Advertisement

OPINI: Politik dan Investasi

Alexander Jatmiko Wibowo, Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Rabu, 11 November 2020 - 23:57 WIB
Maya Herawati
OPINI: Politik dan Investasi Alexander Jatmiko Wibowo, Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

Dalam dua bulan terakhir publik di seluruh dunia sejenak berpaling ke Amerika Serikat bukan hanya karena perkembangan kasus positif Covid-19 yang terus meningkat demikian juga dengan jumlah orang yang meninggal, tetapi karena proses Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat mulai memasuki masa akhir kampanye dan kemudian diikuti dengan proses pencoblosan surat suara.

Mengapa publik dunia baik itu individu, pebisnis, investor, maka pemerintah tiap negara mengikuti perkembangan Pilpres di Amerika Serikat? Seperti diketahui dalam empat tahun terakhir publik dunia sering dibuat kaget dengan pernyataan dan sikap politik Presiden Donald Trump.

Advertisement

Sikap itu di antaranya menutup perbatasan dengan Meksiko dan rencana membangun pagar pembatas antara Amerika Serikat dengan Meksiko untuk mengurangi masuknya imigran Meksiko yang mencari pekerjaan di Amerika, lalu menyebabkan pengangguran di Amerika meningkat karena banyak pebisnis dan perusahaan yang mempekerjakan imigran asal Meksiko karena gaji yang lebih rendah; tidak bersedia untuk mengikuti beberapa kesepakatan yang dibuat di WTO, G7; juga keputusan Amerika untuk tidak mendukung WHO karena adanya Pandemi Covid-19.

Tak cuma itu, Trump juga membatasi masuknya produk asing khususnya produk dari China untuk melindungi produk dalam negeri Amerika yang kemudian berkembang menjadi perang dagang antara China dan Amerika yang berdampak pada kondisi ekonomi global; dan keluar dari kesepakatan tentang perubahan iklim di forum G7.

Cara pengelolaan negara yang dilakukan Presiden Donald Trump yang sering berubah menyebabkan ketidakpastian yang semakin tinggi dan menyebabkan kondisi perokonomi menjadi tidak kondusif, apalagi pada 2020 diperburuk dengan datangnya Pandemi Covid-19. Ketidakpastian yang meningkat ini menyebabkan meningkatnya risiko dalam berbisnis dan berinvestasi, dan situasi ini tentu saja tidak diinginkan oleh para pebisnis dan investor. Pertanyaan berikutnya mengapa pebisnis dan investor tidak mengingat kondisi seperti itu?

Aspek Politik

Dalam berinvestasi dan menjalankan bisnis ada dua hal utama yang diperhatikan oleh investor dan pebisnis yaitu keuntungan (return) dan risiko (risk). Diharapan sebuah investasi atau bisnis akan memberikan keuntungan tertentu dengan risiko yang relatif rendah. Untuk itu dalam memulai bisnis atau investasi, pebisnis dan investor akan melakukan analisis investasi. Salah satu metode analisis investasi yang bisa dilakukan adalah analisis fundamental.

Analisis fundamental akan dimulai dengan melakukan analisis yang bersifat makro sampai yang bersifat mikro. Analisis fundamental ini dimulai dengan analisis kondisi ekonomi nasional, reginal, dan global. Kemudian diikuti analisis kondisi industri, diikuti dengan analisis kondisi bisnis, dan terakhir adalah analisis kondisi perusahaan, khususnya jika pebisnis atau investor ingin melakukan pembelian saham atas suatu perusahaan tertentu atau melakukan akuisisi perusahaan atau merger dengan perusahaan lain.

Ketika melakukan analisis kondisi ekonomi nasional, regional, dan global bukan hanya aspek ekonomi yang dipakai sebagai dasar analisis, tetapi juga aspek yang lain. Dengan menggunakan model PETS dalam melakukan analisis yang bersifat makro ini maka aspek yang harus dipertimbangkan adalah aspek politik, ekonomi, teknologi, dan sosial budaya. Keempat aspek ini tidak berdiri sendiri sendiri tetapi saling berkaitan satu dengan yang lain.

Dengan analisis PETS ini maka aspek politik menjadi salah satu yang harus diperhatikan baik itu kondisi politik dalam negeri, regional dan global. Maka bisa dipahami mengapa publik dunia tertuju pada proses Pilpres di Amerika Serikat. Karena hasil pemilu ini akan memberikan gambaran tentang kondisi politik global yang akan berdampak pada kondisi ekonomi global.

Dan ketika proyeksi hasil Pilpres diumumkan dengan hasil menunjukkan bahwa capres dari Partai Demokrat yaitu Joe Biden mendapatkan 290 suara elektoral yang melebihi batas minimal untuk dapat terpilih sebagai presiden yaitu 270 suara elektoral, maka publik dunia melihat bahwa kebijakan politik luar negeri Amerika kedepan akan berubah.

Publik dunia berharap bahwa perang dagang antara China dan Amerika akan sedikit menurun tensinya sehingga bisa memberikan kemungkinan perbaikan kondisi ekonomi global. Joe Biden yang diperkirakan tidak seperti Donald Trump yang sering mengubah kebijakan politik, akan menurunkan ketidakpastian pada kondisi politik global dan juga kondisi ekonomi global. Turunnya ketidakpastian ini akan mengurangi potensi risiko dalam berbisnis dan berinvestasi.

Keyakinan publik dunia ini dapat dilihat dari menguatnya mata uang beberapa negara termasuk Indonesia terhadap mata uang Amerika. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak dari Rp14.321,00/US$ di tanggal 6 November 2020 menjadi Rp 14.015/US$ di tanggal 10 November 2020 (www.bi.go.id).

IHSG dari tanggal 6 November sampai 10 November 2020 juga bergerak naik dari level 5.355,529 ke level 5.462,739 (www.idx.co.id). Indeks Nikkei225 di Jepang dari 30 Oktober sampai 9 November 2020 juga bergerak naik dari level 22.977,13 ke level 24.839,84 (www.finance.yahoo.com).

Pasar modal Amerika juga bergerak naik, tercatat indeks Dow Jones dari tanggal 30 Oktober ke 9 November 2020 bergerak dari level 25.501,60 ke level 28.390,18 (www.finance.yahoo.com). Beberapa data tersebut memberikan indikasi adanya persepsi positif dari pelaku pasar modal dan pebisnis bahwa kemenangan Joe Biden ini akan memberikan potensi perbaikan kondisi ekonomi global sehingga memberikan harapan akan kondisi investasi dan bisnis yang semakin baik di tengah kondisi Pandemi Covid-19.

Catatan Penutup

Kasus Pilpres di Amerika Serikat yang menyedot perhatian publik dunia menunjukkan kepada kita bahwa aspek politik menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pebisnis dan investor ketika melakukan analisis bisnis atau investasi.

Kebijakan pemerintah yang merupakan salah satu produk politik akan selalu memberikan pengaruh pada kondisi ekonomi, walaupun kebijakan pemerintah tersebut bukan kebijakan di bidang ekonomi.

Kebijakan pemerintah akan sangat dipengaruhi oleh tipe dan gaya kepemimpinan dari Presiden atau Kepala Pemerintahan serta platform politik dari partai asal presiden atau kepala pemerintahan.

Oleh karena ini maka untuk meningkatkan kesadaran akan pengaruh aspek politik dalam kegiatan bisnis dan investasi maka perlu adanya literasi politik yang dibarengi dengan literasi keuangan. Literasi politik dan literasi keuangan yang baik akan meningkatkan kepercayaan diri dan keyakinan dari pebisnis atau investor untuk menjalan bisnis dan melakukan investasi.

Bagi generasi milenial dan generasi Z yang akan menjadi penggerak ekonomi di masa depan melalui bisnis dan investasi perlu untuk semakin meningkatkan literasi politik disamping literasi keuangan dan literasi teknologi.

Karena ada kecenderungan generasi milenial dan generasi Z ini akan tidak menyukai hal-hal yang berkaitan dengan politik. Dengan semakin tingginya literasi politik, literasi keuangan, dan literasi teknologi akan dapat menjadi pemicu bagi perubahan di Indonesia dari masyarakat penabung (saving society) menjadi masyarakat investasi (investment society) sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin tinggi. Semoga bermakna.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Puluhan Kilogram Bahan Baku Petasan Disita Polres Bantul

Bantul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement