Advertisement

OPINI: Strategi Mengubah Mindset Pengunjung Pariwisata Kemukus

Sigit Widiyanto, JF Adyatama Kemenparekraf
Rabu, 20 Juli 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Strategi Mengubah Mindset Pengunjung Pariwisata Kemukus Sigit Widiyanto, JF Adyatama Kemenparekraf

Advertisement

Ketika kita mendengar Gunung kemukus maka pikiran kita akan membayangkan sebuah pariwisata mencari pesugihan yang disyaratkan dengan seks. Hal ini tidak salah karena pada masa lalu mitos gunung kemukus memang tempat untuk mencari pesugihan dan diharuskan melakukan ritual  hubungan seks dengan perempuan yang bukan istrinya dan dilakukan tujuh kali setiap bulan purnama pada hari Jumat Kliwon atau Jumat Pon.

Mitos  ini muncul dari sebuah cerita legenda antara Pangeran Samudro dan Nyai Ontrowulan. Alkisah menurut cerita yang beredar di Masyarakat , Pangeran Samudro dan Ibunya diusir oleh Prabu Wijara dari istana karena diketahui telah berselingkuh. Prabu Wijaya sebagai raja memerintahkan mengusir mereka dari Kerajaan. Mereka keluar istana dan mengembara, dan sampailah ke suatu tempat yang sekarang dinamakan Gunung Kemukus ini.

Advertisement

Di tempat inilah Pangeran Samudro dan Nyai Ontrowulan dirajam beramai-ramai oleh warga sekitar karena warga memergoki mereka berdua saat akan melakukan hubungan intim. Dari kejadian ini Pangeran Samudro menyampaikan pesan bahwa siapa saja yang bisa menyelesaikan hubungan seks di tempat ini selama tujuh kali pada bulan Purnama hari Jumat Kliwon dan Jumat Paing akan terkabul semua keinginannya.

Dari legenda inilah menjadikan daerah Kemukus dikenal sebagai Gunung Kemukus sebagai Tempat Ritual Seks yang dengan seiringnya waktu menyebabkan tempat prostitusi.
Mitologi yang sudah mendarah daging ini, menyebabkan suatu kesan bahwa Pariwisata Gunung Kemukus adalah Pariwisata Seks telah menyebabkan kesulitan tersendiri bagi Pemda Sragen untuk mengubah daerah Gunung Kemukus adalah tempat yang sehat dan Indah untuk dikunjungi oleh wisatawan. Dengan dikelilingi Waduk Kedung Ombo keindahan Gunung Kemukus merupakan aset yang wajib dikembangkan dalam era pariwisata ini.

Pembangunan kawasan pariwisata Gunung Kemukus ini telah dibangun ulang oleh Pemda Sragen menghabiskan anggaran Rp48 miliar,  dengan model sebagai kawasan rekreasi keluarga, yang  mengeksplorasi keindahan alam. Dengan penataan taman yang luas serta dikelilingi Pemandangan Wadu Kedung ombo benar-benar merupakan keindahan yang luar biasa.

Namun demikian harus didukung oleh strategi yang kuat dari Pemerintah Daerah Sragen agar mindset tentang perubahan Gunung Kemukus sebagai tempat pariwisata sex menjadi hilang.

Strategi yang Dibutuhkan

Pertama, membuat cerita yang mengangkat legenda Gunung Kemukus  yang baru. Nilai-nilai berkaitan dengan legenda tentang  Pangeran Samodro dan Nyai Onrowulan dalam ceritanya banyak termaknai hal hal yang negatif, seperti seks bebas, arena prostitusi, tempat mencari pesugihan harus diubah.

Bagaimana mengubah itu tentunya harus membangun kembali cerita rakyat yang positif. Tinjauan cerita secara positif ini sangat penting dikarenakan cerita ini akan dibaca oleh generasi muda kita, Pengetahuan tentang nilai nilai positif ini akan menyebabkan tumbuh kembang daerah gunung kemukus di mata pengunjung semakin lama akan semakin positif.

Kedua, menguatkan SDM sebagai pelaku pariwisata. Perubahan mindset Pelaku Wisata akan berimplikasi pada penyambutan wisatawan secara profesional. Hal ini akan menimbulkan kenangan bagi pengunjung dan  menimbulkan suatu keinginan untuk berkunjung kembali.

Berbagai fasilitas yang tersedia, pemandangan yang asyik serta pelayanan kepada pengunjung secara prima merupakan daya Tarik tersendiri bagi pertumbuhan kawasan pariwisata. Keterlibatan penduduk sekitar yang sudah terdidik dan bermental melayani akan menumbuhkan wisata tersebut semakin tumbuh dan berkembang.

Oleh karena itu diperlukan diklat Kepariwisataan yang akan membantu tumbuh kembang kawasan pariwisata Gunung Kemukus.

Ketiga, penguatan peran UMKM setempat. Penguatan Peran UMKM mutlak diperlukan agar Kawasan Pariwisata Kemukus dapat cepat berkembang, hasil perajin dari UMKM ini dapat berupa atraksi sebagai hasil kerajinan dan sekaligus sebagai tempat pemasaran dari UMKM. Semakin banyak UMKM dapat memamerkan hasil karyanya maka akan semakin kaya atraksi yang akan dilihat wisatawan.

Diperlukan diklat ekonomi kreatif yang mampu menciptakan pelaku usaha lebih kreatif dan mengetahui berbagai kerajinan yang disukai oleh wisatawan, kemasan yang menarik serta pemasaran yang bagus.

Keempat, pemasaran kawasan Gunung Kemukus melalui digitalisasi.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa kaum milenial sekarang ini sangat agresif dalam memberitakan berbagai berita dan menangkap informasi. Oleh karena itu sosialisasi pariwisata kawasan Gunung Kemukus harus dipublikasikan secara gencar melalui Internet seperti Facebook, Instagram, Twiter, dll. Dengan pemberitaan melalui digitalisasi maka diharapkan informasi yang disampaikan akan dengan cepat tersosialisasi dengan baik. Oleh karena itu diperlukan pelatihan digitalisasi agar pemasaran menjadi lebih efisien dan kreatif serta mampu menembus ke mancanegara.

Dengan adanya perubahan paradigma dalam pemahaman kepariwiataan di Gunung Kemukus maka diperlukan berbagai diklat yang mampu memberikan keterampilan dan  masukan pengetahuan agar Pembangunan fisik kawasan Gunung Kemukus ini tidak menjadi sia-sia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 02:37 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement