Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Mari Meramadankan Media Sosial Kita

Adhianty Nurjanah
Kamis, 31 Mei 2018 - 07:25 WIB
Budi Cahyana
HIKMAH RAMADAN: Mari Meramadankan Media Sosial Kita Adhianty Nurjanah - Ist.

Advertisement

Canggihnya teknologi informasi menyebabkan pesan bisa disampaikan dengan cepat. Banyak kanal-kanal yang bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi baik melalui media konvensional, media digital maupun melalui aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Whatsapp dan lainnya. Sekali pencet tombol, pesan sudah terkirim ke ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang.

Tentu saja, hal ini membawa dampak positif karena kita bisa mendapatkan informasi dengan begitu cepat. Namun sayangnya, kanal-kanal ini tak jarang diisi dengan kabar bohong alias hoaks. Bahkan, produksi kabar bohong ini dari waktu ke waktu jumlahnya semakin banyak dan isinya cukup meresahkan masyarakat. Korban hoaks pun berjatuhan. Seorang pedagang bakso di Jakarta nyaris gulung tikar gara-gara kabar bohong yang beredar di Facebook dan pesan berantai melalui Whatsapp. Pesan tersebut mengabarkan warung bakso tersebut digerebek polisi karena menggunakan daging celeng atau daging babi. Bahkan, sejumlah artis juga sempat menjadi korban hoaks karena dikabarkan meninggal, padahal yang bersangkutan masih segar bugar. Begitu jahatnya sebuah hoaks.

Advertisement

Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini kita hidup berada di tengah-tengah hoaks yang selalu diproduksi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Celakanya lagi, kita yang tidak tahu persoalan yang sebenarnya dengan mudah dan tidak kita sadari ikut menyebarkan kabar bohong itu. Setiap mendapat kiriman dari grup Whatsapp, langsung kita sebar ke grup yang lain. Kebiasaan copy-paste dan share makin sering kita lakukan tanpa melakukan cek dan recheck atas kebenaran informasi terlebih dahulu.

Dengan demikian, maraknya berita hoaks saat ini, kita semua harus hati-hati ketika mendapat informasi yang masuk ke media sosial. Bukankah Alquran juga sudah memberikan tuntunan kepada kita untuk senantiasa berhati-hati dan teliti ketika mendapat informasi? Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al Hujurat : 6)

Jelas, Alquran telah mengajarkan kepada umat Islam bahwa kita dilarang untuk mengikuti desas-desus atau suatu berita yang masih kabur dan belum tentu benar. Allah SWT meminta kepada kita untuk memastikan kebenaran itu sebelum kita menyampaikannnya kepada orang lain.

Konteks tersebut tentu saja sangat relevan dengan kondisi saat ini. Ribuan informasi masuk ke pikiran kita. Tentu saja, tidak semua informasi itu kita dapat kita telan mentah-mentah dan selanjutnya kita sampaikan kepada orang lain. Sebagai manusia yang beriman, tentu saja kita harus hati-hati, cermat dan teliti ketika mendapat informasi. Kita harus disiplin verifikasi atas informasi yang kita terima. Kita harus mengecek kebenaran informasi itu.

Misalnya, ketika kita mendapatkan informasi, tidak ada salahnya kita mencari second informasi lain untuk memastikan informasi tersebut benar adanya. Saat ini banyak sekali situs-situs memberikan informasi dan selanjutnya dengan mudah disebar melalui media sosial. Kita harus melakukan verifikasi atas informasi itu seperti dengan cara mencari referensi melalui mesin pencari Google apakah informasi itu juga berada di situs-situs terpercaya. Jika situs-situs terpercaya tidak mengabarkan, kita pantas menyangsikan kebenaran informasi itu. Artinya, informasi tersebut cukup sampai di kita dan tidak perlu copy-paste apalagi disebarkan.

Namun demikian, di era digital seperti sekarang ini, banyak juga konten-konten di media sosial yang bermanfaat bagi kita karena berisi informasi yang berfaedah, informasi yang inspiratif dan edukatif, ajakan salat, pesan-pesan yang senantiasa mengingatkan kita untuk bertakwa kepada Allah SWT baik dalam bentuk teks maupun video dan lainnya. Tentu saja ini sangat bermanfaat bagi kita. Pesan-pesan yang seperti inilah yang bisa kita sebar luaskan sehingga memberi kemanfaatan yang besar bagi sesama.

Bukankah Islam selalu mengajarkan kita untuk selalu menebarkan kebaikan? Begitu juga dalam bermedia sosial, kita dapat menggunakan media sosial sebagai tools untuk menebar kebaikan kepada sesama. Meskipun hal yang sederhana, jika kita melakukannya dengan penuh ikhlas dan karena semata-mata untuk mencari rida Allah SWT, kita dapat meraih pahala dari orang yang mengikuti ajakan kita. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)

Jelas sudah, dalam Islam kita dituntun untuk mengabarkan dan menyebarkan kebaikan dan dilarang untuk menyebarkan informasi atau pesan yang belum tentu benar, pesan yang menghasut, pesan yang provokatif dan juga pesan yang bernada fitnah.

Oleh karena itu, sebagai pemilik media sosial di bulan suci Ramadan ini, mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan dengan menyebarkan informasi atau pesan yang benar dan bermanfaat bagi sesama termasuk pesan yang kita sampaikan melalui media sosial. Mari kita semua, mulai saat ini “meramadankan” media sosial yang kita miliki.

*Penulis adalah dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Puluhan Kilogram Bahan Baku Petasan Disita Polres Bantul

Bantul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement