Advertisement

OPINI: Budaya Mudik dan Gerak Pariwisata di Era Digitalisasi

Sigit Widiyanto, Jafung Ahli Madya Adyatama Parekraf, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sabtu, 16 April 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Budaya Mudik dan Gerak Pariwisata di Era Digitalisasi Sigit Widiyanto, Jafung Ahli Madya Adyatama Parekraf, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Advertisement

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperbolehkan masyarakat untuk melakukan mudik Lebaran tahun ini. Keputusan ini dengan pertimbangan hingga 22 Maret 2022, kondisi pandemi Covid-19 terus membaik sehingga pemerintah berani untuk mengambil beberapa langkah pelonggaran 23 Mar 2022. Presiden mempersilakan masyarakat untuk mudik tahun ini. Syaratnya, masyarakat diwajibkan untuk vaksinasi dosis lengkap, yakni dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 (booster). Jika calon pemudik belum mendapatkan vaksin booster, maka mereka wajib melakukan tes Covid-19. Sedangkan kalau sudah vaksinasi 1 dan 2 maka diwajibkan untuk tes Antigen

Mendengar pengumuman Presiden tersebut banyak masyarakat yang merasa lega, memori untuk mudik ke kampung halamannya kembali terbayang di depan mata. Surat Edaran No.13/2021, mudik adalah kegiatan perjalanan pulang ke kampung halaman selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Jadi menurut definisi ini kegiatan mudik berkaitan dengan bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Masyarakat yang sudah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, dengan hati yang Fitri perlu pulang ke kampung untuk sungkem mohon maaf dan sowan terhadap orang tua dan anggota keluarga di daerah. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan, seperti Lebaran.

Advertisement

Pergeseran Nilai Mudik

Program Digitalisasi akan mengubah segala perilaku masyarakat dalam menyambut lebaran. Terobosan baru yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mempermudah proses kehidupan. Berbagai bidang kehidupan yang dahulu dilakukan dengan susah payah melalui digitalisasi menjadi lebih mudah.

Jika di tahun 70an-90an orang akan merasa tidak elok jika Lebaran tidak dapat pulang kampung, mereka akan merasa tidak enak kepada orang tuanya dan juga kerabatnya, Nilai-nilai pada waktu itu dengan mereka pulang kampung berarti mereka bisa menunjukkan rasa hormat kepada orang tua dan keluarga besarnya. Biasanya sebagai lambang kesuksesan mereka datang ke desa dengan membawa roti kaleng dengan merek tertentu yang khas serta membawa kardus yang besar besar. Mereka rela berebutan angkutan baik kereta maupun bus.

Perjuangan untuk menyukseskan mudik, mereka rela mengantre tiket berjam jam bahkan berhari hari. Dengan membawa oleh-oleh dengan dus-dus besar. Di dalam angkutan pun mereka rela dengan fasilitas yang seadanya demi bisa pulang kampung.

Namun pada masa kini  hubungan orang tua dan anak di daerah perantauan menjadi lebih mudah, mereka bisa melalui video call setiap saat, sehingga pertemuan antara orang tua dan anak menjadi lebih intens. Segala kebutuhan yang dibutuhkan sudah dapat dikomunikasikan melalui gawainya, bahkan mereka tidak hanya bicara tetapi juga bisa saling menatap melalui video call.

Gerak Pariwisata

Pariwisata menurut Pitana dan Gyatri (2005) adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam waktu pendek ke tujuan tujuan di luar tempat tinggal dan tempat kerjanya dan melaksanakan kegiatan selama di destinasi dan juga penyiapan penyiapan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini mudik termasuk di dalam kegiatan pariwisata.

Era digital telah mengubah segala aspek kehidupan dari yang tadinya analog menjadi serba digital atau menggunakan teknologi. Di era digital,  kita lebih mudah dalam mendapatkan berbagai informasi melalui Internet dengan dukungan gawai yang memadai. Perjalanan pemudik untuk menengok orang tua dan saudara tetap dilakukan   akan tetapi waktu berkumpul menjadi bergeser ke tempat tempat rekreasi. Untuk menginap pun orang cenderung tidak di rumah orang tua tetapi cenderung mengajak rekreasi untuk menyenangkan orang tuanya. Akibatnya hotel hotel di daerah pun menjadi penuh terutama hotel hotel di tempat tempat rekreasi.

Dari sisi transportasi perubahan nilai mudik tentunya semakin terasa lebih nyaman, karena melalui digitalisasi menjadikan pelayanan lebih baik dan lebih transparan. Antrean panjang untuk membeli tiket, bahkan sampai mengantre berhari hari sudah tidak ada lagi.

Dengan mengandalkan gawai. Mereka bisa merencanakan segala aktivitas di daerah tujuan mudik  serta pemesanan hotel dapat dengan melakukan berbagai kegiatan rekreasi melalui Traveloka, Tiket.com dll. Barang yang mau dikirim ke daerah pun dapat dilakukan melalui Pos Indonesia, JNE, TIKI , J&T dll. 

Wisata Kuliner adalah bumbu suatu perjalanan. Pencarian rumah makan, ataupun warung warung makan yang viral merupakan suatu pelengkap perjalanan Mudik. Perubahan paradigma terjadi, seorang pemudik tidak hanya untuk bertemu orang tua tetapi  sekaligus akan merencanakan berwisata kuliner di daerah daerah yang dilewati atau di sekitar daerah tujuan informasi tentang kuliner yang menarik ini di dapat dari Internet.

Pengalaman Wisata kuliner di suatu daerah segera dapat di upload dan disebarkan melalui gawai mereka sebagai media komunikasi dengan cepat akan menarik orang lain untuk berkunjung ke daerah tersebut.

Pemudik sekarang semakin banyak kaum milenial, mereka tidak suka membawa uang kertas. Oleh karena itu perkembangan konsumen yang demikian juga harus diantisipasi oleh toko-toko, hotel dan rumah makan yang menjual oleh oleh untuk mempersiapkan pembanyaran cashless. Mindset orang-orang di daerah menjadi ikut berubah. Mereka dipaksa untuk mengikuti sistem pembayaran digital agar barang dagangannya dapat laku terjual.

Digitalisasi telah melahirkan berbagai peluang baru bagi kepariwisataan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan inklusi keuangan bagi pelaku usaha. Tersedianya akses dan layanan keuangan yang mudah dijangkau oleh pelaku usaha menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktivitas dan ketahanan sektor pariwisata  yang sedang digalakkan pemerintah.

Kepariwisataan mampu memberi katup pengaman terhadap guncangan ekonomi. Hal ini berarti memacu kemajuan pada desa desa tujuan. Akibatnya pertumbuhan perekonomian di pedesaan juga semakin meningkat. Apalagi sekarang tumbuh desa desa wisata yang tidak kalah menariknya dengan tempat wisata di kota kota besar sehingga acara mudik di daerah tujuan sekaligus akan memberi kemakmuran yang luar biasa pada saudara kita di perdesaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Program Padat Karya, Pemkab Bantul Sediakan Bantuan Keuangan Khusus Rp32 Miliar

Bantul
| Sabtu, 20 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Film Dua Hati Biru Ajarkan Para Aktor Belajar Mengelola Rumah Tangga

Hiburan
| Sabtu, 20 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement