Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Kisah Sang Dermawan yang Gagal Miskin

Slamet Riyadi
Jum'at, 05 April 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
HIKMAH RAMADAN: Kisah Sang Dermawan yang Gagal Miskin Slamet Riyadi - Dok. Pribadi

Advertisement

Banyak dari kita bermimpi menjadi kaya, namun tak sedikit yang gagal meraihnya. Tapi pernahkah Anda mendengar seseorang yang ingin miskin, namun gagal melakukannya? Dialah Abdurahman bin Auf, sahabat Nabi Muhammad SAW yang kisahnya bisa menginspirasi kita di bulan Ramadan ini.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat hingga ditanya tentang empat hal; tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya apa yang dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan untuk apa dia belanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan." (HR. Tirmidzi).

Advertisement

Abdurahman bin Auf memahami betul pesan ini, sehingga dia berusaha keras untuk memastikan hartanya diperoleh dan digunakan dengan cara yang benar.

Dikisahkan dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Abdurahman bin Auf akan masuk surga merangkak." (HR. Ahmad).

Hadis lain menyebutkan bahwa dari Abdurrahman bin Auf, dia berkata: "Aku mendatangi Rasulullah SAW, maka beliau bersabda kepadaku: 'Sesungguhnya engkau termasuk orang yang pertama kali masuk Islam dan akan masuk surga, namun engkau akan menjadi orang terakhir dari golonganmu yang masuk surga karena kekayaanmu.'" (HR. Ahmad).

Mendengar hal ini, Abdurahman bin Auf bertekad untuk menjadi miskin agar dapat mempercepat masuk surga. Dia menyedekahkan separuh hartanya untuk membantu kaum miskin dan mendanai perang. Namun, keberkahan Allah SWT selalu menyertainya, sehingga dia kembali menjadi kaya. Ulama menyebutkan kedua hadis ini memiliki derajat lemah akan tetapi inspirasi yang diberikan tentang bagaimana kekuatan iman dan keikhlasan Abdurahman bin Auf tetap dapat diambil.

Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, ketika Abdurahman bin Auf melakukan hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW mengadakan ikatan persaudaraan antara dia dan Sa'ad bin Ar-Rabi' Al-Ansari, yang dikenal sebagai salah satu dari sahabat Ansar yang paling kaya. Sa'ad menawarkan untuk membagi hartanya menjadi dua dan memberikan separuh kepada Abdurahman bin Auf.

Namun, Abdurahman bin Auf menolak tawaran tersebut dan meminta ditunjukkan di mana pasar berada. Dia lalu pergi ke pasar untuk berdagang dan Allah SWT memberi keberkahan pada usahanya hingga ia menjadi salah satu dari orang-orang kaya di Madinah. Abdurahman bin Auf terkenal dengan keberhasilan dan kekayaannya yang diperoleh melalui usaha perdagangan yang halal dan berkat doa Rasulullah SAW.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2): 267 yaitu "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah [di jalan Allah] sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya kecuali dengan memejamkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji."

Ayat ini mengandung makna yang komprehensif dalam hal menyumbangkan harta dan telah diamalkan oleh Abdurahman bin Auf. Yang pertama, menyumbangkan harta tidak hanya hanya sekadar mengambil sebagian harta, tapi perlu memastikan bahwa yang disumbangkan adalah harta yang berkualitas dan terbaik. Makna kedua, adalah pesan untuk berbagi kekayaan dengan tulus ikhlas hanya mengharap keridaan Allah SWT, sedangkan makna ketiga, adalah Allah merupakan sumber rezeki yang Maha Kaya. Makna ketiga ini sekaligus perlu dipahami bahwa sedekah tidak mengurangi harta sebagaimana juga Rasulullah SAW bersabda; "Sedekah tidak akan mengurangi harta; Allah hanya menambah kehormatan kepada hamba-Nya yang memaafkan; dan tidaklah seseorang yang merendahkan diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Hikmah yang dapat kita petik dari kisah Abdurahman bin Auf adalah bahwa kekayaan bukanlah ukuran kebahagiaan atau kesuksesan. Kekayaan yang sejati adalah ketika kita dapat menggunakan harta yang kita miliki untuk kebaikan dan membantu sesama. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari kisah Abdurahman bin Auf dan menjadikannya inspirasi untuk hidup yang lebih bermakna dan penuh keberkahan di bulan Ramadan ini.

Slamet Riyadi
Dosen Prodi Teknologi Informasi UMY &
Anggota Majelis Lembaga Pengembangan UMKM PWM DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Akses Jalan Rampung, TPST Minggir Siap Beroperasi Penuh Kelola Sampah

Sleman
| Kamis, 02 Mei 2024, 18:57 WIB

Advertisement

alt

Daftar Film Baru Bulan Mei 2024 dan Tanggal Rilis, Didominasi Horor

Hiburan
| Kamis, 02 Mei 2024, 10:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement