Advertisement

OPINI: Merintis Solusi Menjadi Bisnis Berkelanjutan  

Bartolomeus Galih Visnhu Pradana, Dosen Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kamis, 11 Agustus 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Merintis Solusi Menjadi Bisnis Berkelanjutan    Bartolomeus Galih Visnhu Pradana, Dosen Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

Dalam merintis sebuah solusi menjadi bisnis yang berkelanjutan, timing itu penting. Transformasi digital menjadi keharusan di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Pemerintah pun memiliki komitmen untuk mempercepat realisasi transformasi digital yang semulanya diagendakan 10 tahun menjadi dua hingga tiga tahun saja. Kini pemerintah tengah menyelesaikan pemerataan infrastruktur digital di 12.518 desa/kelurahan. Kemudian, pemerintah juga berfokus pada tiga elemen esensial, yaitu pemerintahan, masyarakat, dan ekonomi. Tujuan utamanya adalah membuat ekosistem digital yang aman dan bermanfaat bagi semua masyarakat.

 

Advertisement

Tidak ada timing terbaik untuk membuat startup seperti sekarang ini, selain marketnya telah siap untuk mengadopsi solusi digital, kita dapat dengan mudah mengakses beragam dukungan dari ekosistem digital dalam mengembangkan startup. Setiap founders tentunya memulai dengan sebuah ide dan impian. Pilihan desain awal dapat menyukseskan atau menggagalkan sebuah startup.

 

Langkah pertama dalam membangun perusahaan adalah meletakkan fondasi yang kokoh. Salah satu fondasi utamanya adalah visi. Ide startup terbaik mampu memecahkan masalah dunia nyata, sementara ide startup terhebat adalah ide yang dapat terwujud dalam skala yang besar. Maka sangatlah penting, ketika ide kita mulai terbentuk, kita harus mulai mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang struktur industri dan ukuran pasar, sekaligus memikirkan cara bagaimana menciptakan atau mendominasi segmen pasar tertentu.

 

Bisnis besar tidak dapat dibangun dari ide yang kecil, tentu itu tidaklah cukup. Jadi saat kita mengembangkan sebuah ide, kita harus menafsirkan apakah ide tersebut dapat berdiri sendiri atau tidak? Apakah ide ini sejalan dengan value yang sedang terjadi disekitar kita? Apakah kita telah mengamati perilaku baru yang memungkinkan kita mendefinisikan kategori yang baru? Jika iya, dapatkah kita mengungkapkan kategori baru itu dengan cara yang menarik, sehingga pasar tergerak untuk menginginkan produk kita? Lebih lanjut, ketika kita mengembangkan pasar atau kategori baru sejak awal, kita harus mampu berkomunikasi dengan jelas untuk menjual ide kita kepada investor, perekrutan karyawan awal, dan mitra bisnis. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu akan membantu kita mengembangkan ide dengan lebih mantap dan mendetail.

 

Pada umumnya ide dimulai sebagai sebuah visi yang luas, mentah dan belum terpoles. Untuk memolesnya, dibutuhkan waktu dan pemikiran yang dalam mengenai ide untuk pasar tersebut. Dalam mencari ide dan menciptakan kategori baru, perlu ada penemuan terlebih dahulu. Penemuan kategori baru ini dimulai dengan menemukan sesuatu yang hilang atau yang dari awal belum ada.

 

Hal ini biasanya merupakan celah pasar atau teknologi yang kemudian membentuk insight unik untuk kita. Selanjutnya, jika peluang telah ditentukan dengan jelas, saatnya menciptakan kategori kita sendiri; hal ini dapat dikatakan sebagai latihan marketing. Meskipun marketing sangat berperan, akan lebih baik untuk memikirkan secara menyeluruh sebagai latihan strategi. Tentu kita perlu mendapatkan penilaian eksternal yang lebih luas, seperti penilaian terhadap pelanggan, pesaing, mitra, dan ekosistem yang lebih luas, serta penilaian internal terhadap profil perusahaan kita.

 

Mengevaluasi Ukuran Pasar

Setelah itu yang harus kita lakukan ialah mengevaluasi ukuran pasar. Setelah membawa diri lebih dekat pada masalah yang dihadapi oleh sekelompok konsumen tertentu, kita perlu mengambil langkah mundur dan melihat gambaran besarnya untuk melihat apakah segmen tersebut cukup besar dalam membentuk sebuah pasar? Apakah produk kita diminati oleh konsumen? Akankah ada kesediaan dari konsumen untuk membayar produk kita? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita mulai dengan menghitung Total Addressable Market (TAM). TAM adalah perkiraan pendapatan maksimum yang dapat dihasilkan oleh semua bisnis yang bersaing di pasar yang spesifik setiap tahunnya.

 

Setelah menghitung TAM, ada baiknya memecahnya menjadi Serviceable Addressable Market (SAM) dan Serviceable Obtainable Market (SOM). SAM adalah bagian dari TAM yang dihasilkan oleh produk khas kita. Istilah ini mengacu pada total volume sales produk tertentu dalam geografi tertentu pada startup yang ingin kita layani. Sedangkan SOM merupakan prosentase SAM yang secara realistis dapat dicapai oleh startup kita dalam kurung waktu lima tahun ke depan atau lebih. Secara singkat TAM, SAM, SOM, selain sebagai cara untuk membantu membuat dan menajamkan peta perjalanan produk masa depan startup, juga memampukan kita mengenali para pesaing sejak dini.

Selain mengevaluasi ukuran pasar, kita perlu juga mengevaluasi struktur industri. Founders yang sukses biasanya melacak setiap kemungkinan pesaing dan pemasok mereka, serta mengaudit semuanya mulai dari harga, target pasar, saluran media sosial dan konten. Disamping itu, mereka juga berusaha menggali pelanggan mereka. Memiliki ide yang dahsyat, produk yang keren dan Total Addressable Market yang besar, barulah separuh perjalanan menuju bisnis yang berkelanjutan, namun itu merupakan langkah awal dan fondasi utama dalam merealisasikan sebuah visi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Danais Rp2,7 Miliar Dikucurkan untuk Program Padat Karya di Bantul

Bantul
| Selasa, 23 April 2024, 14:17 WIB

Advertisement

alt

Queen of Tears Jadi Drama Korea yang Paling Banyak Dibicarakan Pekan Ini

Hiburan
| Senin, 22 April 2024, 11:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement