Membangunkan Kembali Roh Pendidikan : Mitigasi Learning Loss Melalui Penguatan Ketahanan Belajar
Advertisement
Tergradasi roh pendidikan di Indonesia dimulai dari transisi pandemi covid-19 dan penutupan pembelajaran di sekolah yang menjadi bagian darurat pendidikan saat itu. Bukti mengenai keberhasilan dampak buruk memorak-porandakan generasi lulusan tanpa pembelajaran di sekolah menjadi berkepanjangan.
Menjadi hal penting untuk merevolusikan pendidikan yang adaptif dan memulihkan pembelajaran yang hilang. Alasan penting untuk mengetahui rekonstruksi ulang roh pendidikan di Indonesia secara lebih rinci diwujudkan dengan capaian hasil survei internasional (PISA maupun OECD) yang mana Indonesia masih berada dalam 10 peringkat terbawah negara yang mengikuti survei baik bidang matematika, sains, maupun membaca. Sangat menjadi hal yang miris.
Advertisement
Kehilangan pembelajaran atau dikenal dengan learning loss sering kali didefinisikan sebagai kehilangan pengetahuan atau keterampilan pada diri seseorang, dikarenakan adanya kesenjangan maupun diskontinuitas proses belajar yang berkepanjangan. Bahkan, hasil survei menunjukkan sekitar 52% learning loss terhadap pembelajaran matematika, 23% learning loss terhadap kebiaasaan membaca, yang ternyata berimbas pada 5% penurunan prestasi dalam kurun waktu satu tahun.
Melalui hal inilah yang mengarahkan pada tren baru kerugian besar dunia pendidikan akibat learning loss dimasa Covid-19 yang dampaknya hingga saat ini. Hasil survei lainnya juga menunjukkan bahwa dari sebanyak 29 studi meta analisis yang menunjukkan tingginya learning loss dan 15 diantaranya berdampak pada putus sekolah pada peserta didik. Lalu apa penyebabnya?
Secara nyata, penyebab dari learning loss yang berkepanjangan salah satunya adalah minimnya ketahanan belajar pada peserta didik. Disamping itu, perkembangan teknologi yang tidak disikapi dengan bijak nyatanya semakin mampu memicu menjamurnya learning loss. Perlaku yang terlalu fokus dengan teknologi tersebut malah membuat adanya buta aksara, dimana seseorang hanya tertarik pada tampilan atau visualnya saja tidak dengan konten maupun nilai didalamnya. Namun, kasus tersebut tidak hanya terjadi pada salah satu jenjang pendidikan, melainkan hampir menyeluruh dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan atas, bahkan pendidikan tinggi.
Secara khusus melalui pendidikan tinggi, seorang dosen menjadi pihak penting pembentuk perilaku mahasiswa dalam meminimalisir learning loss. Pendekatan teori belajar tidaklah hanya sebatas teori saja, tetapi bagaimana dosen mampu mengemas sebagai wujud mitigasi learning loss. Berpacu pada berbagai teori belajar, nyatanya teori belajar kontruktivistik yang dikombinasikan dengan teori belajar sibernetika, dirasa jauh lebih tepat karena teori belajar konstruktivistik mengarah pada bagaimana proses pembentukan hasil belajar secara bebas, terstruktur, dan menantang.
Sedangkan penguatnya dari sisi teori belajar sibernetika, mengarah pada bagaimana mahasiswa mampu mengolah dan mengelola pengalaman dengan perkembangan informasi yang ada. Hal inilah yang mampu mengarah pada bagaimana menjembatani mahasiswa yang belum mampu mendayagunakan gadget dengan bijak untuk pembelajaran. Oleh karenanya, harapannya dengan kombinasi dua teori belajar tersebut, akan diperoleh deep learning pada siswa sehingga mampu meminimalisir munculnya learning loss yang berkelanjutan.
Strategi yang dapat digunakan dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa yakni dapat melalui keterlibatan mahasiswa secara aktif pada pembelajaran yang inovatif dan memberikan ruang berpendapat. Tidak hanya itu, upaya penyediaan kelas konseling yang sangat suportif juga sangat mendukung dalam meningkatkan motivasi belajar dan deep learning pada mahasiswa.
Dapat pula melakukan pemetaan penyesuaian kebutuhan dalam mengakomodasi pembelajaran dengan menyesuaikan gaya belajar dan ketahanan belajar mahasiswa. Inilah tombak utama dalam mengukur sejauh mana kesesuaian upaya yang diterapkan dengan keberagaman karakteristik mahasiswa.
Selain itu, mahasiswa yang memiliki ketahanan belajar yang baik, maka motivasi belajarnya juga baik dan kecil kemungkinan learning loss akan terbentuk secara berkelanjutan. Seseorang dikatakan memiliki ketahanan belajar yang baik apabila memiliki rasa percaya diri, tidak bergantung dengan pihak lain, kekonsistenan dalam menyelesaikan tugas, bekerja keras untuk menghadapi tantangan, berjiwa dinamis dan kreatif, serta memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi.
Dengan demikian, pemecahan masalah learning loss pada mahasiswa tidak melulu hanya berfokus pada bagaimana pendekatannya secara person to person tetapi juga mengetahui pemetaan dari keragaman karakteristik mahasiswa. Penting pula bagi seorang dosen dalam mengintegrasikan konten konten kekinian dengan konten yang dipelajari. Melalui serangkaian strategi dan pendekatan yang dilakukan melalui kombinasi teori belajar tersebut, setidaknya menjadi langkah awal dalam membangunkan kembali roh pendidikan di Indonesia melalui ketahanan belajar mahasiswa.
*Nur Anisyah Rachmaningtyas, M.Pd, Mengajar di S1 Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, UAD sejak 2023
Bidang keahlian penelitian dan evaluasi pendidikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Festival Kampung Santri Jogja, Perayaan Budaya Pesantren untuk Menarik Wisatawan
Advertisement
Jarang Disorot Media, Ternyata Ini Tunangan Lady Gaga, Punya Kekayaan Capai Rp9,8 Triliun
Advertisement
Advertisement
Advertisement