Advertisement

OPINI: Diplomasi Turki di Konflik Rusia-Ukraina

Alif Bintang Hasiholan Pohan
Selasa, 27 Juni 2023 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Diplomasi Turki di Konflik Rusia-Ukraina Alif Bintang Hasiholan Pohan - Dok Pribadi

Advertisement

Konflik antara Rusia dan Ukraina yang telah berkecamuk sejak 2014 menyebabkan penderitaan tak terhitung bagi penduduk kedua negara. Tindakan agresif dan konflik militer yang terjadi telah menyebabkan banyak korban jiwa serta kerusakan infrastruktur dan fasilitas publik.

Krisis kemanusiaan tak terelakkan. Konflik ini disorot dalam politik dan hubungan internasional. Ketegangan yang semakin intens menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik yang meluas, terutama di kawasan Eropa Timur.

Advertisement

Namun di tengah kecamuk, muncul peran Turki dalam mempromosikan dialog dan diplomasi untuk mencapai resolusi damai yang berkelanjutan dan mengurangi ketegangan.

Turki memiliki hubungan yang kompleks dengan kedua negara tersebut. Sebagai negara yang berbatasan dengan Ukraina dan memiliki hubungan historis yang erat dengan Rusia, Turki memiliki kepentingan strategis dalam menjaga stabilitas regional di Eropa Timur. Dalam menghadapi konflik Rusia dan Ukraina, Turki memainkan peran yang unik. Turki telah mengambil pendekatan seimbang dan berupaya memainkan peran mediasi melalui dialog dan diplomasi untuk mencapai penyelesaian damai.

Turki mengambil langkah pionir dengan mengadakan Konferensi Ukraina-Rusia pada 3 Februari 2022 untuk meredakan ketegangan. Menteri Luar Negeri Turki, Mevlüt Çavuşoğlu, menyatakan kesiapan Turki sebagai tuan rumah untuk melakukan negosiasi antara Rusia dan Ukraina sebagai pihak yang terlibat dalam konflik berkepanjangan.

Pada 24 Februari 2022, Turki memperkuat peran sebagai kekuatan penyeimbang dengan membuka hubungan tidak hanya dengan Rusia dan Ukraina, tetapi juga dengan organisasi internasional seperti PBB.

Pada 10 Maret 2022, Turki menawarkan diri sebagai titik pertemuan antara Rusia dan Ukraina. Bukan tanpa alasan, Turki melakukan hal tersebut dengan mengacu pada Resolusi Majelis Umum PBB yang sesuai dengan Pasal 33 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1) Piagam PBB mengizinkan negara untuk berperan sebagai mediator tanpa maksud mengintervensi urusan pihak-pihak berkonflik.

Kemudian, pada 29 Maret 2022, diselenggarakan forum selama dua hari di Instanbul. Dalam forum tersebut, Presiden Turki, Erdogan, menegaskan perdamaian yang adil bukanlah hasil kekalahan bagi kedua belah pihak, dan konflik bukanlah keinginan siapapun. Namun, kesepakatan diantara keduanya gagal dan hanya menghasilkan persetujuan untuk membicarakan negosiasi di lain hari.

Tercatat, Erdogan mengutus Mevlut Cavusoglu untuk terbang ke Moskow dan Kyiv. Tujuannya untuk menyelenggarakan Forum Diplomasi Antalya guna mewujudkan mediasi Turki demi meredam gencatan senjata yang semakin memanas di Ukraina. Namun, forum ini masih belum berhasil menghasilkan resolusi nyata.

Turki kemudian berkolaborasi dengan PBB pada 22 Juli 2022, menengahi kesepakatan untuk membuka kembali ekspor biji-bijian Ukraina melalui pelabuhan Laut Hitam yang sebelumnya terganggu karena Rusia mengendalikan pelabuhan tersebut.

Upaya kolaboratif Turki dan PBB membuahkan hasil dengan ditandatanganinya Black Sea Grain Initiative. Perjanjian tersebut nampaknya membawa angin segar. Bahkan, pada 18 Maret 2023, Rusia setuju memperpanjang perjanjian meskipun hanya untuk 60 hari saja.

Selain berperan sebagai mediator, Turki tidak melupakan langkah konkret dalam mengatasi krisis kemanusiaan akibat konflik. Pada Mei 2023, Turki kembali membantu Ukraina dengan memberikan bantuan kemanusiaan berupa makanan, obat-obatan, dan perlengkapan medis bagi rakyat Ukraina yang terdampak konflik. Lebih lanjut, Turki telah berupaya untuk memobilisasi komunitas internasional dalam menyelesaikan konflik ini.

Pada April 2023, Turki menyelenggarakan Konferensi Resolusi Konflik Rusia-Ukraina yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagai negara dan organisasi internasional. Konferensi ini bertujuan untuk memperkuat dukungan global terhadap upaya perdamaian dan menekankan pentingnya dialog dan diplomasi sebagai cara yang paling efektif untuk menyelesaikan konflik.

Dialog dan Diplomasi

Upaya Turki mempromosikan dialog dan diplomasi dalam resolusi konflik ini patut diapresiasi. Melalui peran mediatori dan fasilitator yang aktif, setidaknya Turki telah berhasil membawa kedua belah pihak untuk duduk bersama dan mencari solusi yang dapat mengakhiri penderitaan rakyat dan mengembalikan stabilitas di wilayah tersebut.

Dalam mencapai resolusi konflik ini, penting untuk diingat dialog dan diplomasi merupakan jalur yang paling konstruktif dan berkelanjutan. Ketika negara-negara bersedia mendengarkan dan berkomunikasi satu sama lain, mereka dapat menciptakan ruang bagi perdamaian dan kesepakatan yang saling menguntungkan.

Turki telah menunjukkan ketika negara-negara bersedia bekerja sama dan bertindak sebagai mediator yang netral, konflik dapat diselesaikan, dan solusi yang adil dapat dicapai.

Meskipun masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai resolusi konflik yang berkelanjutan antara Rusia dan Ukraina, peran Turki sebagai penghubung dan mediator telah memberikan harapan bagi kedua belah pihak. Melalui upaya yang gigih, Turki telah membantu mengurangi eskalasi kekerasan, memfasilitasi dialog, dan mendorong kerja sama internasional dalam mencapai perdamaian yang langgeng.

Alif Bintang Hasiholan Pohan
Mahasiswa S1 Jurusan Hubungan Internasional UMY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Keberangkatan Bus Damri Tujuan Jogja-Bandara YIA dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 22 September 2023, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Yonghwa Titip Salam untuk "Mantan Istri", Seohyun

Hiburan
| Rabu, 20 September 2023, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement