OPINI GURU: Digital Detox Sebagai Upaya Mengurangi Rasa Malas pada Remaja

RASA MALAS bisa menghantui siapa saja baik remaja maupun orang yang sudah dewasa. Rasa malas ini bisa diartikan sebagai kurangnya motivasi dalam melakukan aktivitas.

Kemudahan teknologi dan fasilitas saat ini bisa jadi menjadi pemicu adanya rasa malas ini. Salah satu tanda malas yang terlihat pada remaja saat ini adalah mager atau malas gerak dan menghabiskan waktu lebih dari setengah jam hanya untuk rebahan. Penelitian WHO mengatakan bahwa 80% anak muda di dunia terjangkit rasa malas atau mager.

Selain itu, banyak keluhan orang tua pada zaman ini di mana anak anak mereka terpaku pada layar ponsel sepanjang waktu sambil rebahan. Di sekolah pun guru banyak yang mengeluhkan siswanya yang terganggu dengan ponsel saat proses pembelajaran, misalnya sambal bermain game. Tentunya hal ini bisa menyebabkan banyak permasalahan di antarannya cedera tulang, gangguan tidur dan cereda mata.

BACA JUGA: Menumbuhkan Jiwa Entrepreneurship pada Anak

Selain itu, media sosial juga memiliki pengaruh yang membuat seseorang memiliki rasa malas beraktivitas dan memenuhi kebutuhan fisiknya. Media sosial ini mengalami perkembangan yang sangat pesat mulai dari FB, Twiter, Instargram, Tiktok dan lainnya yang tentunya sangat digemari oleh remaja. Tanpa disadari aktivitas dengan ponsel tak jarang membuat lupa waktu dan enggan melakukan aktivitas lain seperti belajar, berolahraga bahkan beribadah.

Rasa malas yang terjadi pada remaja ini tentu saja sangat berbahaya jika tidak diatasi dan dibiarkan begitu saja.

Mengatasi rasa malas ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yaitu Pertama, buang ketakutan akan kegagalan. Kedua, pelajari cara untuk melakukan sesuatu. Ketiga, relaksasi. Keempat, evaluasi lingkungan sekitar dan Kelima, digital detox (detox media sosial).

Menurut WebMD, digital detox adalah sebuah cara untuk menahan diri untuk tidak menggunakan perangkat digital dalam waktu tertentu.

Digital detox ini dapat dilakukan dengan beberapa cara di antarnya,

Pertama, beristirahat dari ponsel. Tidak dipungkiri di era digital ini kita tidak bisa terlepas dari ponsel. Tentunya hal ini juga tidak terlepas dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Pada usia remaja tentunya perlu adanya pembatasan atau waktu yang khusus untuk menggunakan ponsel.

Hal ini dapat dilakukan dengan kesadaran sendiri maupun dapat dibantu oleh orang yang lebih dewasa dalam hali ini orang tua atau guru di sekolah, sehingga anak akan tertarik untuk melakukan aktivitas yang lain.

Kedua, mengalihkan minat pada buku atau aktivitas lain. Adakalanya perlu adanya pengalihan agar aktivitas yang terbentuk dalam menggali informasi tidak terpaku pada Internet tapi dari sumber lain terutama buku. Dalam proses pembelajaran guru juga dapat melakukan aktivitas dengan metode-metode yang bervariasi sehingga siswa tidak terpaku pada informasi yang didapatkan dari layer ponsel.

Ketiga, membatasi penggunaan media sosial. Menurut We Are sosial yang dilansir dalam databoxs.katadata.co.id, Indonesia menempati posisi ke-10 dalam daftar ini, dengan rata-rata waktu penggunaan media sosial 197 menit atau sekitar 3,2 jam per hari. Penggunaan media sosial ini jika tanpa kontrol akan menimbulkan ketergantungan sehingga seseorang dapat terpaku pada aktivitas di media sosial selama berjam jam kemudian tidak ingin melakukan aktifitas yang lain. Oleh karena itu penggunaan media sosial perlu dibatasi

Selain dapat mengatasi rasa malas digital detox juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti mengurangi kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri, dan meningkatkan kualitas tidur. Dengan demikian seseorang dengan kualitas Kesehatan yang baik maka akan bersemangat dalam melakukan aktivitas sehingga terhindar dari rasa malas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News