Advertisement
OPINI: Gambling Addiction dari Perspektif Keperilakuan Keuangan

Advertisement
Akhir-akhir ini, Indonesia diresahkan dengan fenomena gambling atau yang kerap disebut dengan berjudi, yang semakin marak dan tak kenal usia. Perusahaan analis data, Drone Emprit, menjelaskan setelah dilakukan penyaringan data terkait kata kunci “slot” yang identik dengan masalah gambling atau judi secara online, ditemukan per Agustus 2023 terdapat rata-rata 2.000 unggahan per hari dan menghasilkan kurang lebih 61 juta interaksi oleh pengguna Facebook.
Indonesia menurut data dari Drone Emptit menempati peringkat pertama sebagai negara yang terpapar oleh informasi gambling, disusul Filipina dan Amerika Serikat diurutan ketiga. Arus informasi dan promosi masalah ini juga berasal dari berbagai sumber, seperti sosial Facebook, influencer, gamers, youtubers bahkan artis-artis papan atas. Lalu, mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Advertisement
Secara harfiah, gambling adalah kegiatan yang menjanjikan kekayaan dengan risiko menanggung kekalahan. Sejarah gambling ada dan terbentuk sangat panjang bersamaan dengan peradaban manusia itu sendiri. Alice Hewing dalam Stanford & Susan (1996) menjelaskan orang-orang Mesir kuno sudah senang bertaruh dalam permainan sejak kanak-kanak yang kemudian disusul oleh bangsa China dan Yunani Kuno.
Gambling kemudian berkembang menggunakan media dadu, kemudian kartu yang dikenalkan oleh Bangsa Eropa di abad 14 dan abad 15. Di Indonesia, gambling semakin merebak saat VOC datang dan menjajah Indonesia.
Saat ini, media sosial dan Internet adalah dua hal paling berkontribusi dalam munculnya judi online. Dengan kemudahaan akses dan situasi yang mendukung pelaku gambilng, individu kemudian semakin agresif merespons/bertindak. Situasi yang dimaksud di sini terkategori menjadi dua di antaranya eksternal dan internal.
Faktor eksternal yang mendukung individu teradiksi gambling adalah lingkungan pergaulan dan kurangnya kontrol keluarga. Sedangkan situasi internal meliputi perilaku keuangan yang melekat pada individu tersebut. Perilaku keuangan dipengaruhi oleh beragam faktor misalnya financial literacy, financial knowledge, financial self efficacy, overconfidence, impulsivity dan banyak lagi.
Gambling dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk (Churchill dan Farrell 2018). Masalah ini sering dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental, seperti depresi, fobia, kepribadian anti-sosial, alkoholisme, hingga paling parah yaitu penyalahgunaan dan kecanduan zat. Efek samping lain dari masalah ini adalah peningkatan perilaku impulsif (Moodie dan Finnigan 2006). Selain itu, kaitannya dengan konsekuensi ekonomi, masalah ini mampu mempengaruhi financial wellbeing individu.
Keperilakuan Keuangan
Terlepas dari perasaan adiktif yang ditimbulkan, berkaitan dengan keuangan, hyperbolic discounting dan konsep time inconsistency adalah hal yang tepat yang mampu menjelaskan perilaku gambling di masyarakat karena individu akan cenderung melakukan gambling karena lebih menghargai nilai di masa kini daripada di masa depan (Watanapongvanich dkk, 2020). Dalam sikap individu yang irasional, minimnya literasi keuangan, pendidikan keuangan dan sikap overconfidence sangat mempengaruhi keputusan dalam hal ini.
Individu dengan literasi keuangan dan edukasi keuangan yang buruk akan lebih mudah terhasut oleh masalah ini karena mereka tidak mengetahui dan memahami dampak/risiko dari masalah ini secara mendalam. Bagi mereka, kemenangan adalah satu-satunya hal yang dihasilkan dengan gambling.
Padahal, kerugian atas aset dan efek domino (kemiskinan/ketidaksejahteraan) jauh lebih besar dibandingkan peluang kemenangan yang tidak pasti.
Keperilakuan keuangan yang lainya adalah sikap overconfidence dan illusion of control.
Overconfidence adalah perasaan individu yang terlalu percaya diri dengan kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan illusion of control adalah keyakinan yang terlalu tinggi dalam hal memprediksi suatu hasil namun pada kenyataannya tidak (Hsu dan Hsu Sheng, 2017). Goodie (2005) dalam penelitiannya menjelaskan rasa percaya diri berlebihan menyebabkan seseorang berani menanggung risiko dengan taruhan yang kurang menguntungkan. Goodie juga menjelaskan komponen terkait illusion of control menyebabkan individu mendahului keyakinan akan peningkatan peluang menang sehingga adiksi gambling semakin besar.
Terbebas dari Belenggu
Bagi individu yang berada dalam tahap adiksi, sebagian besar studi menjelaskan konsekuensi yang harus diterima sangat berdampak buruk bagi kehidupan personal, keuangan dan hubungan/relasi dengan sesama.
Dengan kondisi di atas, individu akan sangat sulit terlepas dari belenggu masalah gambling terutama jika individu tersebut minim akan literasi keuangan. Oleh sebab itu, beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mulai keluar dari belenggu tersebut adalah; pertama, kenali akar masalah dan bangun kesadaran akan keinginan untuk berubah. Kedua, Anda perlu mengetahui posisi keuangan Anda saat ini dan jangan menunda untuk menyelesaikan masalah ini. That time is now. Ketiga, mulai untuk merencanakan keuangan dan buat anggaran untuk membayar tagihan/utang yang disebabkan oleh gambling. Terakhir, mintalah bantuan konseling keuangan, hal tersebut penting untuk membantu Anda menata kembali kondisi keuangan yang rusak karena masalah ini.
Selain upaya represif di atas, berbagai pihak juga hendaknya melakukan upaya preventif (pencegahan) salah satunya dengan mengintegrasikan pengetahuan keuangan ke dalam program pendidikan untuk memberdayakan dampak literasi keuangan terhadap penurunan perilaku negatif terkait kegiatan keuangan individu.
Elizabeth Fiesta Clara Shinta Budiyono
Dosen Prodi Manajemen, FBE UAJY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- HIKMAH RAMADAN: Tasamuh Sesama Muslim dalam Perbedaan Gerakan Salat
- HIKMAH RAMADAN: Merangkul Duka, Menemukan Cahaya
- HIKMAH RAMADAN: Meningkatkan Keterampilan Regulasi Emosi Anak saat Ramadan
- HIKMAH RAMADAN: Lansia Sehat, Berilmu, Bertaqwa, dan Bahagia
- NGUDARASA: Ramadan Mubarak, Korupsi Pun Terkuak
Advertisement

Warga Baciro dan Organisasi Lintas Iman Rancang Langkah Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme
Advertisement

Jadi Nyai Roro Kidul di Film "Gundik", Ini Perasaan Luna Maya
Advertisement
Advertisement
Advertisement