Advertisement

OPINI: Perlunya Memperhatikan Warga Lansia di Era Ageing Population

Leonny Dwi Rizkita
Jum'at, 02 Februari 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Perlunya Memperhatikan Warga Lansia di Era Ageing Population Leonny Dwi Rizkita - Dok. Pribadi

Advertisement

Era ageing population merupakan periode waktu di mana suatu negara memiliki rasio populasi warga lansia dengan tren yang terus meningkat. Indonesia disebutkan telah memasuki era ageing population ini sejak 2015 berdasarkan data sensus penduduk yaitu jumlah penduduk yang berusia di atas 60 tahun telah mencapai angka 7%. Tren ini akan semakin naik tiap tahunnya dan diperkirakan pada akhir 2030, jumlah warga lansia di Indonesia dapat mencapai 48,19 juta penduduk. Kuantitas yang meninggi diharapkan sejalan dengan kualitas manusia di dalam dan luar. Terlebih, risiko penyakit akan lebih banyak menghantui pada mereka yang telah menginjak usia lanjut.

Penurunan tingkat kebugaran tubuh dan proses penuaan yang alami menjadi penyebab utama banyaknya kasus penyakit kronis dialami oleh para warga lansia ini. Jika berkaca pada kejadian pandemi Covid-19, pasien yang sudah memiliki komorbid (kombinasi beberapa penyakit) cenderung sangat mudah jatuh ke kondisi berat dan kritis. Sebagai contoh, Disebutkan dalam suatu artikel ilmiah yang dipublikasikan pada 2021 di Journal of Nutrition, Health & Aging oleh Dai, et al. bahwa sebanyak 73,9% pasien lansia dengan penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), hipertensi, penyakit paru-paru kronis cenderung akan jatuh ke kondisi kritis akibat infeksi virus Covid-19. Kerentanan populasi usia lanjut terhadap penyakit menjadi perhatian penting di masa-masa mendatang, terlebih jika era ageing population sudah di depan mata.

Advertisement

Jika berkaca dari data, WHO melaporkan pada Desember 2023 kenaikan angka kematian orang yang mengalami penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular (e.g: serangan jantung mendadak dan strok), kanker, penyakit pernapasan kronis (e.g: penyakit paru obstruktif kronis dan asma), serta diabetes melitus mencapai lebih dari 30 juta dengan proporsi terbanyak dialami oleh mereka di bawah usia 70 tahun. Data dari Kementerian Kesehatan 2022 melalui Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2022 terdapat tiga provinsi di Indonesia yang cakupan deteksi dini hipertensi, diabetes melitus, serta obesitas yang terendah, salah satunya DIY. Rata-rata masih di bawah 10%.

Dampak yang dapat dirasakan dari rendahnya deteksi dini penyakit tidak menular antara lain semakin menurunnya kualitas hidup hingga dapat berkomplikasi menjadi penyakit lain yang jauh lebih berbahaya, yaitu penyakit kardiovaskular. Salah satu penyebab tertinggi dari kejadian penyakit kardiovaskular ialah hipertensi (tekanan darah tinggi).

Diperlukan gerakan sadar kesehatan pada warga lansia, khususnya di DIY, kita bisa melihat lokasi tersentral salah satunya tempat pengajian seperti yang dilakukan oleh UAD (Universitas Ahmad Dahlan) melalui kegiatan pengabdian dosen bersama mahasiswa kedokteran di Kalurahan Banguntapan, Bantul. Meskipun antusiasme warga lansia cukup tinggi, perhatian terkait persoalan kesehatan di kalangan warga lansia masih kurang terutama pemahaman mengenai gangguan mental yang dapat menghantui mereka.

Keingintahuan yang besar dari warga lansia menjadi salah satu tanda positif untuk memulai suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Namun demikian, pada umumnya, penyakit hipertensi maupun diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang cenderung menetap begitu seseorang mengalaminya, terlebih pada warga lansia. Sehingga, memahami dan berdamai dengan kondisi tersebut sangat diperlukan agar mencegah terjadinya perburukan.

Cek Kesehatan

Cara terbaik untuk memfasilitasi proses penerimaan dan edukasi yang tepat ialah konsultasi kesehatan dengan ahlinya yaitu dengan dokter. Perlunya semangat untuk tetap sehat. Dimulai dari pikiran dan kesadaran untuk mencari ilmu kepada orang yang tepat. Beberapa tips yang dapat dilakukan terkait deteksi hipertensi sesuai rekomendasi PDHI (Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia) antara lain penapisan hipertensi semakin dirutinkan pada mereka yang sudah menginjak usia di atas 50 tahun.

Jika ingin menggunakan home blood pressure monitoring (HBPM) atau pengukuran tekanan darah di rumah, pastikan posisi sebelum pemeriksaan sudah tepat yaitu jika dalam duduk atau berdiri, monitor sejajar dengan posisi jantung, lalu duduk bersandar di kursi dan lengan diletakkan di meja, kaki menapak di lantai dan tidak disilangkan.

Selain persoalan penyakit fisik berupa hipertensi maupun diabetes melitus, warga lansia merupakan golongan masyarakat yang rentan mengalami gangguan psikis, seperti depresi. Banyak faktor yang dapat mendasari hal tersebut. Jika kedua gangguan tersebut ditemui secara bersamaan pada seorang individu lansia, maka kemampuan dalam melanjutkan hidup dapat terganggu di beberapa aspek.

Hal ini dapat tercermin dari Quality of Life (kualitas hidup) warga lansia tersebut. Semakin tinggi angka kualitas hidup seseorang maka proyeksi dalam menjalani hidup meskipun dalam keterbatasan akan semakin baik. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran dibutuhkan suatu pergerakan yang cermat dan penuh integritas. Semangat untuk maju bersama guna mencapai era ageing population Indonesia yang lebih berkualitas.

 

 

 

Leonny Dwi Rizkita

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (UAD)

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Klitih Terjadi di Jalan Kretek-Siluk Bantul hingga Korban Patah Tulang, Ini Penjelasan Polisi

Bantul
| Sabtu, 27 Juli 2024, 11:17 WIB

Advertisement

alt

Komedi Horor Sekawan Limo Telah Mencapai 2,2 Juta Penonton

Hiburan
| Sabtu, 27 Juli 2024, 12:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement