Advertisement
Memantaskan Diri Menjemput Lailatul Qadar

Advertisement
Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan, malam terbaik di antara malam-malam yang Allah ciptakan. Salah satu keistimewaannya bahwa ibadah yang dilaksanakan pada malam itu dilipatgandakan pahalanya dan lebih baik dari orang beribadah selama 1.000 bulan.
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadar 3-5)
Advertisement
Tidak tersebut dengan jelas dan tepat waktu terjadinya Lailatul Qadar ini, tetapi Rasulullah SAW memberikan panduan kepada umatnya untuk bisa berburu malam kemuliaan ini, yaitu malam ganjil pada 10 malam terakhir Ramadan.
“Barangsiapa melaksanakan salat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari No.1901)
Rasulullah SAW sendiri tidak menghususkan ibadah iktikaf pada malam 27 Ramadan saja, melainkan pada malam ganjil dan genap pada 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Tidak ada perintah untuk mencari-cari dan menghitung-hitung kapan lailatul Qadar tetapi fokuslah beribadah pada 10 hari terakhir Ramadan semampunya.
Dari ‘Aisyah r.a ia berkata, “Rasulullah biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Anjuran menghidupkan ibadah pada 10 hari terakhir berdasarkan hadis “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR. Bukhari)
Sebagaimana adanya pada malam ganjil pada hadis berikut: “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR. Bukhari)
Berikut ini amalan yang dilakukan Rasulullah SAW untuk memburu malam kemuliaan itu. Pertama, bekal ilmu berkaitan dengan Lailatul Qadar, cara menggapainya, amalan yang dilakukan dan tanda-tandanya.
Kedua, kebersihan jiwa dari dosa dan maksiat. Pada tahapan ini perlu memperbanyak istighfar (mohon ampunan Allah) dan bertobat baik dari dosa kecil maupun besar. Sebagaimana malam kemuliaan untuk para hamba yang dimuliakan Allah dengan ketaataannya.
Ketiga, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Rasulullah beriktikaf di masjid pada 10 hari itu. Iktikaf dengan berdiam diri dalam masjid mendekat diri kepada Allah dengan beribadah.
Keempat, menghidupkan malam-malam dengan beribadah baik ibadah fardlu (wajib) atau nafilah (sunah). Seperti salat malam, membaca Al-Qur’an, berdzikir, berdoa, bertobat dan amalan baik lainnya.
Kelima, memperbanyak doa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah jika berburu Lailatul Qadar yaitu doa: “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni” (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).
Semoga dalam ibadah Ramadan ini kita dipertemukan Allah dengan malam kemuliaan ini, Lailatul Qadar. Amin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gratifikasi dan Ketidakjujuran Akademik Masih Membayangi Dunia Pendidikan
- HIKMAH RAMADAN: Tasamuh Sesama Muslim dalam Perbedaan Gerakan Salat
- HIKMAH RAMADAN: Merangkul Duka, Menemukan Cahaya
- HIKMAH RAMADAN: Meningkatkan Keterampilan Regulasi Emosi Anak saat Ramadan
- HIKMAH RAMADAN: Lansia Sehat, Berilmu, Bertaqwa, dan Bahagia
Advertisement

Ratusan Remaja Diusulkan Dinsos Bantul untuk Masuk Sekolah Rakyat Setingkat SMA
Advertisement
Advertisement
Advertisement