krisis dan kesulitan dalam relasional bisnis serta merupakan aset penting dalam mengembangkan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka panjang menjadi variable penguji untuk menumbuhkan kepercayaan atau trust. Menjadi pertanyaan yang menarik kalau mengkaitkan hubungan relasional ini dalam konteks online bisnis. Sangat menantang untuk membuktikannya mengingat komponen trust meliputi banyak aspek seperti integrity, benevolence, competency dan predictability.

Pupuh dalam jangka Jayabaya di atas terasa sangat kontekstual. Fenomena kreasi informasi yang cenderung menyesatkan karena substansi dan isi yang sering bertolakbelakang serta dilatarbelakangi untuk menciptakan frame yang semu. Kita semua sepakat bahwa bisnis di era globalisasi yang ditandai dengan semakin dalamnya penetrasi praktek bisnis online, kunci utamanya adalah fleksibilitas, adaptabilitas, dan inovasi.

Kemampuan untuk mengenali dan merespons setiap fenomena perubahan dengan cepat berdampak pada keunggulan kompetitif. Platform teknologi akan semakin mengukuhkan hal itu. Cukupkah itu? Itu semua sangat penting tetapi belum cukup. Diyakini bahwa kecanggihan teknologi hanya akan memberikan benefit optimal bagi berbagai pihak terkait ketika relasi transaksional didasari pada spirit untuk menciptakan trust.

Trust mewakili serangkaian prinsip etika yang bertujuan menciptakan suasana hubungan yang adil dan sehat. Kreasi informasi dilakukan bukan untuk sekadar frame jangka pendek yang sangat mungkin menyesatkan tetapi didasarkan pada reputasi dan isi. Bukan sekadar janji tetapi bukti. Mungkin ini juga berlaku tidak hanya dalam konteks bisnis tetapi juga penting untuk reminder dalam hiruk pikuk perpolitikan yang kian menghangat. Semoga kita menjadi receptor yang cermat dan cerdas. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Klitih Terjadi di Jalan Kretek-Siluk Bantul hingga Korban Patah Tulang, Ini Penjelasan Polisi

Bantul
| Sabtu, 27 Juli 2024, 11:17 WIB

Advertisement

alt

Komedi Horor Sekawan Limo Telah Mencapai 2,2 Juta Penonton

Hiburan
| Sabtu, 27 Juli 2024, 12:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement