Advertisement

OPINI: Fenomena Berbagi Foto dan Data Anak di Media Sosial, Amankah di Era Digital?

Nur Hidayah Perwitasari
Rabu, 10 Juli 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Fenomena Berbagi Foto dan Data Anak di Media Sosial, Amankah di Era Digital? Nur Hidayah Perwitasari - Dok. Pribadi

Advertisement

Bayangkan Anda sedang berselancar di media sosial dan melihat foto seorang anak kecil dengan senyuman manis, lengkap dengan informasi sekolah dan nama panjangnya.

Lalu, belum lama ini di media sosial juga viral story template unggahan yang berisi nama panjang anak, nama panggilan hingga arti nama anak. Sebelumnya juga pernah ramai story template yang berisi tentang tanggal lahir anak, tempat, klinik atau rumah sakit saat anak lahir hingga pengalaman ibu ketika melahirkan.

Advertisement

Bagi sebagian besar orang, ini mungkin hanya sebuah momen bahagia yang ingin dibagikan oleh orang tuanya. Namun, bagi mereka yang berniat jahat, ini adalah tambang emas informasi pribadi. Di era digital ini, berbagi momen bahagia dengan teman dan keluarga di media sosial sudah menjadi hal yang biasa. Lantas, apakah kita benar-benar memahami risiko di balik tindakan tersebut?

Berbagi foto anak di media sosial secara sepintas terlihat tidak berbahaya. Namun, tanpa kita sadari, tindakan ini membuka pintu bagi berbagai risiko keamanan digital. Informasi seperti nama lengkap, tanggal lahir, dan nama sekolah bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan dapat digunakan untuk mencuri identitas, penipuan, atau bahkan kejahatan yang lebih serius seperti penculikan.

Vincent Mosco dalam bukunya The Digital Sublime: Myth, Power, and Cyberspace menyebutkan bahwa digitalisasi telah mengubah cara kita berinteraksi dan berbagi informasi. Namun, tanpa kesadaran akan risiko yang ada, digitalisasi ini bisa menjadi ancaman bagi keamanan kita sendiri (Mosco, 2004).

Menurut Norton Cyber Security Insights Report 2021, sekitar 46% orang tua di seluruh dunia pernah membagikan foto atau video anak mereka di media sosial dalam sebulan terakhir. Banyak dari mereka yang tidak menyadari tindakan tersebut bisa menempatkan anak mereka dalam situasi yang berbahaya (Norton, 2021).

Pew Research Center juga menemukan bahwa hanya 34% orang tua yang mengambil langkah-langkah untuk melindungi informasi anak mereka di media sosial (Pew Research Center, 2021). Ini menunjukkan masih banyak orang tua yang perlu lebih sadar akan pentingnya menjaga privasi digital anak-anak mereka.

Di Indonesia, beberapa kasus telah menunjukkan betapa rentannya data anak yang dibagikan secara online. Sebagai contoh, pada 2020, seorang ibu di Jakarta mengalami pencurian identitas anaknya setelah secara rutin membagikan foto dan informasi pribadi di media sosial.

Data tersebut digunakan oleh penipu untuk membuat akun palsu yang kemudian dipakai untuk menipu kerabat dan teman-temannya. Kejadian ini tidak hanya menyebabkan kerugian finansial tetapi juga menimbulkan trauma psikologis bagi keluarga tersebut. Kasus lain melibatkan seorang remaja yang menjadi korban perundungan daring setelah orang tuanya membagikan foto dan informasi pribadi tentang kehidupannya.

Data tersebut digunakan oleh pelaku perundungan untuk mengintimidasi dan mempermalukan remaja tersebut di depan teman-temannya. Insiden ini menunjukkan risiko berbagi informasi pribadi anak di media sosial bisa berdampak serius pada kesehatan mental anak-anak.

Apa yang Bisa Dilakukan?
Guna mengatasi masalah ini, tentu diperlukan kerja sama berbagai pihak, termasuk pemerintah, penyedia layanan TIK, dan sekolah. Berikut beberapa langkah untuk melindungi data dan privasi digital anak. Pertama, edukasi dan kampanye kesadaran. Pentingnya melakukan kampanye yang mengedukasi orang tua tentang pentingnya menjaga privasi digital dan risiko berbagi informasi pribadi di media sosial adalah langkah penting. Contohnya, kampanye bisa dilakukan melalui media massa, seminar, atau workshop yang mengajarkan praktik keamanan digital.

Kedua, peraturan yang lebih ketat. Pemerintah dapat membuat regulasi yang mengharuskan platform media sosial menyediakan panduan dan alat keamanan bagi pengguna, terutama orang tua. Meskipun Youtube telah menerapkan panduan tentang keamanan digital bagi anak-anak, regulasi lebih luas dan ketat dari pemerintah akan lebih efektif melindungi privasi digital anak. Misalnya, peraturan yang mengharuskan platform media sosial memberikan peringatan atau panduan ketika pengguna akan membagikan informasi pribadi anak.

Ketiga, kerja sama dengan sekolah. Sekolah dapat berperan aktif mengedukasi siswa dan orang tua tentang keamanan digital melalui kurikulum atau seminar. Workshop secara berkala tentang digital security wajib diikuti orang tua dan bisa jadi langkah konkret yang efektif. Keempat, menggunakan alat keamanan digital. Orang tua harus memanfaatkan alat keamanan digital yang tersedia untuk melindungi anak-anak, seperti mengatur pengaturan privasi di akun media sosial dan menggunakan aplikasi pengawasan orang tua.

Kelima, peran media sosial. Platform media sosial harus menyediakan fitur yang memungkinkan orang tua memantau aktivitas anak-anak mereka dan melaporkan konten yang tidak pantas. Selain itu, mereka harus terus mengedukasi pengguna tentang pentingnya menjaga privasi. Misalnya, platform dapat mengirimkan notifikasi atau pengingat kepada pengguna ketika mereka membagikan informasi pribadi anak.

Keenam, menjadi teladan yang baik. Orang tua harus menjadi teladan yang baik dalam penggunaan media sosial dan menjaga privasi digital. Dengan menunjukkan perilaku yang aman dan bertanggung jawab, orang tua dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga privasi. Orang tua dapat memulai dengan tidak membagikan informasi pribadi anak mereka di media sosial dan selalu memikirkan risiko sebelum memposting sesuatu.

Keamanan digital adalah aspek yang sangat penting di era modern ini namun sering diabaikan oleh masyarakat, termasuk oleh orang tua. Fenomena berbagi foto anak di media sosial secara masif menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang risiko keamanan yang terkait.

Dengan kerja sama antara pemerintah, penyedia layanan TIK, dan sekolah, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan melindungi identitas generasi mendatang. Setiap orang tua memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi pribadi anak-anak mereka tidak jatuh ke tangan yang salah. Dengan langkah-langkah sederhana namun efektif, kita dapat melindungi privasi digital anak-anak dan menciptakan dunia online yang lebih aman.

Nur Hidayah Perwitasari
Jurnalis dan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jalur Bus Trans Jogja ke Sejumlah Lokasi Wisata, Malioboro, Taman Pintar dan Kraton Jogja

Jogja
| Minggu, 08 September 2024, 05:57 WIB

Advertisement

alt

PROJEK-D VOL.3 Siap Guncang DeTjolomadoe Akhir Pekan Ini

Hiburan
| Sabtu, 07 September 2024, 20:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement