Advertisement
JAGONGAN: Alarm Varian Omicron

Advertisement
Desember ini, Covid-19 memasuki ulang tahunnya yang kedua. Ya, dua tahun lalu, penyakit ini muncul pertama kali di Kota Wuhan, China, hingga kemudian tak butuh waktu lama menyebar ke seluruh dunia hingga ditetapkan sebagai pandemi pada 11 Maret tahun berikutnya. Tercatat hingga 8 Desember 2022, sudah sebanyak 5.255.859 orang meninggal di seluruh dunia, dan 143.893 orang meninggal di Indonesia.
Pada awal penemuan kasusnya, satu gejala awal yang diwaspadai sebagai pertanda Covid-19 adalah demam tinggi di atas 37,4 derajat celcius. Namun dalam dua tahun perjalanan hidupnya, Covid-19 banyak menimbulkan gejala-gejala lain dan bervariasi.
Advertisement
Dalam situs resmi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), gejala covid-19 dibagi menjadi gejala umum dan gejala tak umum. Gejala yang dimasukkan dalam gejala umum antara lain demam, batuk, kelelahan, kehilangan untuk merasa dan mencium bau. Sedangkan yang dimasukkan dalam gejala tak umum adalah sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri dada, ruam, perubahan warna pada jari, iritasi mata, dan beberapa lainnya.
Dalam dua tahun perjalanan hidup Covid-19, juga ditemukan beberapa mutasi virus. Hingga awal Desember ini, diketahui sudah ada 10 varian Covid-19 yang masing-masing memiliki karakter penularan dan gejala yang berbeda. Adapun 10 varian itu adalah :
- Varian Gamma yang pertama ditemukan pada November 2020 di Brazil, dengan gejala demam, batuk kering, kelelahan ekstrem, dan hilangnya indra penciuman.
- Varian Betta yang pertama ditemukan pada Mei 2020 di Afrika Selatan. Sebenarnya gejala Betta tidak jauh berbeda dengan virus Corona pada awal penemuan, yaitu demam, hilang indra penciuman dan perasa, batuk terus menerus, dan sakit tenggorokan.
- Varian Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris pada September 2020. Gejala yang dirasakan meliputi demam, batuk, sakit tenggorokan, kehilangan indra perasa dan pembau, sesak nafas, sulit berpikir, pusing, malaise, mual, kelelahan, dan nyeri otot.
- Varian Delta yang diketahui pertama terjadi di India pada Oktober 2020. Dalam situs WHO, dikatakan bahwa varian Delta menimbulkan gejala yang menyerupai infeksi virus Corona ketika awal penemuannya, hanya saja memiliki tingkat keparahan yang tinggi dan penularannya pun jauh lebih cepat, bahkan diperkirakan 10 kali lebih cepat.
- Varian Lambda pertama kali ditemukan di Peru pada Desember 2020. Gejala yang diakibatkan tidak berbeda dengan varian awal virus Corona.
- Varian Kappa pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020. Gejala Kappa yang bisa dikatakan khas adalah mirip gejala campak yang dirasakan penderita dalam waktu satu sampai dua hari, di samping gejala lain yang mirip dengan gejala Covid-19 pada umumnya.
- Varian Lotta yang pertama kali ditemukan di Amerika pada November 2020. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi, gejala varian Lota tidak ada yang khas dan spesifik, jadi mirip dengan Covid-19 pada awal penemuannya.
- Varian Eta pada Desember 2020 yang ditemukan secara bersamaan di beberapa negara sekaligus. Gejala yang ditimbulkan adalah suhu tinggi, batuk terus-menerus, dan kehilangan indra penciuman dan pengecap.
- Varian MU yang pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari 2021, memiliki gejala yang sama dengan varian Covid-19 pada awal ditemukan.
- Varian Omicron, sebagai varian terakhir yang ditemukan pada akhir tahun 2021 ini. Belum banyak referensi yang menganalisis tentang varian ini, namun secara umum gejala yang ditimbulkan sama dengan infeksi varian virus Corona pada awal kemunculannya.
Dari varian virus ini, WHO mengelompokkan menjadi dua, yaitu varian of interest (VOI) yang mencakup Mu, Eta, Lota, Kappa, dan Lambda, serta varian of concern (VOC) yang meliputi Delta, Alpha, Beta, dan Gamma. Meskipun banyak varian, namun WHO dan Kemenkes RI sepakat bahwa pada dasarnya memiliki gejala yang hampir sama, tetapi memiliki tingkat keparahan dan penularan yang berbeda,
Sampai saat ini, diketahui bahwa virus varian Delta adalah yang paling mampu menimbulkan keparahan yang tinggi serta penularan yang sangat cepat. Munculnya gelombang kedua Covid-19 di Indonesia pada Juli hingga Agustus 2021 disinyalir merupakan peran dari virus Corona varian Delta.
Namun tidak menutup kemungkinan, kehadiran varian baru Omicron akan menggeser posisi Delta, karena dari petunjuk awal disinyalir Omicron bisa meningkatkan risiko infeksi ulang dibanding varian lainnya. Kekhawatiran adanya gelombang ketiga Covid-19 muncul dengan kehadiran varian virus Omicron yang ditambah dengan kemungkinan mobilitas besar-besaran masyarakat pada momentum akhir tahun.
Kemenkes RI, WHO, dan para ilmuwan sepakat, bahwa protokol kesehatan dan vaksinasi merupakan cara efektif yang bisa dilakukan untuk menangkal penularan virus Corona. Memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas harus disiplin dilaksanakan oleh masyarakat, bersamaan dengan pelaksanaan vaksinasi oleh pemerintah, merupakan kombinasi dan kolaborasi yang efektif jika ingin permasalahan Covid-19 segera selesai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- NGUDARASA: Keadilan Restoratif, Solusi yang Kian Diminati
- Gratifikasi dan Ketidakjujuran Akademik Masih Membayangi Dunia Pendidikan
- HIKMAH RAMADAN: Tasamuh Sesama Muslim dalam Perbedaan Gerakan Salat
- HIKMAH RAMADAN: Merangkul Duka, Menemukan Cahaya
- HIKMAH RAMADAN: Meningkatkan Keterampilan Regulasi Emosi Anak saat Ramadan
Advertisement
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja Akhir Pekan Ini, 28-30 Juni, Ada Pameran Buku BBW, Balon Jumbo Raksasa hingga Artjog 2025
Advertisement
Advertisement
Advertisement