Advertisement

OPINI: Kontrasepsi di Tengah Penurunan Angka Kelahiran

FX Danarto SY,  Pejabat Fungsional Pranata Humas Perwakilan BKKBN DIY
Selasa, 26 September 2023 - 05:07 WIB
Nugroho Nurcahyo
OPINI: Kontrasepsi di Tengah Penurunan Angka Kelahiran Ilustrasi-Harian Jogja - Hengky Irawan

Advertisement

Setiap 26 September diperingati sebagai Hari Kontrasepsi Sedunia. Peringatan ini diadakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan kontrasepsi demi kesehatan reproduksi, pengaturan kelahiran, dan pada akhirnya juga demi pengendalian pertumbuhan penduduk.

Pengendalian pertumbuhan penduduk hanya relevan bagi negara-negara dengan pertumbuhan penduduk tinggi, yang umumnya adalah negara berkembang. Namun tidak bagi negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, bahkan China yang saat ini justru mendorong warganya untuk lebih banyak melahirkan anak karena pertumbuhan penduduknya terancam minus.

Advertisement

Namun seluruh dunia sepakat, penggunaan kontrasepsi diyakini meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, dan pada gilirannya keseluruhan populasi. Dengan menggunakan teknik pemodelan, diperkirakan bahwa penggunaan kontrasepsi mengurangi kematian ibu lebih dari 40%. Penting digarisbawahi bahwa dampak dari Keluarga Berencana (dalam pengertian penggunaan kontrasepsi dan program-program BKKBN lainnya) tidak semata pada persoalan kesehatan semata, akan tetapi berdampak secara multisektoral dan lintas generasi.

BKKBN menegaskan komitmennya untuk lebih memperkuat dan memperluas layanan Keluarga Berencana sebagai pintu pertama menuju kesehatan ibu dan anak. Sebagai kepanjangan BKKBN, Perwakilan BKKBN DIY masih tetap menjalankan amanah untuk melaksanakan pengelolaan dan penyediaan alat dan obat kontrasepsi bagi pasangan usia subur (PUS) se-DIY sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan keluarga dan penduduk yang tumbuh seimbang.

Tidak sebagaimana provinsi lainnya, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki Angka Kelahiran yang terendah bersama DKI Jakarta. Angkat Kelahiran rendah tersebut tercermin dari TFR (Total Fertility Ratio) DIY yang mencapai 1,89. Artinya rata-rata wanita usia produktif di DIY sepanjang hidupnya melahirkan kurang dari dua anak. Apakah penduduk DIY akan makin lama makin berkurang? Jawabnya adalah Ya kalau tidak ada pertambahan penduduk karena migrasi masuk yang lebih besar dari migrasi keluar.

Menurut perhitungan angka TFR yang ideal untuk menjaga pertumbuhan penduduk seimbang adalah 2,1. Perhitungan yang dilakukan oleh Macrotrends (www.macrotrends.net) angka TFR tersebut akan dicapai Indonesia pada 2030, setelah terus menurun dari 2,2 pada tahun ini. Diproyeksikan pada 2045, saat Indonesia berupaya mewujudkan Indonesia Emas, TFR terus turun menjadi 1,94.

Mengingat angka kelahiran yang rendah, apakah kebijakan terkait promosi penggunaan alat kontrasepsi di DIY untuk pengaturan (atau pembatasan) kelahiran masih relevan?

Mengutip pakar kependudukan UGM Doktor Sukamdi, TFR di DIY bisa terjun sampai 1,6 bila tren penurunan TFR dibiarkan saja. Pemerintah DIY tentunya tidak ingin harus membujuk warganya dengan insentif agar penduduk di DIY punya anak minimal dua dalam satu keluarga.

Bukan Semata Cegah Hamil

Kontrasepsi memang mencegah kehamilan, namun bukan hanya itu tujuan promosi kontrasepsi yang dilakukan BKKBN. Sebagaimana disebutkan di atas, promosi alat kontrasepsi juga dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Hal itu dicapai dengan menghindarkan kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD) dengan pemakaian kontrasepsi dengan benar.

Selain itu, tugas baru yang diamanatkan kepada BKKBN sebagai leading upaya percepatan penurunan angka stunting mengharuskan BKKBN untuk terus mendorong penggunaan alat kontrasepsi.

Sebagaimana diketahui, stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang anak yang disebabkan oleh kekurangan energi kronik. Walau pada keluarga mampu stunting juga ditemukan karena pola asuh dan pola makan yang salah, kebanyakan kekurangan energi kronik pada bayi dan anak terjadi pada keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah. Pada keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah inilah paling banyak terjadi kehamilan yang sebenarnya tidak dikehendaki, yang karena kemampuan memberikan asupan gizi tidak optimal maka terjadilah stunting akibat kurang asupan gizi, khususnya protein.

Contoh KTD adalah kehamilan yang terlalu dekat dengan kelahiran sebelumnya, yang bisa terjadi karena pasangan yang pihak istri baru saja melahirkan tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini tentu akan mengakibatkan anak yang lebih dulu dilahirkan akan menerima ASI dengan kualitas yang menurun terkait kehamilan (lagi) sang ibu, yang bisa menimbulkan risiko stunting. Demikian pula saat anak berikutnya lahir, maka pengasuhan dua balita sekaligus tentu sangat merepotkan untuk dapat melakukan pengasuhan termasuk pola pemberian makan yang baik bagi kedua balita yang meningkatkan risiko stunting. Di samping tentu saja meningkatkan risiko bagi kesehatan ibu. Jadi, penggunaan alat kontrasepsi tetap harus digalakkan.

Selamat Hari Kontrasepsi!

FX Danarto SY,  Pejabat Fungsional Pranata Humas Perwakilan BKKBN DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Sultan Jogja Ingatkan Abdi Dalem Harus Jadi Penjaga Budaya

Jogja
| Rabu, 08 Mei 2024, 08:27 WIB

Advertisement

alt

Mahalini-Rizky Febian Gelar Acara Adat Mepamit, Ini Rangkaian Upacara Pernikahan Tradisi Bali

Hiburan
| Senin, 06 Mei 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement