Advertisement

OPINI: Neuroeconomics dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Mario Rosario Wisnu Aji
Kamis, 21 September 2023 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Neuroeconomics dalam Pengambilan Keputusan Investasi Mario Rosario Wisnu Aji - Dok. Pribadi

Advertisement

Pada saat Adam Smith menulis publikasinya yang berjudul The Wealth of Nation di tahun 1776, dapat kita katakan pada saat inilah dimulai era teori ekonomi klasik. Dalam tulisannya, Smith mendeskripsikan berbagai fenomena mengenai dasar-dasar pengambilan keputusan ekonomi yang mempengaruhi aktivitas pasar yang salah satunya didasari oleh aspek psikologis dari produsen maupun konsumen.

Tidak jauh berbeda, ekonom terbesar abad ke-21 John Maynard Keynes juga menggunakan istilah “animal spirits” untuk menggambarkan berbagai pilihan pengambilan keputusan investasi yang didasari oleh konsep-konsep psikologis.

Advertisement

Konsep senada terus muncul dari waktu ke waktu termasuk konsep yang ditawarkan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky pada tahun 1979. Konsep ini mengawali munculnya kelompok-kelompok orang yang merupakan psikolog dan ekonom dan mulai menyebut diri mereka behavioural economists yakni mereka yang mendalami bahwa aspek psikologis memang memberikan peran dalam pengambilan keputusan manusia sehingga menyebabkan perilaku atau keputusan yang diambil seorang manusia tidak selalu rasional, termasuk dalam hal ini adalah keputusan investasi.

Berdasarkan kondisi ini maka dapat dikatakan bahwa konsep behavioural economics pada dasarnya mencoba menjelaskan kemungkinan bias-bias psikologi perilaku di pasar dengan membangun model yang realistis dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Perspektif Investasi
Apabila ditelusuri lebih dalam, salah satu cabang dari behavioural economics yang secara khusus menganalisis mekanisme kerja otak ketika pelaku ekonomi mengambil keputusan ekonomi yang dipengaruhi oleh bias psikologis disebut sebagai neuroeconomics. Dapat dikatakan bahwa neuroeconomics merupakan ilmu yang relatif baru yang digunakan para akademisi untuk menelusuri lebih dalam kinerja saraf otak ketika seseorang mengambil keputusan yang didasari oleh bias psikologi.

Perlu diketahui bersama bahwa upaya ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa perilaku manusia dalam ekonomi sangat kompleks dan konsep dasar kita selama ini yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang rasional hanyalah sebagian kecil dari kompleksitas tersebut.

Dalam hal investasi, behavioural economics juga berkontribusi untuk memberikan pendekatan yang berbeda dan mempelajari fenomena psikologis manusia yang ada di pasar keuangan. Sebenarnya efek psikologis terhadap perilaku investor telah lama dipelajari dan sebagian besar dari hasilnya menyatakan bahwa memang bias psikologis mempengaruhi dan mewarnai keputusan seseorang dalam investasinya. Hal ini dapat dicontohkan ketika muncul informasi yang bersifat good news di pasar keuangan belum tentu direspons dengan positif oleh pasar, misalnya adalah fenomena overconfidence yang justru memunculkan keraguan dan ketakutan investor untuk mengambil keputusan.

Kondisi irasional ini pernah dijelaskan oleh DeBondt & Thaler (1995) yang menggambarkan perilaku irasional dan emosional adalah perilaku yang muncul di bawah kondisi ketakutan atau tekanan ketika menghindari rasa sakit dari kesalahan pengambilan keputusan terdahulu yang justru menghadirkan kesalahan yang lebih buruk dibandingkan dengan yang sebelumnya. Secara teori, mekanisme otak manusia sulit untuk menyadari bahwa ketakutan sebenarnya diciptakan oleh mereka sendiri dan secara otomatis membuat manusia akan secara otomatis melakukan sikap defensive yang justru mengakibatkan manusia tidak mampu merespons umpan balik dan perubahan sehingga pada kondisi seperti ini keputusan investasi yang muncul justru berasal dari mekanisme emosional. Oleh Chandra (2005), bias kognitif ini parahnya akan dapat menyebabkan seorang investor dapat melakukan kesalahan dalam menganalisis informasi baru dan malah lebih bersikap over reaction.

Neuroeconomics
Secara lebih spesifik, dapat dikatakan bahwa neuroeconomics merupakan studi yang berkaitan dengan mekanisme mikrobiologis pada fungsi area otak rasional dan irasional dalam menghasilkan perilaku ekonomi (Maharani, 2014). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebenarnya tujuan dari neuroeconomics ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku pelaku ekonomi di pasar dengan mengidentifikasi bias psikologi yang ditengarai akan mempengaruhi perilaku seseorang yang juga dihubungkan dengan mekanisme kerja otak.

Dalam konteksnya di dalam investasi, neuroeconomics mengasumsikan bahwa para investor memiliki kondisi psikologis yang beragam dan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghasilkan keputusan yang rasional, menganalisis informasi pasar, dan tentunya pada saat pengambilan keputusan. Kondisi ini semakin memperkuat pendapat bahwa memang aspek psikologis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku investasi seseorang.

Sampai di sini, pada akhirnya kita akan menyadari bahwa perilaku seseorang dalam merespons informasi dan mengambil keputusan investasi merupakan suatu hal yang rumit dan sangat sulit untuk disederhanakan mengingat segala sesuatu yang berkenaan dengan perilaku manusia masih akan terbentur pada potensi-potensi kinerja saraf otak manusia yang sampai kini masih sering disebut sebagai black box yang masih perlu ditelaah lebih jauh untuk merefleksikan bias-bias psikologi manusia dalam mengambil keputusan.

Ke depannya, sebagai salah satu cabang ilmu interdisipliner yang menggabungkan prinsip-prinsip dari ekonomi, psikologi kognitif dan neuroscience, konsep neuroeconomics ini masih sangat luas untuk dipelajari lebih lanjut demi memahami bagaimana manusia membuat keputusan dengan berfokus pada mekanisme otak yang terlibat utamanya dalam konteks ekonomi dan investasi.

Hal ini dikarenakan dengan konsep ini kita akan dapat lebih memahami sumber dari bias-bias keputusan investasi irasional lainnya seperti sikap aversi atau sikap keengganan untuk mengakui kerugian, atau efek bandwagon yakni kondisi ikut-ikutan di dalam pasar investasi.

Harapannya, dengan semakin dalam menelaah sikap ekonomis dan psikologis seseorang, neuroeconomics akan dapat memberikan wawasan lebih mendalam tentang proses kinerja otak yang kemudian dapat digunakan lebih lanjut untuk analisis pasar yang lebih akurat untuk meminimalisasi risiko khususnya bagi para investor.

Mario Rosario Wisnu Aji
Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Bisnis dan Ekonomika UAJY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Cegah & Turunkan Stunting, DP3AP2 DIY Gelar Ekspo Keluarga Istimewa & Berdayakan Ekonomi Keluarga

Jogja
| Kamis, 30 November 2023, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Lirik Lagu Kisinan 1&2 Denny Caknan feat Masdddho

Hiburan
| Kamis, 30 November 2023, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement