Advertisement

OPINI: DFL, Booster untuk Millenial Moms

Deffri Maulana, Pengawas Junior pada Kantor OJK Kediri
Senin, 06 Desember 2021 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: DFL, Booster  untuk Millenial Moms

Advertisement

Mom berasal dari kata mommy yang mengin­­dikasikan seorang wanita yang telah me­­lahirkan serta merawat kita dari lahir hingga dewasa. Namun, istilah moms telah bertransformasi menjadi sebutan kekinian bagi para ibu milenial.

Menjadi moms bukan perkara yang mudah. Posisi ini membutuhkan berbagai macam skill tingkat tinggi dan beragam ilmu pengetahuan. Mulai dari ilmu memasak, parenting hingga manajemen keuangan.

Advertisement

Salah satu dari sekian banyak skill yang harus dimiliki kaum moms adalah proaktif. Skill ini menuntut para mom dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga yang tidak ada habisnya sehingga moms harus selalu berpikir selangkah lebih maju. Hal ini berdampak pada keinginan para ibu milenial untuk selalu up-to-date dalam menyediakan kebutuhan rumah tangga khususnya dalam berbelanja.

Perilaku konsumtif moms yang tidak diimbangi dengan pemahaman mengenai manajemen keuangan keluarga dapat berdampak buruk karena keinginan berbelanja tanpa diimbangi dengan kemampuan finansial. Hal tersebut dapat memengaruhi cara pandang moms yang seringkali mencari solusi instan dengan cara berutang tanpa perhitungan matang.

Perilaku tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk membuat gebrakan digitalisasi produk financial technology (fintech) yang memberikan kemudahan dalam meminjam uang tanpa survei dan agunan. Produk Fintech yang menawarkan kemudahan tersebut diantaranya pinjaman online (pinjol) dan PayLater.

Semakin hari layanan keuangan digital terus bergerilya untuk terus mengembangkan dan mempromosikan produk baru. Sayangnya perkembangan ini tidak hanya dilakukan oleh fintech legal melainkan juga banyak dilakukan oleh berbagai macam fintech ilegal.

Permasalahan pinjol ilegal yang masih terus menghantui masyarakat khususnya para moms menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Otoritas, karena digitalisasi produk lembaga jasa keuangan yang sangat pesat tidak diimbangi dengan minat masyarakat untuk meningkatkan literasi keuangan.

Upaya demi upaya telah dilakukan oleh OJK untuk mendongkrak tingkat literasi keuangan masyarakat khususnya literasi keuangan digital diwujudkan dengan kerja sama OJK dengan World Bank, Asian Development Bank, Go To Finansial dan menggandeng beberapa kampus terkemuka di Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangkaian kegiatan OJK Innovation Day dengan program Digital Financial Literacy (DFL), terutama untuk generasi milenial sebagai pangsa pasar terbesar layanan keuangan digital.

MultiLevel

Menurut AFI di dalam guideline Note No.45 bulan Mei 2021, DFL merupakan multi level konsep yang mengintegrasikan literasi keuangan, financial capability dan digital literacy. Melalui DFL diharapkan dapat menjadi booster peningkatan literasi keuangan. Namun, peningkatan DFL masih dibayangi dengan beberapa tantangan yang harus dihadapi seperti kemauan masyarakat untuk belajar, keamanan data konsumen dan kecepatan perkembangan aplikasi layanan keuangan digital.

Salah satu metode alternatif yang dapat digunakan untuk menjadi booster dan menjawab tantangan DFL adalah penggunaan metode building block analysis. Metode ini digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap suatu permasalahan dan menyusun setiap permasalahan kedalam beberapa kelompok kecil agar solusi yang diberikan lebih tepat sasaran.

Dengan menggunakan building block analysis tersebut, dapat dipetakan berbagai macam tipe moms di Indonesia. Selanjutnya, disusunlah booster DFL untuk setiap kelompok moms.

Dari hasil survei AFI di dalam guideline Note No.45 Mei 2021 menyebutkan beberapa program yang dapat menjadi booster DFL para moms antara lain, (a) Penggunaan chanel digital untuk kampanye seperti sosial media, games dan edutainment; (b) Menggandeng asosiasi dan influencer; (c) Mewajibkan layanan fintech untuk menyediakan portal edukasi di dalam aplikasinya; (d) Penggunaan bahasa dan kebiasaan sehari-hari dalam materi edukasi DFL; (e) Seleksi target edukasi berdasarkan populasi tiap kelompok; (f) Mengintegrasikan DFL di setiap edukasi keuangan.

Booster DFL melalui kelompok moms dipilih karena moms adalah manajer meuangan keluarga dan disisi lain, “Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya” sehingga dengan adanya well literate mom’s diharapkan dapat mengajarkan literasi keuangan sejak dini sehingga berbagai permasalahan penggunaan layanan jasa keuangan dapat diantisipasi.

Menjadi moms yang berkualitas dalam mengatur keuangan keluarga harus dimulai dari keluarga sendiri agar dapat memitigasi mental konsumtif. Para moms harus percaya diri bahwa memiliki kemampuan dalam mengendalikan keinginan dan mencapai keharmonisan keluarga serta terus giat belajar agar dapat berlari untuk mengejar ketertinggalan Literasi Keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Puluhan Kilogram Bahan Baku Petasan Disita Polres Bantul

Bantul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement