Advertisement

Promo November

OPINI: Membangun Hubungan Mitra Bisnis Restoran dengan Konsep Agile Linkages dalam Dunia Pariwisata

Sekar Ayu Agustiani & Purbudi Wahyuni (Dosen MM UPN Veteran Yogyakarta)
Rabu, 05 Juni 2024 - 19:27 WIB
Abdul Hamied Razak
OPINI: Membangun Hubungan Mitra Bisnis Restoran dengan Konsep Agile Linkages dalam Dunia Pariwisata Sekar Ayu Agustiani Mahasiswa MM UPN Veteran Yogyakarta

Advertisement

DUNIA pariwisata adalah salah satu industri bisnis yang tak lekang oleh waktu, dikutip dari laman website Dinas Pariwisata bahwa kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor yang bisa menunjang kemajuan suatu daerah, terutama dengan adanya peraturan mengenai otonomi daerah.

Kebijakan ini diberlakukan atas dasar masyarakat daerah memiliki modal yang dapat diandalkan untuk kemajuan daerahnya, salah satunya dengan kegiatan pariwisata. Misalnya wisata budaya, wisata sejarah, wisata alam atau buatan yang menarik, wisata belanja, wisata keagamaan, wisata kuliner.

Advertisement

Salah satu kota yang mempunyai cukup banyak destinasi wisata dan menjadi tujuan para wisatawan adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, contohnya wisata pantai di Bantul, Gunung Kidul dan Kulonprogo, wisata museum, wisata belanja Malioboro, tempat rekreasi dan desa wisata seperti di Kaliurang dan yang tak kalah menarik adalah berbagai macam wisata kuliner di seluruh sudut kota.

Tercatat pada badan pusat statistik D.I Yogyakarta Pada tahun 2024 tercatat jumlah kunjungan wisatawan di Yogyakarta sebanyak 2.657.836 wisatawan, tak heran selain dijuluki kota pelajar, Yogyakarta juga dijuluki sebagai kota pariwisata. Banyak potensi usaha dalam bidang pariwisata yang menggiurkan di Yogyakarta, misalnya penyedia layanan perjalanan, penyedia jasa agent tour dan trevel, penyedia tempat penginapan, dan juga rumah makan atau restoran.

Hal yang perlu diperhatikan sebagai pelaku pariwisata, selain dituntut beradaptasi dengan pekembangan tren, teknologi dan perubahan perilaku konsumen, kunci keberhasilan menjalani usaha di sektor pariwisata terletak pada kemampuannya membangun aliansi bisnis dengan sesama pelaku pariwisata, juga kemampuannya untuk terkoneksi dan menghadirkan pengalaman yang memikat bagi para pelanggannya. Di tengah persaingan sektor agensi pariwisata yang semakin banyak dan ketat, konsep “agile linkages” ini cocok untuk diterapkan pelaku pariwisata khususnya dalam perkembangan bisnis wisata kuliner.


Agile Linkages antar Stakeholders di Dunia Pariwisata

Agility dapat didefinisikan sebagai kapabilitas suatu organisasi dalam melakukan desain ulang atau rekonfigurasi terhadap struktur operasi maupun proses serta relasi bisnis secara efisien pada saat bersamaan sehingga mampu berjalan dengan baik di lingkungan yang terus-menerus mengalami perubahan. Sedangkan Agile Linkages adalah pendekatan yang menggabungkan konsep tangkas atau Agile dengan upaya untuk memperkuat keterhubungan antara berbagai elemen dalam suatu sistem atau industri. metode Agile digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas, kecepatan, dan adaptabilitas dalam proses pengembangan (Hormozi, 2001).

Sedangkan fleksibilitas yang dimaksud mengacu pada cara organisasi menyesuaikan praktik ketenagakerjaan mereka sebagai reaksi terhadap perubahan kondisi bisnis, dan juga pada cara individu mengatur waktu, lokasi, dan gaya kerja.

Pada intinya, Agile Linkages bertujuan untuk memperkuat keterhubungan antar bagian, mempercepat aliran informasi dan respon, serta mendorong kolaborasi yang lebih efektif dalam mencapai tujuan bersama.

Penerapan konsep agile linkages pada sektor pariwisata tidaklah mudah, beberapa tantangan yang dihadapi pelaku pariwisata. Misalnya, Memberikan respon cepat terhadap perubahan dan ketangkasan terhadap penyesuaian, merancang rencana pemasaran, menguji strategi pemasaran yang berbeda, dan menyesuaikan taktik promosi berdasarkan analisis data dan umpan balik dari pasar.

Beberapa konsep agile linkages dapat diimplementasikan oleh pelaku pariwisata untuk menunjang keberhasilan bisnisnya, seperti melakukan inovasi berkelanjutan terkait dengan kolaborasi kemitraan yang kuat antara berbagai pemangku kepentingan (customer, penyedia layanan agen tour trevel, penyedia jasa perjalanan, penginapan dan rumah makan) dengan memanfaatkan umpan balik dari pelanggan dan tren pasar, industri pariwisata dapat terus mengembangkan pengalaman wisata yang unik dan menarik.

Mengidentifikasi tren baru, menyesuaikan strategi pemasaran seperti contohnya pengembangan paket wisata yang menarik daripada sebelumnya, merilis produk wisata kepada beberapa orang wisatawan, kemudian menerima umpan balik dan memperbaiki produk berdasarkan umpan balik tersebut.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah melakukan intergarasi lebih baik antara layanan-layanan yang ada mulai dari pemesanan tiket perjalanan, aktivitas wisata, penginapan dan tempat makan, hal tersebut memudahkan pelanggan untuk mengakses informasi dan layanan dengan lebih mudah, diharapkan meningkatkan kepuasan pelanggan selama perjalanan.


Agile Linkages antar Stakeholders Usaha Rumah Makan

Salah satu destinasi wisata yang menjadi tujuan utama saat berkunjung ke Kota Yogyakarta adalah wisata kuliner, usaha kuliner adalah salah satu bisnis yang berkembang pesat di Yogyakarta, tercatat pada situs BAPPEDA D.I. Yogyakarta kurang lebih terdapat 1.247 rumah makan pada tahun 2024.

Mendirikan usaha rumah makan tidaklah mudah, banyak hal yang harus diperhatikan mulai dari kualitas sajian makanan, fasilitas rumah makan, pelayanan dan masih banyak hal lagi. untuk menjaga kualitas rumah makan, konsep "agile linkages" dapat mengacu pada berbagai strategi dan pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas, keterhubungan, dan responsivitas dalam operasi bisnis restoran.

Beberapa cara yang dapat diterapkan antaralain dengan menjalin dan menjaga kemitraan dengan pemasok lokal untuk mendapatkan bahan baku segar dan berkualitas tinggi. Melalui kemitraan yang kuat, restoran dapat dengan cepat menyesuaikan menu mereka dengan musim dan perubahan tren, serta mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan yang panjang.

Penerapan implementasi sistem manajemen inventori yang baik juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan pelaku usaha rumah makan, menggunakan sistem manajemen inventori yang responsif memungkinkan restoran untuk memantau stok bahan baku dan bahan makanan dengan lebih efisien.

Dengan demikian, mereka dapat merespon perubahan permintaan pelanggan atau kondisi pasokan dengan cepat, seperti menyesuaikan menu atau mengganti pemasok jika diperlukan.

Memperkuat jaringan mitra keterhubungan antara berbagai pemangku kepentingan industri pariwisata dalam mempromosikan usaha, atau menjalin kemitraan dengan komunitas lokal seperti komunitas seni dan kerajinan, kelompok tani atau komunitas lainnya untuk menambah daya tarik melalui fasilitas rumah makan yang diharapkan menghadirkan pengalaman otentik kepada pelanggan.

Kolaborasi semacam ini tidak hanya memperkuat ikatan antar pemangku kepentingan, tetapi bertujuan untuk membantu menciptakan diferensiasi yang unik untuk menarik pelanggan.

Di sisi internal perusahaan, pengembangan tim yang fleksibel dan terlatih dengan baik merupakan aspek penting dalam menerapkan agile linkages dalam operasi restoran. Tim yang terlatih dengan baik dapat dengan cepat beradaptasi dengan perubahan situasi atau tuntutan operasional, seperti peningkatan volume pelanggan saat musim liburan atau keadaan darurat.

Pelaku usaha juga diwajibkan untuk memiliki prosedur yang jelas dan karyawan yang terlatih dalam menangani situasi darurat, seperti kebakaran, kecelakaan atau bencana alam. Pihak manajemen bisa memberikan pelatihan kepada karyawan, diharapkan seluruh penanggungjawab rumah makan dapat merespon dengan cepat dan efektif dalam stuasi yang mengancam keselamatan pelanggan.

Penunjang bisnis yang tidak kalah penting dalam usaha bidang kuliner adalah penggunaan teknologi untuk pengelolaan operasional Restoran dapat memanfaatkan teknologi seperti perangkat lunak manajemen restoran dan pengelolaan stock, aplikasi pemesanan online dan sistem pembayaran digital untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka.

Penggunaan teknologi ini memungkinkan restoran untuk lebih responsif terhadap perubahan permintaan pelanggan dan mempercepat proses pengambilan keputusan.

Pendekatan agile linkages tersebut, perusahaan yang bergerak di sektor pariwisata terutama pelaku usaha rumah makan diharapkan dapat mengoptimalkan strategi pemasaran, kualitas produk dan layanan, meningkatkan fleksibilitas dan keterhubungan dalam operasi usahanya, sehingga dapat lebih responsif terhadap perubahan pasar, permintaan pelanggan, dan kondisi lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Hiswana Migas DIY Dorong Pemilik 4 SPBU yang Ditutup agar Lakukan KSO untuk Kelancaran Distribusi BBM

Bantul
| Jum'at, 22 November 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Hanya Satu Hari, Film The Last Dance Jadi Box Office di Hong Kong

Hiburan
| Rabu, 20 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement