Advertisement

Memahami Spiritualitas Ibadah di Bulan Ramadan

Adang Muhammad Gugun, Dosen PSPD FKIK UMY
Sabtu, 25 Maret 2023 - 07:17 WIB
Maya Herawati
Memahami Spiritualitas Ibadah di Bulan Ramadan Adang Muhammad Gugun, Dosen PSPD FKIK UMY

Advertisement

Dalam sebuah hadist sahih Rasulullah SAW telah memberi peringatan bagi kita bahwa banyak pelaku shaum hanya mendapat lapar dan dahaga. Sungguh ironis, berbulan-bulan kita semua menunggu kehadiran bulan agung ini. Namun, apa yang dikerjakan hanya berbekas pada dampak menahan makan dan minum. Sekadar itukah nilai ritual yang kita dapatkan?

Takwa merupakan nilai tertinggi dari outcome ibadah shaum sebagaimana termaktub dalam surat Al-Baqarah 183. Muttaqin (orang yang bertakwa) merupakan puncak kedudukan yang seharusnya diupayakan dengan sungguh-sungguh. Untuk menjadi pribadi muttaqin tentunya bukan proses instan. Oleh karenanya ibadah shaum yang berulang kali dan bertahun-tahun maupun seluruh ibadah kita semestinya mendorong dan mengangkat secara bertahap menuju transformasi kedudukan seorang muslim menjadi muttaqin. Dalam surat Al Baqarah ayat 21 yang artinya “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. Allah menyatakan dengan peribadatanlah menuju takwa.

Advertisement

Spiritualitas merupakan kesadaran diri yang muncul dari keyakinan untuk menjalin hubungan/konektivitas dengan kekuatan (Zat) yang menciptakan memelihara dan menguasai semesta untuk mendapatkan nilai (makna, arah, tujuan) kehidupan. Spiritualitas mewujud dalam sikap moral, ritual, dan perilaku dalam peran individu, sosial maupun universal untuk mencapai puncak kepuasan sejati. Spiritualitas peribadatan selama bulan Ramadan merupakan bentuk paket pelatihan. Paket pelatihan yang paripurna. Keberhasilan pelatihan di bulan suci Ramadan menjadi pribadi muttaqin menuntut kefahaman spiritualitas  dalam setiap aktivitas ibadah .

Shaum berkaitan dengan aktivitas menahan dan mengendalikan pemenuhan keperluan hidup terkait dengan kebutuhan biologis manusia (hawa nafsu). Pemenuhan hawa nafsu harus dikendalikan sesuai yang dikehendaki (diridai) oleh Sang Pemberi Hidup.  Spiritualitas shaum adalah luruhnya kecenderungan (potensi) hawa nafsu berbuat keburukan bertransformasi menjadi nafsu yang dirahmati Allah SWT. ”Sesungguhnya hawa nafsu itu mengajak pada keburukan, kecuali nafsu yang dirahmati.” (QS. Yusuf 53)

Sedekah melatih kesadaran meskipun kita butuh pada keperluan hidup, namun kita juga harus ingat ada saudara kita yang juga butuh keperluan hidup. Sedekah menjadi kendali diri terhadap eksistensi (egosentris) kepemilikan, keserakahan dan kebakhilan. 

Salat merepetisi kesadaran untuk senantiasa mengingat (dzikir) dan bersyukur kepada Allah SWT, ingat adanya hari pembalasan, selalu mohon petunjuk dalam setiap langkah kehidupan agar terhindar dari kemurkaan dan kesesatan. Salat memiliki nilai spiritualitas pengukuhan orientasi hidup dan tidak terjebak pada kebutuhan hidup.

Tadarus Al Qur’an memberi pengetahuan dan kesadaran tentang perintah dan larangan Allah menyangkut aqidah, syariat dan akhlaq. Al Qur’an menjadi pedoman kebenaran yang mengendalikan akal maupun hawa nafsu yang cenderung liar dan banyak keinginan yang tidak selaras dengan kehendak Allah SWT.

I’tikaf merupakan media kontemplasi tentang siapa, dari mana, untuk apa dan hendak  ke mana diri kita ini.  I’tikaf mendorong kesadaran hamba menegakkan hak-hak Allah dan senantiasa beribadah tanpa mempersekutukan-NYA.  Wallohu a’lam bishshowab.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pilkada 2024: Jagoan PDIP Menang di Gunungkidul, Sleman, dan Kota Jogja, Begini Kata Pengamat

Bantul
| Selasa, 03 Desember 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Ernest Prakasa Sempat Ragu Bawa Drakor Versi Indonesia CTSDK ke JAFF 2024

Hiburan
| Senin, 02 Desember 2024, 10:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement