Advertisement

OPINI: Ujian Komitmen Bisnis Beretika

Totok Budisantoso, Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kamis, 27 Agustus 2020 - 05:02 WIB
Galih Eko Kurniawan
OPINI: Ujian Komitmen Bisnis Beretika Sejumlah pedagang membersihkan Pasar Beringharjo, Jumat (20/3/2020). - Harian Jogja/Lugas Subarkah

Advertisement

Etika mengulas bagaimana berperilaku jujur, benar dan adil. Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti adat istiadat yang bermakna memiliki kaitan erat dengan kebaikan hidup, kebiasaan atau karakter baik seseorang maupun masyarakat. Dalam tataran keilmuan, etika mempelajari perilaku moral dan immoral yang akan memberikan panduan dalam membuat pertimbangan atau pembuatan keputusan tertentu.

Kajian etika secara jelas memberikan panduan yang benar dalam tataran moralitas yang berada di atas rerangka hukum. Dalam konteks ini, konsepsi benar adalah benar dan salah adalah salah. Pemahaman yang mendalam terhadap etika akan mengurangi keraguan terhadap potensi pemutarbalikan konsepsi benar dan salah. Dalam dinamika sosial, selalu potensi untuk mencampuradukkan masalah benar dan salah demi kepentingan seseorang atau kelompok tertentu.

Advertisement

Paparan singkat ini menjelaskan pada dasarnya etika mengarahkan orang untuk menjadi manusia dengan standar moral yang tinggi dan mampu untuk melakukan tindakan yang sepadan dengan nilai moral yang dipegang dalam dalam situasi-situasi tertentu.

Dalam dunia bisnis, etika sangat diperlukan sebagai panduan dalam pengelolaan. Etika Bisnis pada dasarnya adalah etika terapan. Dunia bisnis menjadi wilayah penerapan prinsip-prinsip moral. Bisnis tidak mungkin dilaksanakan seorang diri. Bisnis selalu bersinggungan dengan banyak pihak. Bisnis dijalankan dengan menjalin relasi dengan banyak pihak, supplier, konsumen, perbankan, pemerintah dan juga karyawan. Dinamika relasi dengan berbagai pihak ini memunculkan situasi-situasi yang bisa jadi memunculkan permasalahan etis atau bahkan dihadapkan pada dilemma etis. Dibutuhkan rerangka pertimbangan sebagai pegangan untuk menyelesaikannya.

Dalam konteks inilah etika bisnis diperlukan. Etika bisnis pada dasarnya adalah aturan tidak tertulis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan adil dan tentu saja harus sesuai dengan hukum yang diberlakukan negara atau kawasan tertentu. Etika bisnis menjadi standar serta pedoman manajemen untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan landasan kejujuran, moral luhur, transparansi, serta sikap profesional. Dengan kata lain, kita bisa mengatakan pebisnis membutuhkan panduan moral dalam berperilaku.

Menjunjung Etika
Apabila para pebisnis selalu mengutamakan aspek moral dalam pembuatan keputusan bisnisnya, diyakini manfaat bisnis akan optimal bagi banyak pihak. Bertens (2013) menguatkan pendapat ini dengan kajian bahwa bisnis yang beretika berbagai sudut pandang akan menciptakan kualitas hidup yang lebih baik (baca sesuai harkat manusia).

Dari sudut pandang ekonomi, implementasi etika bisnis akan menghasilkan keuntungan tanpa memberikan dampak negatif atau kerugian bagi pihak lain. Dari sudut pandang hukum, etika bisnis selalu memberikan panduan untuk tidak melanggar aturan hukum yang berlaku dan terutama dari sudut pandang moral, bisnis yang beretika adalah bisnis yang sesuai dengan ukuran-ukuran moral.

Dinamika bisnis yang bersinggungan dengan banyak pihak membutuhkan komitmen untuyk menjamin bahwa aktivitas yang dijalankan tidak memberikan dampak negatif bagi semua partner bisnis maupun pihak-pihak lain yang terdampak. Komitmen ini pada dasarnya adalah pondasi yang didasari oleh prinsip-prinsip moral. Bisa dipastikan praktik bisnis tanpa mengindahkan etika akan berujung pada bencana cepat atau lambat.

Dalam situasi ini, seakan-akan penerapan etika itu akan menjamin perusahaan dapat berjalan selamat. Praktik bisnis yang beretika ini menumbuhkan hubungan yang harmonis dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti pelanggan, pemerintah, pemilik, kreditur, pekerja dan komunitas atau masyarakat. Di samping itu, hubungan yang harmonis akan menghasilkan energi positif untuk kemajuan perusahaan.

Menjadi impian banyak orang untuk memiliki perusahaan yang kokoh, tumbuh dan berkembang. Muncul pertanyaan, bagaimana untuk mencapainya? Tentu saja ada banyak cerita dan drama di baliknya. Apalagi kalua kita belajar dari para pendiri perusahaan-perusahaan besar. Semua sepakat bahwa, perusahaan yang besar tidak datang dengan tiba-tiba dan mudah. Terlepas dari berbagai bumbu cerita perjuangan para pendiri perusahaan, ada satu kesepakatan kejujuran dan kepercayaan selalu mewarnai perjuangan mereka. Kejujuran dan kepercayaan itulah yang menjadi landasan kokoh.

Nilai-Nilai Etis
Dalam kaca mata etika bisnis, itulah prinsip etis yang diterapkan dan diperjuangkan tanpa lelah untuk membangun reputasi. Untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya, nilai-nilai tersebut menjadi pedoman bagi manajemen untuk mengelola semua sumber daya yang dimiliki.

Diyakini mempraktikan etika akan menguntungkan perusahaan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Bagaimana kemanfaatan itu bisa didapatkan? Kejujuran akan meningkatkan motivasi semua pihak di dalam perusahaan. Kejujuran menjadi pondasi utama transparansi. Pengelolaan secara transparan akan menjauhkan dari syak prasangka. Tindakan yang tidak etis akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan bisa jadi justru sangat kontra produktif.

Sekali lagi kata kunci penting untuk menjamin keberlangsungan dan menjauhkan permasalahan yang kontra produktif tersebut adalah nilai-nilai yang menjadi pondasi reputasi. Etika menjadi rambu-rambu yang membimbing dan mengingatkan semua pihak untuk selalu mengacu pada tindakan yang terpuji.
Perilaku bisnis beretika sedang diuji. Kondisi resesi atau setidaknya berada di jurang resesi menghantui semua pelaku bisnis. Semua dihadapkan pada ketidakpastian dan situasi yang berpotensi pada kebangkrutan. Dalam upaya menyelamatkan diri dan organisasi, selalu muncul godaan untuk melakukan tindakan-tindakan pintas.

Tentu saja bukan hal yang mudah untuk dihadapi dan diselesaikan ketika dihadapkan pada situasi sulit sebagai dampak dari pandemi Covid 19 ini. Apakah situasi pandemi ini lalu dapat digunakan sebagai alasan untuk bertindak tidak etis? Jawabannya tentu saja tidak. Namun tetap menjadi tantangan bagi kita semua untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai etis. Kita berada dalam situasi yang penuh dengan temptation. Semoga kita semua kuat menghadapinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement