Advertisement

OPINI: Peran Media Baru di Tengah Masyarakat Bersih & Sehat

Septa Dewi Anggraeni, Pranata Humas Ahli Muda Kementerian Kominfo
Jum'at, 16 Desember 2022 - 05:27 WIB
Galih Eko Kurniawan
OPINI: Peran Media Baru di Tengah Masyarakat Bersih & Sehat Septa Dewi Anggraeni. - Harian Jogja - Ist

Advertisement

Inovasi dan kemajuan teknologi merupakan keadaan yang tidak dapat dihindari pada saat ini. Industri teknologi dan telekomunikasi merupakan pionir dalam pergerakan perkembangan konvergensi di dunia ini. Sebut saja perkembangan jaringan teknologi telekomunikasi yang dimulai dari AMPS (Advanced Mobile Phone System) mejadi pelopor generasi pertama atau dimulainya perkembangan telekomunikasi pada rentang tahun 1980 – 1990.

Konvergensi telekomunikasi menjadi titik awal terjadinya konvergensi media yang secara definitif merupakan terjadinya aliran konten di beberapa platform media melalui kerja sama industri media dan industri lainnya (Henry Jenkins, 2006). Melihat perspektif audiens, konvergensi ini merupakan sebuah kepraktisan dalam mengkonsumsi informasi maupun konten yang mereka inginkan.

Advertisement

Masih ingat di benak ketika kondisi pada awal 2000-an di mana orang masih harus membagi peranti saat harus melakukan beberapa kegiatan sekaligus, misalnya dalam satu kesempatan menerima dokumen secara digital dan harus mengembalikan dokumen tersebut dalam waktu yang singkat, artinya orang mesti membuka surel di desktop komputer, lalu mencetak, lalu memindai dokumen dengan peranti yang berbeda juga, dan kemudian selanjutnya baru dapat dikirim melalui perangkat faksimili atau kembali ke komputer.

Seluruh proses yang terjadi di atas, mendorong kehadiran media baru dalam proses komunikasi. Media baru muncul dari berbagai inovasi media lama yang kurang relevan lagi dengan perkembangan teknologi di masa sekarang. Media lama seperti televisi, film, majalah, dan buku bukan serta merta mati begitu saja, melainkan berproses dan beradaptasi dalam bentuk media baru.

Bagi kami pranata humas di Kementerian Komunikasi dan Informatika Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik yang memiliki tugas untuk mendiseminasi atau sosialisasi terkait dengan program prioritas nasional, salah satunya terhadap pentingnya hidup bersih dan sehat, penggunaan media baru merupakan salah satu strategi dalam melakukan optimalisasi kampanye. Hal ini dilakukan guna menurunkan tingkat prevalensi stunting di Indonesia yang tergolong relatif tinggi.

Menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi anak balita yang mengalami stunting di Indonesia sebanyak 24,4% pada 2021. Artinya hampir seperempat balita di dalam negeri yang mengalami stunting pada tahun lalu.

Sosialisasi Stunting
Stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor dan beragam, dari kondisi ibu atau calon ibu, masa janin dan masa bayi/anak balita atau sejalan pada periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Periode 1000 HPK merupakan periode emas sekaligus periode kritis. Di atas itu semua, pemahaman ibu dan calon ibu mengenai stunting menjadi hal yang krusial.

Pengetahuan ibu mengenai stunting yang kurang dapat menyebabkan anak berisiko mengalami stunting. Karenanya program edukasi untuk para ibu dan calon ibu sangatlah penting.

Dalam beberapa penelitian dan jurnal, seperti The effect of booklet education about children nutrition needs toward knowledge of mother with stunting children in Pundong Primary Health Center Work Area Bantul Yogyakarta yang disusun oleh Suryati dan Supriyadi yang diterbitkan pada 2019 menunjukkan bertambahnya pengetahuan tentang kebutuhan gizi anak balita akan semakin menambah pengetahuan mengenai pencegahan stunting pada anak balita.
Stunting menjadi salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs).

Indonesia berproses mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs ke-2 yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik, dan mendukung pertanian berkelanjutan.

Media Baru
Dengan karakter daerah prevalensi tinggi yang cenderung berada di area sub urban dan rural, keterbatasan arus informasi yang terjadi menjadi tantangan tersendiri dengan panggunaan media baru sebagai salah satu solusi guna mengoptimalisasikan pesan sosialisasi. Media sosial memberikan kemudahan dalam penyebaran informasi dari satu individu ke individu lainnya, dari semua orang yang tertarik dengan melakukan percakapan dua arah (Aichner & Jacob, 2015).

Media sosial dengan kemampuannya mempercepat arus komunikasi dengan mendorong kontribusi dan umpan balik sosial pada dasarnya merupakan alat komunikasi massa yang mempunyai efek dan pengaruh yang kuat. Selain media sosial, penggunaan website sebagai information hub juga memiliki peranan penting guna mengedukasi seputar informasi yang relevan terhadap pencegahan stunting.

Sebagai pendukung dalam komunikasi publik Program Prioritas Nasional dalam percepatan penurunan stunting, sejak tahun 2019 Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika mengembangkan program Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) sebagai sarana edukasi mengenai stunting. Tidak hanya lewat platform Instagram, Genbest juga ada di platform Youtube, Twitter, Tiktok, dan juga portal media beralamat di www.genbest.id.

Dengan cara ini diharapkan edukasi mengenai stunting dapat tersosialisasi dengan lebih luas. Karena masyarakat saat ini lebih nyaman dan mudah menyerap informasi melalui platform media sosial serta dapat memengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan stunting.

Capaian Program
Sebagai program prioritas nasional, penggunaan media baru sebagai sarana utama dalam sosialisasi dan edukasi ini memiliki capaian yang cukup baik secara besaran angka. Pada tahun 2021, jumlah audiens yang berhasil terpapar atas seluruh informasi dan edukasi seputar stunting mencapai 24 juta orang masing-masing di dua platform media sosial yang datang dari 20 kota maupun kabupaten dengan tingkat prevalensi tertinggi di indonesia.

Tidak selesai sampai keterpaparan, dengan penggunaan media baru juga dapat mengukur tingkat interaksi audiens terhadap seluruh informasi yang disampaikan. Data pada tahun yang sama menunjukan keseluruhan program mendapatkan tingkat interaksi sebesar hampir satu juta keterkaitan sepanjang tahun.

Dengan adanya data tersebut, menjadi penting bagi komunikator untuk dapat melihat rencana keseluruhan kampanye dengan berbasis pada data, dan bukan asumsi, guna meneruskan sosialisasi pencegahan stunting yang berkelanjutan untuk menurunkan tingkat prevalensi yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Mudik Lebaran, Gunungkidul Bakal Dijejali 154.000 Kendaraan

Gunungkidul
| Kamis, 28 Maret 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement