Advertisement

OPINI: Sampah dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Rachmanto
Sabtu, 05 Agustus 2023 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Sampah dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Rachmanto - Dok. Pribadi

Advertisement

Penutupan TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Piyungan sejak 23 Juli hingga 5 September 2023 menimbulkan keresahan di masyarakat. Apalagi TPST ini dinonaktifkan dalam jangka waktu yang cukup panjang, lebih dari satu bulan. Banyak warga yang bingung, akan dibuang ke mana sampah yang rutin mereka hasilkan. Memang, selama ini masyarakat dapat membuang sampah secara mudah.

Berbagai jenis sampah bisa dibuang begitu saja. Mulai dari makanan sisa, kardus snack, kantong plastik, botol minuman, popok, dan berbagai sampah lainnya tinggal dimasukkan ke tempat sampah hingga datang petugas pengangkut sampah. Berdasarkan pengalaman, penutupan TPST akan membuat jalan-jalan dipenuhi dengan sampah yang belum terangkut, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.

Advertisement

Solusi pembuangan sampah dalam waktu dekat memang telah ditemukan, yaitu membuat tempat pembuangan sementara di wilayahnya masing-masing. Namun dalam jangka panjang, solusi permasalahan sampah akan tetap muncul karena kapasitas pembuangan sampah akan terus berkurang dan akhirnya penuh kembali. Dapat dikatakan, kebijakan ini bukan merupakan solusi yang menyeluruh karena hanya sekadar menunda permasalahan. Oleh sebab itu, perlu dicarikan jalan keluar yang lebih baik.

Kebingungan tentang produksi sampah biasanya dialami oleh mereka yang belum terbiasa dengan aktivitas pengolahan sampah. Padahal jika sampah dikelola dengan baik, tidak akan menimbulkan masalah dan justru memberi manfaat. Penutupan TPST Piyungan bisa menjadi batu pijakan masyarakat untuk belajar mengelola sampah sekaligus menghentikan rutinan membuang sampah dengan seenaknya.

Sehingga ketika TPST Piyungan kembali dibuka, kita sudah tidak lagi menjadi pemasok sampah. Kesadaran untuk mau belajar dan berkomitmen untuk menerapkan hidup minim sampah menjadi kunci kesuksesan menanggulangi permasalahan yang kerap berulang di wilayah DIY.

Pembangunan Berkelanjutan

Upaya untuk mengelola sampah selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) khususnya Tujuan 11 yaitu kota dan masyarakat berkelanjutan dan Tujuan 12 yaitu konsumsi dan produksi berkelanjutan. Kita harus paham, kesadaran untuk mengelola sampah menjadi kunci bagi kehidupan yang berkelanjutan. Kehidupan yang tidak hanya dinikmati oleh generasi saat ini, melainkan bagi generasi yang akan datang.

Bumi yang satu dan menjadi tempat tinggal bersama sehingga harus dirawat dengan sebaik-baiknya. Apakah kita tega, saat ini terus-menerus membuang sampah namun generasi yang akan datang mendapatkan dampak buruknya?

Seperti udara yang tidak sehat hingga menimbulkan berbagai penyakit, air yang tercemar bahan kimia sisa sampah, mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh, kualitas tempat tinggal yang menurun, dan sebagainya.

Ada berbagai pihak yang perlu terlibat dalam pengelolaan sampah. Diantaranya adalah masyarakat, perguruan tinggi, dan juga pemerintah. Masyarakat berkontibusi signifikan untuk menekan produksi sampah. Misalnya, menghindari penggunakan plastik sekali pakai. Jika pun terpaksa berbelanja dan produknya menggunakan plastik, maka sesudah penggunaannya bisa dicuci dan disimpan untuk dimanfaatkan pada kesempatan lain. Ketika membeli sesuatu, selalu pikirkan apakah akan menghasilkan sampah atau tidak. Selain itu, pemilahan sampah di berbagai komunitas perlu terus ditingkatkan. Seperti menggumpulkan kertas dan kardus yang bisa dijual, mengumpulkan makanan sisa untuk diolah menjadi pakan ternak, mendaur ulang barang bekas, membuat kompos dari sampah organik, dan sebagainya.

Selain masyarakat, perguruan tinggi dapat urun rembuk dalam hal inovasi teknologi pengolahan sampah baik dalam level rumah tangga, komunitas, maupun skala yang lebih besar. Apalagi di DIY memiliki banyak pakar teknologi dan lingkungan dari berbagai kampus ternama sehingga perlu dimanfaatkan. Jadi sampah yang berada di hilir dapat ditanggulangi. Setiap kali masalah sampah di DIY hadir, pasti ada kritik terhadap kontribusi perguruan tinggi. Penulis meyakini, sudah banyak pemikiran yang disampaikan oleh kalangan cerdik pandai. Namun, implementasinya yang belum kunjung terlihat menunjukkan ada hal yang perlu dibenahi dan dikoordinasikan oleh pihak lain yang berkepentingan.

Bisa jadi karena solusi yang ditawarkan membutuhkan dana yang besar (sementara kemampuan pemerintah terbatas), infrastruktur yang belum dapat diwujudkan, atau hal lainnya.

Untuk pemerintah, diharapkan terus berkomitmen bagi upaya menekan produksi sampah khususnya di lingkungan pemerintah. Gubernur maupun bupati dan wali kota, dapat membuat instruksi ke jajaran di bawahnya agar dapat hidup minim sampah (atau bahkan zero waste) khususnya saat bekerja. Misalnya ketika mengadakan rapat di kantor, snack dan minumannya tidak boleh menggunakan plastik dan botol sekali pakai.

Bisa diakali dengan model prasmanan sederhana sehingga mengurangi penggunaan kardus dan botol plastik. Hal ini memang terkesan merepotkan, namun memiliki dampak positif bagi pengurangan sampah. Pemerintah perlu menjadi contoh terdepan dalam penanggulangan sampah. Namun, masyarakat pun harus mendukung kebijakan pemerintah. Agar bisa benar-benar terwujud wilayah DIY yang minim sampah. Kita berharap, berbagai contoh perilaku di atas bisa menciptakan kehidupan berkelanjutan sehingga masalah sampah tidak terus terjadi.

Rachmanto
Kandidat Doktor Program Studi Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan, Sekolah Pascasarjana UGM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Gelar Musda XIII, Ini Tantangan Organda DIY ke Depan

Jogja
| Jum'at, 22 September 2023, 06:07 WIB

Advertisement

alt

Yonghwa Titip Salam untuk "Mantan Istri", Seohyun

Hiburan
| Rabu, 20 September 2023, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement