Advertisement

OPINI: Positioning Pariwisata Jogja

Th. Agung M. Harsiwi
Rabu, 22 Agustus 2018 - 00:17 WIB
Nina Atmasari
OPINI: Positioning Pariwisata Jogja Th. Agung M. Harsiwi. - Ist/dok

Advertisement

Jogja, tidak dipungkiri adalah salah satu ikon pariwisata di Indonesia, selain Bali, Batu Malang, dan Belitung. Namun jika Bali identik dengan wisata budaya, Batu dengan wisata buatan, dan Belitung dengan wisata alam. Bagaimana dengan Jogja? Sudahkah wisata Jogja jelas positioning-nya? Sebegitu pentingkah positioning?

Wisata Tematik
Setiap kali berkunjung ke Bali, yang pertama kali dikunjungi wisatawan pasti pura. Bahkan meski sebelumnya berkunjung ke obyek wisata lain, pada akhirnya ke pura juga. Demikian juga ketika berbondong-bondong ke Batu, pasti ingin menikmati berbagai wahana permainan, kebun binatang, atau berbagai benda unik yang dipamerkan obyek-obyek wisata. Begitu pula saat berkunjung ke Belitung, pastilah keindahan pantai dengan batu karang raksasanya.

Advertisement

Sangat tidak mungkin ada orang ke Bali ingin menikmati wahana permainan modern, orang datang ke Batu ingin melihat pantai dengan batu karang raksasa atau ke Belitung tertarik dengan peninggalan budaya masa lalunya. Itu semua karena ketiga daerah tersebut sudah mengidentifikasikan dan memposisikan diri sebagai daerah tujuan wisata dengan tema tertentu, yakni budaya, buatan, dan alam. Karenanya, sebagai contoh Batu tidak pernah menjual keindahan alamnya mesti berada di tengah lembah yang dikelilingi pegunungan.

Berbeda dengan Jogja, yang terasa seperti gado-gado karena semua ada dan bercampur menjadi satu. Mulai dari wisata budaya dengan kraton dan candinya, wisata alam dengan Kaliurang dan Parangtritis, sampai wisata buatan dengan Sindu Kusuma Edupark dan Taman Pelangi.

Meski tampak semarak namun tanpa tema tertentu membuat pariwisata Jogja mengalami kesulitan dalam memposisikan dirinya. Padahal, menurut Kotler (2016), pakar pemasaran internasional, positioning sangat diperlukan untuk mengembangkan suatu produk, baik dari aspek desain maupun merek. Dengan positioning yang jelas akan memperoleh posisi yang unik dalam ingatan konsumen.

Sebaliknya jika suatu produk tidak mempunyai positioning yang jelas dapat dipastikan bakal sulit membentuk keunikan dalam diferensiasi pasarnya. Apalagi sampai menciptakan citra (image) produknya lebih unggul dibandingkan produk pesaing. Citra produk sangat diperlukan untuk membangun preferensi dalam diri masyarakat sebagai konsumen yaitu sebagai dasar untuk membuat keputusan membeli produk tersebut.

Karena itulah sebaiknya dunia pariwisata Jogja segera memposisikan diri dengan menciptakan tema tertentu untuk produk yang ditawarkannya. Yang unik dan berbeda dengan daerah tujuan wisata lain di Indonesia. Yang dapat menjadi citra keunggulan Jogja, sekaligus brand pariwisatanya.

Tentu semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi klasifikasi obyek wisata budaya, buatan, dan alam saat ini sudah dipakai oleh daerah lain. Memposisikan diri sebagai daerah tujuan wisata tertentu seperti daerah lain hanya akan membuat Jogja “berdarah-darah”. Karena sesuai konsep red ocean strategy, produk follower hanya akan berperan sebagai penantang pasar yang harus mengerahkan seluruh sumberdaya dengan sehabis-habisnya.

Lebih tepat jika Jogja mengambil blue ocean strategy dengan menciptakan pasar sendiri untuk produknya. Meski untuk itu harus berani melakukan positioning dan membangun merek untuk produk unggulannya yang selama ini belum digarap oleh daerah wisata lain di Indonesia. Bahkan jika memang berniat untuk menjadi daerah tujuan wisata “nano-nano” dengan berbagai rasa sekalipun, Jogja tetap harus mem-branding dirinya dengan tepat.

Penutup
Positioning perlu dilakukan untuk mengantisipasi muncul dan berkembangnya daerah tujuan wisata baru di Indonesia. Masyarakat tentu tidak ingin predikat Kota Wisata memudar karena daerah lain dianggap lebih menarik dibandingkan Jogja. Jangan sampai seperti telah terjadi dulu ketika brand Kota Pelajar meredup sejalan dengan munculnya Malang sebagai pusat pendidikan wilayah Indonesia bagian timur dan Bandung untuk bagian barat. Karena itulah mengapa positioning yang tepat menjadi keniscayaan bagi Jogja.

*Penulis merupakan akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Perayaan Paskah 2024, Tim Jibom Polda DIY Melakukan Sterilisasi Sejumlah Gereja di Jogja

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 01:37 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement