Advertisement

OPINI: Frugal Living, Cara Bertahan Dimasa Resesi

Sang Ayu Putu Piastini Gunaasih, Dosen Departemen Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kamis, 27 Oktober 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Frugal Living, Cara Bertahan Dimasa Resesi Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. - IST

Advertisement

Pada setiap kesempatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berkali-kali memperingatkan hal terkait ketidakpastian situasi ekonomi global. Ketidakpastian tersebut akibat dari kondisi geopolitik yang semakin memanas, bencana, dan wabah yang berpotensi menyebabkan resesi secara global.

Presiden Jokowi mewanti-wanti agar masyarakat mulai bisa mengubah pola hidup konsumtif menjadi lebih hemat, sehingga dapat siap menghadapi resesi yang akan dihadapi. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk bertahan adalah dengan menerapkan pola gaya hidup hemat yang dikenal dengan nama frugal living.

Advertisement

Sejarah Frugal Living

Sebuah gerakan di Amerika Serikat telah menggagas suatu metode terkait cara mencapai kemandirian finansial saat pensiun yang dikenal dengan gerakan FIRE (Financial Independence Retire Early). Gerakan ini telah digagas sejak 1992 dan telah dibukukan oleh seorang ahli financial Bernama Vicki Robin dan Joe Domingues. Gerakan ini semakin populer pada 2007 setelah krisis ekonomi global yang terjadi, khususnya di Amerika Serikat. Saat itu masyarakat dituntut untuk dapat bertahan hidup dengan sedikit pengeluaran. Gerakan FIRE kemudian diadopsi untuk kemudian dikembangkan menjadi pola hidup frugal living. Frugal living lahir dari adanya kecemasan bahwa jika gaya hidup konsumtif dibiarkan, maka akan berdampak terhadap masa depan tanpa tabungan, bahkan mungkin juga terlilit utang. Gaya hidup frugal tidak hanya terbatas pada golongan usia produktif, tetapi juga bisa diterapkan oleh siapa pun dengan tanpa batasan umur. Gaya hidup frugal berfokus pada kemampuan dan keinginan bersikap cermat dalam penggunaan sumber konsumsi seperti makanan, waktu, dan uang, serta menghindari segala sesuatu yang berlebihan atau boros. Para penganut frugal living adalah orang dengan kemampuan dan keinginan untuk bersikap cermat dan hemat dalam menggunakan uang sebagai sumber konsumsi dan mengalokasikan 50% sampai 70% pendapatan mereka untuk tabungan dan dana pensiun. Sederhananya frugal living mengharuskan kita untuk bisa menahan diri dan disiplin sehingga tidak asal beli sesuatu karena ”lapar mata”.

Ketika menjalankan gaya hidup frugal, kita paham bahwa uang yang kita hasilkan adalah hasil dari kita menukar waktu dan tenaga. Maka kita wajib untuk menghitung pengeluaran yang seakan-akan kita membayarnya dengan jam dari kehidupan kita.

Misalnya, ingin membeli sepatu, maka harus dipikirkan dan dihitung berapa jam kita harus bekerja untuk mendapatkan sepatu. Dengan berpikir berapa hasil kita menukar waktu dan tenaga maka uang bisa dipakai dengan bijak. Tujuan berhemat bukan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, namun apa yang akan kita gunakan dengan mengumpulkan uang tersebut.

Survei dari www.gobankingrates.com pada 2019 menyatakan bahwa sekitar 54% milenial muda di Amerika Serikat dengan rentang usia 20-30 tahun yang hanya memiliki literasi keuangan yang baik. Sisanya, 46% belum memiliki literasi yang baik sehingga belum memiliki tabungan untuk masa depan. Di Indonesia sendiri, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 menyebutkan hanya sekitar 38% masyarakat Indonesia yang memiliki literasi keuangan yang baik dalam perencanaan keuangannya. Dari 250 juta penduduk Indonesia, tentu jumlah ini jauh lebih rendah dari Amerika Serikat.

Metode Frugal Living

Lalu bagaimana strategi untuk menjalani hidup frugal? Pertama, catat setiap pengeluaran. Sebelum memulai frugal living, biasakan catat semua pengeluaran, termasuk pengeluaran sedekah/infak. Gunakan aplikasi pencatat pengeluaran yang dapat diunduh di aplikasi ponsel yang digunakan. Catatan pengeluaran ini akan menjadi pengingat untuk tidak terlalu impulsif/berlebihan membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Selain itu bisa menjadi patokan anggaran untuk bulan berikutnya. Kedua, kontrol biaya makan. Makanan bisa menjadi pos pengeluaran terbesar dalam anggaran. Banyak orang sulit mengontrol pos makan sehingga sering kali mengacaukan pengeluaran. Kita bisa merencanakan daftar menu makan yang akan dimasak dalam seminggu. Jika ada bahan makanan tersisa maka bisa diolah lagi. Cara ini diharapkan bisa membantu menghemat uang makan dan menjauhkan dari kebiasaan boros jajan karena lapar mata bukan lapar perut.

Ketiga, makan sebelum belanja atau keluar rumah. Menurut hasil penelitian, ketika perut lapar dapat menyebabkan perilaku seseorang menjadi lebih boros. Setelah memasak, pastikan makan dulu di rumah sebelum berbelanja di supermarket demi menahan pengeluaran yang tidak diperlukan.

Keempat, jual barang yang sudah tidak digunakan. Selain untuk menghemat ruangan, kita akan mendapatkan penghasilan tambahan yang bisa menambah tabungan masa depan.

Kelima, menabung dan investasi. Menginvestasikan uang ke saham, reksadana, atau bahkan emas adalah kunci untuk membangun kekayaan dan membuat uang berputar dengan sendirinya. Bagi orang frugal, menabung bukanlah beban. Oleh karena itu, mereka berupaya menemukan cara menyenangkan untuk bisa memotong pengeluaran dan mengalokasikannya ke dalam tabungan/berinvestasi.

Manfaat Frugal Living

Kebiasaaan untuk mendisiplinkan diri khususnya di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti menjadi salah satu kunci yang harus diterapkan. Jika sewaktu-waktu dipecat atau bahkan tidak memiliki sumber penghasilan, maka kita sudah siap dan bisa berlari untuk mengambil langkah selanjutnya. Lalu bagaimana menjalankan pola hidup frugal? Caranya yaitu Semua serba dihemat, dipangkas, pengeluaran lifestyle dikorbankan demi menabung lebih banyak. Ketika sudah biasa menerapkan pola seperti itu maka alokasi dari biaya lifestyle berpindah ke pos tabungan atau investasi. Dengan begitu, jika kita mempunyai target yang lebih besar, maka kita bisa menyisihkan penghasilan lebih banyak dari sebelumnya.

Siapa saja yang bisa menerapkan gaya hidup frugal ini? Penerapan gaya hidup frugal tidak hanya dilakukan oleh masyarakat biasa saja, tetapi juga dilakukan banyak selebritas dan tokoh-tokoh dunia.

Warrant Buffet, pengusaha asal Amerika Serikat dan salah satu satu orang terkaya di dunia yang juga ahli pasar modal, juga menerapkan gaya hidup frugal. Hal tersebut dapat dilihat dari rumah sederhana yang ditempatinya. Buffet memiliki rumah dibeli seharga US$31.500 atau sekitar 400 juta rupiah pada 1958 yang tergolong murah bagi seorang multi-milyuner.

Tokoh dunia lain adalah Bill Gates pemilik Microsoft, memilih jam tangan seharga US$10, atau sekitar Rp150.000. Kedua tokoh tersebut dengan kekayaan yang melimpah menerapkan pola frugal. Bagaimana dengan kita?

Frugal ini bisa jadi gaya hidup sepanjang masa. Pola frugal bisa lebih mudah dilakukan untuk jangka waktu pendek, sehingga tidak seumur hidup melakukan penghematan. Jika kelima metode frugal di atas terasa berat untuk dilakukan, maka kita bisa mencoba setahap demi setahap dari skala yang paling mudah dilakukan. Tertarik dengan frugal living? Ayo kita mandiri secara finansial sebelum usai 50 tahun dengan menerapkan pola frugal living.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dapat Bantuan Dana Rp14 Miliar, Ini Ruas Jalan yang Akan Diperbaiki Pemkab Gunungkidul

Gunungkidul
| Kamis, 25 April 2024, 17:47 WIB

Advertisement

alt

The Tortured Poets Departement, Album Baru Taylor Swift Melampaui 1 Miliar Streaming di Spotify

Hiburan
| Kamis, 25 April 2024, 09:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement