Advertisement

OPINI: Malioboro Jadi Model Inspiratif

Yohanes Djarot Purbadi, Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Lingkungan dan Kawasan, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Rabu, 16 Maret 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Malioboro Jadi Model Inspiratif Yohanes Djarot Purbadi, Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Lingkungan dan Kawasan, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

Malioboro ternyata menjadi idola bagi beberapa kota. Tercatat kota Solo, Magelang, Tegal, Palembang dan Pekanbaru ingin mengembangkan koridor kota mirip Malioboro. Magelang, misalnya, ingin dibuat indah, para PKL di Pecinan dipindahkan ke pasar Rejowinangun.

Pecinan memang jadi indah dan steril dari PKL, tetapi justru jadi tidak hidup lagi. Palembang juga demikian, susah payah membuat indah kotanya agar hidup, pola Malioboro coba diambil, namun gagal. Ujungnya jelas, ingin menciptakan ruang kota yang migunani tumpraping liyan, "rahmatan lil alamin" atau “vivam et pulchram”; menjadi berkah bagi kehidupan, hidup sekaligus indah dan indah sekaligus hidup.

Advertisement

Malioboro Inspiratif

Solo konon pengin bikin “Malioboro” juga. Malioboro versi Solo akan berciri khas Solo, dikembangkan di kawasan koridor Gatot Subroto-Ngarsopuro atau perempatan Pasar Pon. Kawasan terpilih akan disulap menjadi destinasi wisata baru,akan lebih bagus dibandingkan Malioboro. Begitulah, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menjelaskan mimpinya.

Sama dengan Solo, Pemerintah Kota Tegal melakukan revitalisasi kawasan pusat perdagangan dan digagas jadi mirip Malioboro. Sistem satu arah akan diterapkan. Pekerjaan pembangunan kawasan "Malioboro Tegal" ada di Jalan Ahmad Yani. Koridor ruang kota ala Malioboro akan segera hadir di Kota Tegal.

Tidak mau ketinggalan, Pekanbaru juga ingin memiliki ruang kota seperti Malioboro. Kawasan Jalan Agus Salim ditata agar jadi “Malioboro” Pekanbaru. Penataan akan dilaksanakan dalam waktu dekat, kata pejabat Dinas Perindag Pekanbaru. Mimpinya, kehidupan kota Pekanbaru akan semakin maju dan menarik dengan hadirnya “Malioboro” di Pekanbaru. Kesejahteraan masyarakat akan tumbuh.

Menarik sekali, Malioboro menjadi model ideal bagi beberapa kota. Model Malioboro diyakini menjadi instrumen untuk menata ruang kota yang amburadul. Para pejabat Pemerintah Kota melihat model tatanan Malioboro layak dijadikan referensi. Kekhasan ala Malioboro dipercaya menjadi karakter yang mampu mendongkrak kehidupan ke arah perubahan positif.

Menata Ruang Publik

Ruang publik kota memang obyek menarik, karena jadi wajah kota. Realitasnya, Malioboro memang magnet sangat kuat bagi Yogyakarta untuk menarik wisatawan dalam negeri, bahkan mancanegara. Daya tariknya khas, sebagai tempat wisata bersejarah, wisata belanja dan bersuasana khas. Malioboro diyakini menjadi barometer kualitas kehidupan Kota Jogja.

Ditilik dari kacamata pariwisata, Malioboro adalah destinasi wisata yang penting. Malioboro diyakini banyak orang menjadi magnet wisatawan untuk datang ke Jogja. Suasana wisata pada ruang kota bersejarah (historic urban space) menjadi salah satu daya tariknya. Warga Jogja mendapat tempat tampil di kotanya sendiri dengan bangga.

Dari kacamata ekonomi kreatif, Malioboro sebelum pandemi menjadi muara produk-produk ekonomi kreatif dari berbagai tempat. Produk ekonomi kreatif berbasis budaya lokal dari kantong-kantong produksi dari seluruh tempat di DIY dapat ditemukan di Malioboro. Bahkan, berbagai produk dari luar Jogja juga numpang laku di Malioboro.

Malioboro sering dilihat sebagai tempat wisata di tengah kota bernuansa eksotis. Ada suasana ruang kota bersejarah yang mengandung ragam budaya, bercampur dengan suasana kehidupan modern. Kekuatan desain ruang bernuansa sejarah dan budaya menjadi kekuatan Malioboro. Dinamika perubahan Malioboro dari waktu ke waktu dengan suka dan dukanya telah membentuk jati diri yang unik dan kokoh.

Nilai Sakralitas Ruang

Lantas apa yang menjadi rahasia Malioboro, sehingga beberapa pemerintah kota terpesona lalu berpikir Malioboro adalah suatu best practice dan layak ditiru. Apakah adanya “simbiosis mutualisme” sektor formal dan informal? Tentu bukan semata-mata itu. Ada keunikan yang lebih mendasar, yaitu nilai sejarah kawasan, keunikan tatanan spasial dan nilai transenden ruang kota.

Nilai sejarah kawasan sangat menentukan daya tarik Malioboro. Sejarawan mencatat, Malioboro lahir sejak kerajaan Mataram Ngayogya Hadiningrat berdiri. Konseptornya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono I. Beliau dikenal sebagai panglima perang dan sosok yang gemar melakukan tapa-brata. Sri Sultan HB I sangat dicintai rakyatnya, sebagai raja baru di kerajaan Mataram baru kala itu.

Rancangan HB I unik, pola spasialnya berpola lingkaran konsentris (Sela Soemardjan, 1981). Kraton tempat kediaman Sultan dikaitkan langsung dengan kerajaannya dalam konsep kosmologi Jawa. Kraton bahkan menjadi titik pusat dalam lingkaran konsentris bagi kuta-negara, negara, negara-gung dan mancanegara. Artinya, kerajaan Mataram secara spasial dan spiritual berpusat di kediaman Sultan.

Dalam pengertian tradisi Jawa, kraton adalah sumber berkah kehidupan. Artinya, secara spasial Malioboro menjadi jalan utama ke sumber berkah. Jadi, ada nilai transenden yang kuat pada jalan Malioboro. Orang datang ke Malioboro dalam alam bawah sadar terkait dengan tradisi Ngalab berkah, menadah berkah dari Kraton (Sultan). Ada sakralitas ruang Malioboroyang terkait sakralitas Kraton.

Pola penataan koridor terkait sakralitas ruang bisa ditemukan di tempat lain, misalnya di Jepang. Kuil atau tempat suci di bagian depan terdapat jalan masuk utama. Nah ruang jalan masuk utama sebagaikoridor utama biasanya ramai pengunjung kuil dan masyarakat. PKL ala Jepang biasanya hadir dan meramaikan suasana. Artinya, sakralitas kuil menjadi bagian dari kehidupan koridor di depannya. Konsep ini tampaknya berlaku bagi Malioboro.

Penutup

Malioboro sebagai model ruang kota memang berjati diri khas, memiliki sejarah dan konfigurasi keruangan unik yang mendasari jati diri dan daya tariknya. Model Malioboro layak dijadikan referensi bagi kota-kota lain, menjadi bagian penciptaan kota yang mendatangkan berkah;hidup sekaligus indah, dan indah sekaligus hidup. Implikasinya, melestarikan, memanfaatkan dan mengembangkan Malioboro perlu hati-hati dan cermat, sebab menjadi perhatian banyak pihak sampai kapan pun. Viva Malioboro.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Apdesi Ingatkan Agar Lurah Tetap Netral dalam Pilkada 2024

Bantul
| Kamis, 25 April 2024, 12:47 WIB

Advertisement

alt

The Tortured Poets Departement, Album Baru Taylor Swift Melampaui 1 Miliar Streaming di Spotify

Hiburan
| Kamis, 25 April 2024, 09:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement