Advertisement

Promo November

Kesehatan Saluran Cerna untuk Pencegahan Stunting pada Balita

Media Digital
Rabu, 30 November 2022 - 19:47 WIB
Bhekti Suryani
Kesehatan Saluran Cerna untuk Pencegahan Stunting pada Balita Nor Eka Noviani, S.Gz., M.PH - Ist

Advertisement

Penurunan angka stunting menjadi salah satu prioritas dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan Masyarakat 2020-2024 yang ditargetkan turun menjadi 14%.

Stunting atau pendek merupakan kondisi status gizi berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur dengan nilai zscore<-2 standar deviasi dibandingkan dengan populasi standar. Data terakhir dari Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan angka stunting sebesar 24,4%. Jumlah ini masih dalam kategori tinggi menurut World Health Organization, 2018. Berbagai langkah intervensi baik secara spesifik atau sensitive, baik dari segi Kesehatan atau non Kesehatan turut andil dalam penanganannya.

Advertisement

Stunting merupakan masalah gizi yang bersifat kronis dan memiliki dampak negatif. Pada anak sekolah, kondisi stunting berisiko menghasilkan prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan anak seumurannya. Di masa mendatang, kondisi ini dapat menurukan produktivitas kerja dan berpengaruh terhadap ekonomi suatu bangsa.

Terlebih lagi, perubahan metabolism pada usia lanjut berdampak pada munculnya penyakit degenerative seperti sindrom metabolik, diabetes melitus tipe 2 serta penyakit metabolic lainnya.
Berbagai macam faktor penyebab terjadinya stunting.

Berdasarkan penelitian, faktor yang menentukan kejadian stunting adalah pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, pola asuh kejadian infeksi Dalam kerangka konsep terjadinya stunting, penyebab langsungnya adalah kurangnya asupan gizi pada anak, terjadinya penyakit infeksi serta outcome dari kehamilan (Berat Bayi Lahir Rendah/BBLR dan lahir pendek) . Asupan gizi yang kurang dan tidak beragam, berpengaruh terhadap ketahanan tubuh. Apalagi jika ditambah dengan sering terjadinya penyakit infeksi pada anak seperti diare, ISPA, kecacingan, campak, TB maka system kekebalan tubuh akan menurun.

Salah satu isu di bidang pangan dan kesehatan yang berkaitan dengan malnutrisi, khususnya stunting adalah peranan bakteri di dalam saluran cerna manusia atau dikenal dengan istilah gut microbiota. Banyak penelitian yang menghubungkan antara kondisi atau jumlah bakteri saluran cerna dengan stunting.

Terjadinya dysbiosis, perubahan komposisi microbiota karena penurunan atau hilangnya salah satu spesies microbiota usus dapat mengganggu proses pencernaan makanan yang berisiko terjadinya malnutrisi. Dengan dysbiosis, dengan proporsi bakteri jahat yang lebih banyak akan mengganggu proses penyerapan zat gizi. Hal ini karena microbioma/bakteri jahat dapat mempengaruhi bioavailabilitas micronutrient dan proses metabolism penyerapan zat gizi.

Berbagai upaya dapat diterapkan untuk pencegahan stunting dari segi jumlah gut microbiota. Penerapan hygiene sanitasi dengan mencuci tangan adalah salah satu cara untuk menghalangi masuknya bakteri jahat ke dalam tubuh. Persiapan, pengolahan makanan juga membantu dalam pencegehan infeksi. Makan makanan bergizi seimbang juga baik dalam menjaga jumlah bakteri baik di dalam usus. Asupan zat gizi makro dan mikro sesuai kebutuhan juga membantu daya tahan tubuh. Penambahan probiotik, penambahan mikroorganisme baik, serta prebiotik dari makanan dapat bermanfaat terhadap kesehatan saluran cerna kita.

Oleh: Nor Eka Noviani, S.Gz., M.PH

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lewat Film, KPU DIY Ajak Masyarakat untuk Tidak Golput di Pilada 2024

Sleman
| Sabtu, 23 November 2024, 23:27 WIB

Advertisement

alt

Hanya Satu Hari, Film The Last Dance Jadi Box Office di Hong Kong

Hiburan
| Rabu, 20 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement