Advertisement
Pemilu Bukan Cuma Milih Presiden, Lho...

Advertisement
Pemilihan umum merupakan salah satu momen penting dalam kehidupan berdemokrasi sebuah negara. Dalam prosesnya, media massa memiliki peran sangat vital dalam meliput dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang proses pemilihan, kandidat yang mencalonkan diri, maupun perkembangan yang terjadi saat pemilihan umum berlangsung.
Media massa memiliki peran sebagai penghubung antara kandidat dengan masyarakat. Melalui media massa, calon pemimpin dapat mempresentasikan visi, misi, serta program kerjanya kepada masyarakat luas. Masyarakat dapat memahami dengan lebih baik mengenai latar belakang calon pemimpin, pengalaman politik, rekam jejak, dan pelbagai pandangan yang dimiliki oleh seorang kandidat. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk membuat keputusan yang tepat saat memilih pemimpin yang mereka anggap sesuai dengan tujuan dan kebutuhan mereka.
Advertisement
Dengan demikian, media massa akan senantiasa dibutuhkan sepanjang mampu menghadirkan apa yang diperlukan Masyarakat. Kalau cuma sekadar informasi (konten) tanpa konteks, masyarakat sudah memperolehnya dengan mudah di era informasi ini melalui beragam media, termasuk medsos alias media sosial.
“Musim Pemilu merupakan salah satu periode yang rawan terjadinya konflik di kalangan masyarakat. Di sinilah batu ujian bagi media massa dan pengelolanya, media harus mampu melakukan mitigasi terhadap polarisasi atau konflik yang mungkin timbul,” ungkap Ninik Rahayu, Ketua Dewan Pers, di Jogja, pekan ini.
Hal itu, menurut dia, penting untuk dicermati dan digarisbawahi. Karena, media punya tabiat yang kurang bagus di masa lalu yakni mereka mudah terhanyut mengikuti arus yang terjadi. Media menganggap Pemilu hanya memilih Presiden dan wakilnya. Padahal sama sekali bukan sesederhana itu. Pemilihan umum merupakan peristiwa penting untuk menentukan masa depan bangsa.
Apa yang diungkapkan Ketua Dewan Pers dalam Workshop Peliputan Pemilu 2024 di Jogja yang diselenggarakan Dewan Pers itu selayaknya dipandang sebagai autokritik bagi media massa, yang seharusnya menjadikan mereka senantiasa mawas diri. Pemilu merupakan elemen vital demokrasi untuk memilih wakil rakyat (Senat/DPD, DPR, DPRD provinsi, dan kabupaten/kota Indonesia akan menggelar Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden, dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) beserta seluruh tahapannya sudah mulai dilaksanakan.
Salah satu kunci sukses penyelenggaraan ajang demokrasi tersebut adalah terciptanya ruang publik yang kondusif, sehat, dan bersih dari berita palsu (fake news) serta hoaks. Saat ini, iklan dan pemberitaan tentang partai politik, calon legislatif dan kandidat presiden/wakil presiden sudah bermunculan, bukan hanya di media namun juga pada banyak ruang publik. Penetrasi pemberitaan terkait pemilu melalui media baik media cetak, media elektronik serta media siber lebih terasa di
masyarakat karena menghadirkan kemasan yang beragam.
Informasi & Edukasi
Pers menjalankan peran edukasi melalui informasi yang proporsional tentang pemilu, sehingga masyarakat dapat diajak untuk berperan serta mengawasi tahapan persiapan pelaksanaan pemilu, penyelenggaraan pemilu, termasuk peserta pemilu nantinya. Interaksi masyarakat dalam pemberitaan pemilu oleh pers juga akan sangat membantu untuk melihat parameter tingkat kesuksesan persiapan jelang pemilu.
Media massa juga memiliki peran kuat dalam memberikan informasi yang faktual dan objektif kepada masyarakat. Dalam meliput pemilihan umum, media massa memiliki kewajiban untuk menyajikan informasi mengenai pandangan dan kebijakan yang diusung oleh masing-masing kandidat. Dengan adanya informasi yang objektif, masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan, kekurangan, dan fakta mengenai setiap kandidat.
Melalui media massa, masyarakat juga dapat mengikuti perkembangan terkini mengenai pemilihan umum, mulai dari hasil survei, debat kandidat, hingga tahap akhir pengumuman hasil pemilihan. Dengan demikian, masyarakat memiliki akses yang lebih luas untuk mengakses informasi seputar pemilihan umum.
Karena itu, dalam pandangan Dewan Pers, media massa juga perlu mengupas habis tentang calon pemimpin nasional serta calon gubernur/bupati/wali kota maupun calon anggota legislatif berkaitan dengan kecakapan yang bersangkutan serta sikap dan keberpihakannya terhadap kepentingan rakyat, sehingga ketika dia terpilih sebagai anggota kepala daerah maupun anggota DPR, DPRD Provinsi, maupun DPRD Kabupaten/Kota dapat menghasilkan kebijakan dan/atau produk legislasi yang pro terhadap kebutuhan rakyat. Bukan sebaliknya, seperti kita saksikan akhir-akhir ini, sejumlah wakil rakyat cuma dapat menjadi stempel untuk mengiyakan keinginan pemerintah.
“Media massa terlalu dominan mengangkat topik tentang capres/cawapres, sangat minim yang membuat liputan mendalam tentang berbagai jenis kandidat yang akan dipilih rakyat di Pemilu. Padahal, mereka semua merupakan subjek yang layak untuk diliput oleh media massa. Kita lihat saja Oktober nanti—ketika KPU mengumumkan secara resmi siapa capres dan cawapres—media massa serentak membahas keduanya, seolah melupakan kandidat yang lain. Tidak bisa begitu, calon wakil rakyat pun perlu untuk tetap diliput,” ujar Ninik Rahayu menambahkan.
Selain meliput pemilihan umum, media massa juga dapat melakukan analisis terhadap isu-isu politik yang berkaitan dengan pemilihan umum. Dalam hal ini, mereka dapat memberikan sudut pandang analitis mengenai strategi, perubahan politik, dan pengaruh dari keputusan yang diambil oleh pemimpin yang terpilih. Analisis dari media massa ini dapat membantu masyarakat dalam memahami proses politik secara lebih mendalam dan kritis, serta memahami dampak keputusan yang diambil oleh pemimpin maupun wakil rakyat yang terpilih.
Namun, peran media massa dalam meliput pemilihan umum juga memiliki sejumlah dampak yang perlu diperhatikan. Publikasi berlebihan tentang pemilihan umum dapat menjadikan pesta demokrasi itu semata-mata sebagai ajang pertandingan yang penuh gosip dan berita sensasional, bukan sebagai sarana untuk memilih pemimpin berkualitas dan kompeten. Keberagaman media massa juga dapat menghasilkan berita yang bersifat subjektif atau tidak berimbang, yang dapat memengaruhi pandangan masyarakat terhadap kandidat tertentu.
Selain itu, kemajuan teknologi informasi juga memberikan dampak signifikan terhadap cara media massa meliput pesta demokrasi. Dalam era digital, media sosial telah menjadi platform yang memungkinkan publik berpartisipasi dalam diskusi politik dan berbagi informasi. Namun, terdapat risiko munculnya berita palsu atau hoaks yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat tentang proses pemilihan umum. Oleh karena itu, media massa memiliki peran besar dalam memeriksa kebenaran informasi yang beredar dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bagaimana membedakan berita yang faktual dan hoaks.
Media massa merupakan satu dari banyak faktor yang memengaruhi pemilihan umum. Namun, perannya yang sentral dalam menyediakan informasi terverifikasi, memperjelas pandangan kandidat, dan menganalisis isu politik yang berkaitan dengan pemilihan umum, menjadikannya sebagai elemen yang sangat penting dalam proses demokrasi. Oleh karena itu, masyarakat perlu menyikapi informasi yang diberikan oleh media massa dengan kritis, menjadikan media massa sebagai sumber informasi yang diandalkan, sekaligus menjadi warga yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan politik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Rute Bus Trans Jogja, dari Prambanan, Adisucipto, Condongcatur, dan Jombor, Jangan Salah Pilih
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement