Advertisement

OPINI: Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Karst dalam Menghadapi Bencana Kekeringan

Wahyu Endah Christiani Putri dan Tim
Sabtu, 17 Februari 2024 - 13:57 WIB
Ujang Hasanudin
OPINI: Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Karst dalam Menghadapi Bencana Kekeringan Dosen Valuasi Pertambangan pada Program Studi Teknik PertambanganInstitut Teknologi Nasional Yogyakarta, Wahyu Endah Christiani

Advertisement

Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada saat ini Indonesia sudah memasuki musim penghujan yang membuat kekhawatiran pada bencana kekeringan menjadi banyak berkurang. Namun perlu disadari bahwa kekeringan adalah suatu kenyatan yang telah terjadi dengan intensitas yang lebih meningkat pada beberapa tahun terakhir.

Kawasan karst di Indonesia yang sangat sering terkena bencana kekeringan adalah di Kabupaten Gunungkidul. Pada saat terjadi kekeringan di daerah Gunungkidul siaga darurat kekeringan dilaksanakan mengingat dampaknya yang sangat luas dibandingkan dengan kabupaten lainnya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Advertisement

Kekeringan merupakan salah satu bahaya alam yang sangat mahal biayanya. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang sangat signifikan ketika intensitas serta durasinya mengalami peningkatan secara bertahap. Selain itu kekeringan memiliki berbagai implikasi ekohidrologis dan sosio ekonomi, seperti meningkatnya kejadian kebakaran hutan di banyak titik yang semakin meluas, kelangkaan ketersediaan air, hilangnya tanaman dan ternak, biaya pangan yang dapat dipastikan menjadi lebih tinggi, dan banyak terjadinya kasus- kasus kesehatan yang tidak diinginkan akibat dampak dari kekeringan dengan biaya yang tidak murah untuk penanganganannya.

Diperkirakan kekeringan akan terus meningkat dalam hal frekuensi dan keparahan karena bertambahnya kebutuhan air yang merupakan akibat dari pertumbuhan populasi, pasokkan air yang terbatas dan kenaikan suhu yang terjadi akibat perubahan iklim secara global. Adanya strategi untuk menghadapi kekeringan merupakan suatu konsekuensi langsung layaknya kewajiban untuk terciptanya suatu tindakan penanggulangan sehingga efek jangka panjang dampak buruk dari kekeringan dapat dikurangi. Sejauh mana sistem dapat menangani dampak yang diantisipasi dari perubahan iklim dan bencana alam serta mengurangi kerentanan ditentukan oleh strategi adaptasi.

Ada banyak kecemasan tentang bagaimana masyarakat akan bereaksi terhadap bencana terkait iklim, terutama ketika bencana tersebut semakin sering terjadi dan semakin parah. Upaya pengelolaan dan kebijakan di masa depan dapat memperoleh manfaat dengan mengetahui langkah-langkah adaptasi apa yang digunakan untuk memitigasi, meminimalkan, atau mengimbangi dampak perubahan iklim.

Kabupaten Gunungkidul yang merupakan Kawasan Karst di Indonesia telah mengalami kekeringan yang berulang kali. Variasi parameter iklim, terutama curah hujan secara signifikan berdampak pada sumber daya air dan pertanian serta peternakan yang merupakan dua sektor ekonomi penting. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab bencana kekeringan dan mengusulkan strategi adaptasi bencana kekeringan di sekitar kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul dengan langkah-langkah adaptasi sangat penting karena dapat mengurangi kerugian finansial dan material serta membantu masyarakat di daerah rawan kekeringan lainnya untuk membangun mekanisme penanggulangan.

Tiga komponen utama penyebab bencana kekeringan di Kabupaten Gunungkidul antara lain karakteristik iklim (Anomali iklim El-Nino Southern Oscillation (ENSO)), peningkatan suhu yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir, dan curah hujan tahunan dengan rata-rata yang rendah), karakteristik hidrogeologi (lebih banyaknya sungai bawah tanah daripada air permukaan, mata air dengan debit kecil, mengeringnya kolam doline, sempitnya daerah tangkapan air, daerah patahan yang menghalangi. infiltrasi air tanah, dan sedimentasi serta laju infiltrasi yang cepat di sekitar kolam doline), dan faktor antropogenik (berkurangnya luas hutan, bertambahnya total pemukiman, meningkatnya aktivitas pertambangan dan pertanian).

Beberapa usulan strategi adaptasi untuk mengatasi dampak bencana kekeringan antara lain menanam tanaman dengan kebutuhan air yang rendah, mengadopsi pertanian konservasi dan memanfaatkan organik, menerapkan strategi adaptasi struktural (pemasangan sistem peringatan dini untuk kejadian kekeringan, pemanenan air hujan, saluran irigasi, kolam konservasi, dan teknologi konservasi tanah yang murah juga dapat disarankan), mengembangkan agroforestry untuk perencanaan penggunaan lahan yang berusaha untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan hutan dan tanaman pangan, memberikan bantuan keuangan kepada petani untuk melakukan adaptasi pertanian atau menemukan sumber pendapatan alternatif, membayar kompensasi kepada keluarga yang terkena dampak kekeringan, menyebarkan pengetahuan tentang bencana kekeringan.

Berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menerapkan strategi adaptasi ini sangatlah penting. Hal ini memerlukan kolaborasi multidisiplin yang melibatkan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, pemerintah (pengambil kebijakan), organisasi lokal, lembaga perguruan tinggi atau peneliti, dan asosiasi petani.

Oleh: Wahyu Endah Christiani Putri dan tim
Dosen Valuasi Pertambangan pada Program Studi Teknik Pertambangan
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Joko Pinurbo di Mata Tetangga, Low Profile dan Aktif Jadi Pengurus RT

Jogja
| Sabtu, 27 April 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Giliran Jogja! Event Seru Supermusic Superstar Intimate Session Janji Hadirkan Morfem

Hiburan
| Jum'at, 26 April 2024, 17:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement