Advertisement
OPINI: Menjadikan Pembelajaran Berbasis Tefa di SMK Meneruskan Langkah Habibie
Advertisement
Berpulangnya Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie) menyisihkan luka mendalam di negeri ini. Bagaimana tidak, B.J Habibie telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi bangsa maupun di kancah dunia dalam hal industri penerbangan. Sebagai teknokrat negeri, patutlah kita sebagai penerus bangsa meneruskan kiprah Habibie di dunia industri yang semakin berkembang ini.
Saat ini, sudah tidak asing lagi bahwa era industri telah memasuki generasi ke-empat atau biasa dinamakan dengan istilah Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 ini semakin berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi yang dimanfaatkan untuk memunculkan berbagai inovasi terbaru. Inovasi demi inovasi yang ada di negeri ini tentunya lahir berkat pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal.
Berbicara mengenai Revolusi Industri 4.0 di Indonesia, pendidikan menjadi kebutuhan yang mutlak dan mempunyai peranan yang sangat signifikan. Sistem pendidikan di Indonesia memiliki pengaruh yang besar bagi pasar dunia. Pendidikan formal di sekolah menjadi ujung tombak dalam perkembangan dunia Revolusi Industri 4.0 ini. Tanpa adanya pendidikan, negeri ini tidak akan mampu untuk menciptakan inovasi yang kompetitif.
Di Pulau Jawa terdapat banyak sekolah dengan kualitas pendidikan yang mumpuni dan mampu bersaing. Seperti halnya dengan pendidikan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY yang sering dijuluki sebagai kota pelajar. Penyematan nama kota pelajar tentunya bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan Jogja memiliki kualitas sumber daya manusia yang sudah terbukti di dunia pendidikan maupun perindustrian.
Dengan adanya revolusi industri ini, pendidikan di Indonesia dituntut untuk terus melakukan inovasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti halnya B.J. Habibie,generasi penerus
bangsa haruslah mengikuti jejak Habibie untuk terus berkarya agar lebih banyak inovasi yang dihasilkan. Era Revolusi Industri 4.0 ini merupakan tantangan yang berat bagi para pengajar di dunia pendidikan. Pendidikan dituntut untuk dapat membentuk generasi yang kreatif, inovatif, serta berkompetitif.
Model pembelajaran seperti apakah yang mampu menjawab tantangan tersebut? Pendidikan khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang notabenenya sebagai pemasok tenaga kerja dituntut untuk menghasilkan tamatan yang berkualitas sehingga mampu menciptakan inovasi terbaru bagi dunia industri. Pembelajaran di kelas yang semula didominasi oleh pengetahuan harus dialihkan menjadi pembelajaran dengan cara mengoptimalkan penggunaan teknologi sebagai alat bantu pendidikan. Untuk mengoptimalkan teknologi, tidak hanya peserta didik yang dituntut untuk memiliki kreatifitas tetapi pengajar juga dituntut untuk memiliki kreativitas dalam mempersiapkan bahan ajar yang nantinya akan diterapkan untuk proses pembelajaran. Hal ini dipersiapkan dengan tujuan agar peserta didik siap dalam memasuki lapangan kerja.
Model pembelajaran Teaching Factory (Tefa) di SMK sangat tepat untuk menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 ini. Desain pembelajaran Tefa dilakukan dengan memadukan sepenuhnya antara belajar dan bekerja sehingga suasana pembelajaran di kelas tampak seperti yang terjadi di industri sebenarnya. Peserta didik tidak hanya dibekali pengetahuan teori dan praktik, namun juga dibekali ilmu untuk dapat memproduksi barang dan jasa yang mengacu pada standar maupun prosedur di dunia industri. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran berbasis Tefa, SMK melakukan kerja sama dengan menggandeng dunia usaha/dunia industri (DU/DI) sesuai dengan kompetensi keahlian yang ada di sekolah.
Mampukah Tefa meneruskan langkah Habibie? Dengan pembelajaran berbasis Tefa, nantinya akan mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dankompetetif dalam persaingan global dan dunia kerja. Tefa akan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berwirausaha dengan pemantapan pembelajaran yang dilakukan dengan bekerjasama antara pihak sekolah dengan DU/DI.
Pemantapan pembelajaran tersebut dilakukan melalui adanya praktik kerja industri (Prakerin) untuk saling melengkapi dalam meraih keuntungan bersama. Dengan Prakerin itulah yang nantinya akan meningkatkan keterampilan peserta didik sehingga menghasilkan lulusan yang dapat berkontribusi bagi dunia dan meneruskan langkah B.J. Habibie di dunia industri, bahkan lebih dari industri penerbangan.
Dengan tantangan Revolusi Industri 4.0 ini, sekolah yang masuk dalam kategori sekolah marjinal pun harus mampu membuktikannya dengan mencetak lulusan yang berkualitas. Selain itu juga membekali peserta didik untuk menjadi wirausahawan yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
*Penulis merupakan guru SMK Ma'arif Semanu Gunungkidul
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Raisa Rencanakan ke Candi Prambanan di Libur Akhir Tahun
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement