OPINI: Keluarga Kunci Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Advertisement
Sejarah penting dalam pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) terjadi pada 1839 ketika Lin Zexu, pejabat berpengaruh di China, membongkar perdagangan opium di Humen, Guandong.
Hari terjadinya aksi tersebut kemudian ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) yang setiap tahunnya diperingati setiap 26 Juni. Pada 2024 ini, secara global diusung tema Evidence is Clear : Invest in Prevention. Sedangkan di Indonesia, HANI mengangkat tema Masyarakat Bergerak, Bersama Melawan Narkoba Mewujudkan Indonesia Bersinar.
Advertisement
Menilik lebih jauh konsep pencegahan dan bergerak bersama yang menjadi fokus tema HANI 2024, dapat terlihat peran masyarakat sangat penting dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dan harus dimulai dari unit sosial terkecil yaitu keluarga. Keluarga memainkan peran sentral dalam membentuk perkembangan dan kesejahteraan anak-anak.
Dalam konteks pencegahan penyalahgunaan narkoba, keluarga bukan hanya tempat di mana nilai-nilai ini ditanamkan, tetapi juga sebagai pagar pertama dalam melindungi anak dari bahaya penyalahgunaan.
Komunikasi yang terbuka, pengawasan yang konsisten, dan dukungan emosional yang stabil adalah komponen vital dalam membangun fondasi yang kuat untuk remaja menghadapi tekanan dari luar, termasuk godaan dari penyalahgunaan narkoba. Keluarga harus dapat berfungsi dan menunjukkan perilaku konsisten yang mendukung.
Fungsi Keluarga
Konsep keberfungsian keluarga salah satunya dapat dipahami dari teori McMaster (McMaster Model of Family Functioning) yang mengidentifikasi enam dimensi penting dalam keberfungsian keluarga yaitu penyelesaian masalah, komunikasi, peran, respons afeksi, keterlibatan afeksi, dan kontrol perilaku.
Pertama, penyelesaian masalah. Keluarga yang berfungsi ditunjukkan dengan kemampuan dalam penyelesaian masalah baik instrumental (misal ekonomi, ketersediaan pangan) mau pun afektif (misal permasalahan emosional seperti depresi). Keluarga harus mampu menciptakan lingkungan yang dapat menghadapi masalah secara terbuka dan kolaboratif. Dalam konteks pencegahan narkoba, ini bisa berarti berdiskusi tentang alternatif positif untuk mengatasi tekanan atau stres tanpa menggunakan narkoba.
Kedua, komunikasi efektif. Komunikasi yang terbuka dan efektif antara anggota keluarga merupakan fondasi utama dalam keberfungsian keluarga. Komunikasi yang baik memungkinkan orang tua untuk memahami perasaan dan pemikiran anak-anak mereka. Dengan berbicara secara terbuka tentang risiko penyalahgunaan narkoba dan dampaknya, orang tua dapat membantu meningkatkan kesadaran remaja tentang bahaya yang ada. Ketiga, peran yang jelas dan diketahui. Hal ini membantu mengurangi kebingungan dan konflik, serta meningkatkan koherensi dalam pendekatan orang tua terhadap pengasuhan. Ketika peran dipahami dengan baik, orang tua dapat bekerja sama untuk memberikan lingkungan yang konsisten dan mendukung bagi anak-anak mereka. Hal ini juga menciptakan struktur yang jelas dalam keluarga, yang dapat membantu remaja merasa aman dan terlindungi dari pengaruh negatif di luar keluarga seperti narkoba.
Keempat, respons afeksi positif. Respons afeksi yang positif berkaitan dengan pemberian dukungan emosional yang konsisten dan penuh kasih kepada anggota keluarga. Ini termasuk memberikan pujian, mengakui pencapaian, dan memberikan dukungan saat anak-anak menghadapi kesulitan. Dukungan emosional yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan diri remaja dan mengurangi kemungkinan mereka mencari penghiburan dari narkoba atau perilaku berisiko lainnya sebagai bentuk pengganti ketidakamanan emosional.
Kelima, keterlibatan afeksi. Keterlibatan afeksi mengacu pada investasi emosional dan waktu yang orang tua dan anggota keluarga lainnya curahkan kepada satu sama lain misalnya hadir saat penerimaan rapor, lomba yang diikuti anak, atau bersama-sama menyiapkan kostum untuk pentas anak. Melalui keterlibatan ini, orang tua dapat membangun hubungan yang kuat dengan anak-anak mereka, yang memungkinkan mereka untuk menjadi model peran yang positif.
Keenam, kontrol perilaku. Kontrol perilaku mencakup penerapan aturan dan batasan yang jelas dalam keluarga. Ini tidak hanya berarti menetapkan peraturan terkait waktu pulang malam atau penggunaan teknologi, tetapi juga memberikan batasan yang sehat terhadap perilaku yang berisiko, termasuk eksperimen dengan narkoba. Ketika orang tua memberlakukan batasan dengan konsisten dan adil, remaja akan lebih mungkin untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan mereka.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai faktor, termasuk keberfungsian keluarga menurut model McMaster. Dengan mendorong keberfungsian keluarga yang sehat dan mendukung, kita dapat membangun fondasi kuat untuk masa depan Indonesia Bersinar (Bersih Narkoba).
Lisa Sunaryo Putri
Penyuluh Narkoba Ahli Pertama BNNP DIY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pemkot Minta Semua Pihak Ikut Mencegah Kekerasan Terhadap Perempuan
Advertisement
Namanya Muncul di A-Board Saat Barcelona Vs Espanyol, Begini Reaksi Denny Caknan
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement